Share

Malam Berkeringat

Penulis: NomNom69
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-02 12:01:21

Ranjang Luki bergoyang pelan saat mereka duduk semakin rapat. Cahaya senter ponsel yang diarahkan ke atas membuat kamar remang, cukup untuk memperlihatkan wajah satu sama lain. Tatapan Tante Sarah tak lagi ragu, penuh keberanian.

Tangannya terulur, menyentuh pipi Luki dengan lembut. Luki terdiam, tubuhnya menegang, tapi tidak menghindar. Sentuhan itu membuatnya justru semakin berani menatap balik.

“Tan… apa tante yakin?" tanya Luki pelan.

“Yakin. Kamu mau kan bantu Tante, Sayang?" jawab Sarah mantap.

“Mmm.. Iya Tan,” balas Luki lirih.

Sarah tersenyum, lalu jemarinya menelusuri rahang Luki. Tubuhnya mendekat, napasnya terasa hangat di wajah Luki. Jarak mereka kini tinggal setipis udara.

“Kamu deg-degan banget,” ucap Sarah menggoda.

“Siapa yang gak deg-degan kalau sedekat ini sama tante,” jawab Luki sambil menahan napas.

“Hm… Kamu beneran bantu Tante?” tanyanya memastikan.

Luki menatap mata tante, kali ini tanpa menunduk. “Iya Tan,” ucapnya jujur.

Sarah tertawa kecil, puas dengan jawaba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Menjenguk Papah x Bersama Ajeng

    Siang itu, ruangan Gladys terasa cukup tenang. AC menyala pelan, sementara berkas-berkas kontrak tersusun rapi di meja. Luki memperhatikan satu kontrak yang sedang Gladys jelaskan.“Jadi yang ini tinggal kamu cek ulang pasal pembayarannya aja, Luk,” kata Gladys sambil menunjuk halaman terakhir.Luki mengangguk. “Oke, gampang. Nanti malam aku rapihin terus kirim revisinya.”Rapat kecil itu berjalan sekitar 20 menit. Setelah semuanya dirasa cukup, Gladys menutup map berkas dan bersandar.“Udahan dulu. Kita makan siang yuk?” ajaknya.“Gas,” jawab Luki sambil merapikan meja.Mereka berjalan menuju kantin kantor. Suasananya lumayan ramai, tapi masih dapat meja kosong. Saat makanan baru sampai, Luki mengambil ponselnya sebentar. Ada satu pesan WhatsApp baru.Dari Om Iksan.Luk, Papah kamu minta dijenguk minggu ini. Kalau bisa ajak Ajeng sekalian ya.Luki menarik napas pelan, kemudian membalas singkat.Iya Om, insyaallah Sabtu ya.Gladys melihatnya dari seberang meja. “Chat dari siapa? Mbak

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Tawarin Kerja x Untuk Ajeng

    Setelah itu, suasana kamar masih hangat dan sunyi. Tante Sarah berbaring menyandar di dada Luki, tubuhnya masih dibalut selimut yang sama, napasnya perlahan mulai stabil. Luki mengusap pelan kepala Tante Sarah, gerakannya lembut, seperti mencoba menenangkan sekaligus menormalkan kembali suasana. Tante Sarah menarik sedikit selimut naik ke bahunya, lalu berkata dengan suara lirih, “Aku sebenarnya mau ajak kamu sama Ajeng kerja di butik aku nanti…” Luki menoleh kecil, masih mengusap rambutnya. “Aku kan udah kerja, Tan,” jawabnya pelan. “Kalau mau ngajak, coba tawarin Mbak Ajeng aja.” Tante Sarah mengangkat wajahnya sedikit, menatap Luki dengan alis terangkat. “Ajeng? Kan dia juga kerja, Luk.” Luki menggeleng. “Mbak Ajeng udah nggak kerja, Tan.” Tante Sarah diam sebentar, kagetnya terlihat jelas. Ia bangkit sedikit, bersandar di lengan Luki sambil memegang selimut agar tetap menutup tubuhnya. “Serius?” tanyanya. “Kenapa udah nggak kerja?” Luki menarik napas pelan

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Malam, Tante Sarah Berkeringat

    Setelah memastikan mobil tamu tadi benar-benar menjauh, Luki akhirnya memajukan mobilnya perlahan. Ia berhenti tepat di depan pagar rumah Tante Sarah. Rumah itu terlihat tenang sekarang, hanya lampu teras yang menyala lembut. Luki turun dari mobil, menoleh kanan–kiri sejenak untuk memastikan situasi aman, lalu berjalan masuk melewati pagar yang sedikit terbuka. Pintu rumah ternyata masih terbuka lebar, seperti sedang menunggu seseorang. “Assalamualaikum…” suara Luki terdengar pelan tapi jelas. Dari dalam, muncul Tante Sarah sambil tersenyum kecil. “Waalaikumsalam. Masuk sini, Luk. Tante kira kamu nggak jadi datang.” Luki hanya membalas senyum itu. “Tadi nunggu tamunya pergi dulu, Tante.” “Oh begitu…” Tante Sarah mengangguk, belum menanggapi lebih jauh. “Ngopi dulu? Tante bikinin ya?” tawarnya sambil berjalan ke dapur kecil. “Boleh, Tan. Makasih.” Tidak butuh lama, Tante Sarah kembali membawa dua cangkir kopi panas. Dia meletakkan satu di depan Luki, lalu menutup pint

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Nasehat Ajeng x Keputusan Luki

    Luki keluar dari kamar dengan kepala masih penuh pikiran. Tadi di dapur, saat ia meminta izin, Mbak Ajeng hanya menjawab singkat tanpa menoleh lama— “Mandi dulu aja, terus makan malam. Nanti kita ngobrol.” Tidak ada jawaban boleh atau tidak. Tidak ada ekspresi marah, tapi juga tidak ada tanda kelegaan. Seolah Mbak Ajeng sengaja menunda. Luki pun cuma bisa mengangguk dan menurut. Ia kembali ke kamarnya, mengambil handuk, lalu masuk ke kamar mandi. Air dingin yang mengguyur tubuhnya tidak cukup menenangkan pikirannya. Malah bikin semuanya makin nyesek. Aduh, kenapa juga tadi ngomong jujur. Bisa tadi alasan keluar ketemu Gladys sebentar. Gak bakal serumit ini, keluhnya dalam hati. Setelah selesai, Luki turun ke meja makan. Meja sudah tertata rapi, dua piring sudah terisi, dan aroma lauk yang baru dimasak Mbak Ajeng terasa menghangatkan ruangan. Mbak Ajeng sudah duduk, tangannya menopang dagu sambil menatap Luki yang baru mendekat. “Nih, makan dulu,” katanya pelan. Luki duduk tan

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Kepedulian Maurell x Izin ke Mbak Ajeng

    Tiba di kantin belakang kantor, suasananya ramai tapi tidak terlalu bising. Beberapa pegawai dari gedung sekitar juga sedang makan siang, dan aroma masakan berkuah memenuhi udara. Luki dan Maurel memilih duduk di salah satu tenda yang cukup teduh. Mereka memesan tiga porsi soto betawi—dua buat mereka, satu untuk dibawa pulang ke kantor untuk Gladys. Setelah pelayan mencatat pesanan, suasana di meja mereka sempat hening. Luki akhirnya menatap Maurel dengan bingung sejak tadi. Ia menyandarkan tangan di meja dan bertanya, “Rel… kamu kenapa tiba-tiba ngajak gue makan siang? Ada apa?” Maurel hanya tersenyum kecil. Senyuman yang jelas bukan senyuman iseng… lebih seperti senyuman seseorang yang sengaja menyembunyikan sesuatu. “Ada yang mau aku tanyain,” jawab Maurel pelan. Luki makin bingung. “Apa?” Maurel menghela napas, lalu menatap Luki serius. “Emang beneran kalo… Mbak Ajeng resign?” Luki langsung terkejut, tubuhnya sedikit maju ke depan. “Hah? Kok kamu tau??”

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Kelegaan Luki x Keputusan Ajeng

    Di dalam mobil, perjalanan menuju kantor berlangsung seperti biasa, tapi suasananya tidak. Ada sesuatu yang berbeda dari Luki pagi itu. Dari cara ia menyetir, dari tatapan matanya, bahkan dari senyum yang sesekali muncul tanpa alasan. Gladys yang sejak tadi sibuk memainkan ponselnya akhirnya menyadari perubahan itu. Ia melirik ke arah Luki sambil mengangkat alis. “Kamu hari ini kayaknya lagi happy yaa, Luk?” tanyanya sambil menutup aplikasi di hapenya. Luki menoleh sebentar, senyum lebarnya sulit disembunyikan. “Hehe… keliatan yaa, Dys?” Gladys langsung mematikan layar ponsel, lalu memutar sedikit tubuhnya ke arah Luki. Ia menaruh siku di sandaran tangan mobil, ekspresinya berubah penasaran penuh antusias. “Kenapa sih, Luk? Cerita dong, cerita…” Luki menarik napas pendek, mencoba menyusun kata-kata sambil tetap fokus ke jalan. “Aku seneng, Dys. Akhirnya Mbak Ajeng mau resign dari kerjaannya. Terus mau stay di rumah.” Gladys refleks mengangguk kecil. “Ohh gitu… emangn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status