》gadis 16 milyar《
"Halo, Sayang. Anaknya Bunda udah pulang!" sapa Lili saat mendapati anak gadisnya duduk di jok sebelahnya. "Hari ini belajar apa, Sayang?"
Sisi menjawabnya hanya dengan menggelengkan kepalanya. Matanya tampak merah dan berkaca-kaca lalu sedetik kemudian tangisnya pecah.
"Loh, anak Bunda kenapa nangis? Ada apa, Sayang?" Lili merengkuh tubuh mungil Sisi, menariknya dan meletakan Sisi diatas pangkuannya. "Princessnya Bunda kenapa? Hm?"
"Bunda. Ayah Nick kenapa dibawa sama Pak Polisi?" tanyanya polos.
Lili terdiam seketika. Matanya menatap bolamata coklat milik Sisi. Kenapa dengan gadis kecilnya?
"Kenapa Ayah Nick nggak tinggal sama Bunda dan Sisi? Kenapa Ayah Nick tidur dirumahnya Pak Polisi?" tanya Sisi lagi.
Lili mencoba mengembangkan senyumnya. Kedua jemarinya bergerak menyeka kedua pipi Sisi yang basah. Kenapa tiba-tiba Sisi nanyain soal Nick? Gumamnya. "Sisi kenapa? Sisi kangen sama Ayah Nick?"
Sisi mengangguk sekali. "Mereka bilang Ayah Nick jahat makanya dibawa sama Pak Polisi. Ayah Nick nggak jahat kan, Bunda?"
Lili menelan salivanya dengan susah payah. Andai ia bisa mengontrol dirinya untuk tidak melakukan hal bodoh itu, mungkin akhirnya tidak seperti ini. Nick harus melepaskan impiannya dan mendekam di dalam penjara demi dirinya.
"Maafin Bunda, Sayang!" Lili memeluk Sisi dengan sangat erat. "Semua salah Bunda. Bunda yang salah!"
Sisi mengurai pelukannya dan melihat wajah Lili yang sudah dipenuhi dengan airmata. "Bunda kenapa ikut nangis? Bunda jangan menangis nanti Sisi sedih!"
Lili tersenyum lebar menanggapi celotehan Sisi. Tapi airmatanya semakin deras mengalir. "Sisi mau ketemu sama Ayah Nick?" tawar Lili.
Wajah Sisi seketika berbinar. Sebelum menjawab Sisi menyeka kedua pipinya dan mengangguk penuh semangat. "MAU BUNDA!!" teriaknya.
》gadis 16 milyar《
"Ayah, Sisi kangeeeen sama Ayah. Ayah kapan pulang?" tanya Sisi dengan polosnya.
Pandangan mata Nick lalu beralih ke wajah Lili yang tampak tegang. Lalu sedetik kemudian Nick menatap wajah polos Sisi. Senyumnya mengembang. "Nanti ya kalo Ayah udah dibolehin pulang sama Pak Polisi!"
Wajah Sisi yang awalnya berbinar seketika berubah cemberut. "Kenapa sekarang Ayah nggak boleh pulang? Sisi kangen sama Ayah!" rengek Sisi.
Nick kembali tersenyum lalu mengusap lembut rambut hitam Sisi. "Ayah juga kangen sama Sisi. Tapi Ayah harus disini dulu, Sayang!"
"Apa karena Ayah jahat?"
Kening Nick seketika mengernyit. Untuk kedua kalinya ia menatap wajah Lili dengan perasaan bingung. "Siapa yang bilang Ayah jahat?" tanya Nick sambil menoel pucuk hidung mancung Sisi.
"Temen sekolah Sisi yang bilang. Katanya Ayah Nick jahat makanya dibawa sama Pak Polisi!" terang Sisi.
Nick tampaknya harus bersabar dengan beberapa gosip diluaran sana dan ia harus bisa menjelaskan kondisinya sekarang pada gadis kecil kesayangannya. "Sisi, dengerin Ayah!" ucap Nick sambil meraih tubuh mungil Sisi dan meletakkan di pangkuannya. "Sisi kan anak Ayah yang kuat dan pinter. Ayah cuman minta satu hal sama Sisi. Boleh?"
Sisi mengangguk patuh sambil menjawab. "Boleh, Yah!"
"Ayah cuman minta Sisi buat berdoa sama Allah. Biar Ayah, Bunda dan Sisi bisa tinggal sama-sama di rumah. Biar Sisi bisa mainan tiap hari sama Ayah. Bisa Sayang?"
Sisi mengangguk lagi. "Bisa, Yah. Sisi mau berdoa sama Allah biar Ayah dibolehin pulang sama Pak Polisi!"
"Anak pinter!" puji Nick sambil mengusap lembut pucuk kepala Sisi. Gadis kecil itu lalu turun dari pangkuan Nick dan berjalan cepat menghampiri Lili.
"Bunda! Bunda! Ayo pulang. Sisi mau berdoa buat Ayah!" seru Sisi riang.
Lili seketika tertawa kecil begitu juga dengan Nick. "Iya, Sayang. Sekarang udah nggak kangen lagi sama Ayah?"
Sisi menggeleng sambil memamerkan senyum manisnya. "Tapi besok liat Ayah lagi boleh kan, Bunda?"
"Boleh, dong. Pokoknya Sisi nurut sama Bunda nanti Bunda ajakin ketemu sama Ayah!"
"ASYIIIK. MAKASIH BUNDA!" gadis lucu itu langsung mencium kedua pipi Lili.
Lili beranjak dari tempat duduknya setelah menyambar tas selempangnya. "Aku pamit pulang ya, Nick. Jaga kesehatan!" pesan Lili.
"Terutama lo dan Sisi!" sahut Nick.
Lili membalasanya dengan senyuman lembut. Sampai saat ini ia terus berjuang untuk kebebasan Nick. Biar bagaimanapun juga Nick tidak bersalah dan tak seharusnya Nick berada disana. Semua karena dirinya. Ya karena ulahnya 7 tahun yang lalu.
》gadis 16 milyar《
Menekuni dunia fotografer menjadi hobi baru bagi Ali. Setelah kegagalannya 7 tahun yang lalu, kini Ali mengalihkan rasa sakitnya pada dunia seni.
Pagi ini Ali sudah sampai di lokasi untuk pemotretan pre weeding. Hal pertama yang ia lakukan adalah meninjau lokasi. Kali ini klientnya sendiri yang menentukan lokasi pemotretan. Hal itu membuat Ali harus menganalisa terlebih dahulu tentang lokasi yang akan di pakai nantinya.
Ubud, Bali.
Hamparan sawah yang luas dan hijau membuat sejuk saat mata memandang. Kelopak mata dengan bulu mata lentik itu mengedip pelan, menatap beberapa aktifitas petani yang tengah sibuk di tengah sawah.
Sungguh jauh sekali dengan lingkungan di Surabaya yang dipenuhi dengan lalu lalang kendaraan dan macet dimana-mana.
Ali mengangkat kameranya dan membidik beberapa objek yang dirasa menarik baginya. Senyumnya mengembang kala hasil yang di dapat sesuai dengan harapannya.
Tak puas dengan satu foto saja, Ali mulai kembali membidik objek baru dan kembali menatap viewfinder kameranya. Hasil yang bagus membuat senyumnya merekah.
Kali ini Ali memutar tubuhnya. Matanya menangkap sebuah rumah sederhana yang ada di atas bukit. Ali mengarahkan kameranya dan lensanya menangkap sebuah sosok manusia.
Ali mencoba memutar lensanya dan sedikit memperbesar objek yang ada di ujung sana. Begitu lensanya sudah fokus, Ali langsung menekan tombo shutter.
Sebuah foto anak kecil tampak sedang memegang balon berhasil Ali dapatkan. Yang membuatnya menarik adalah ekspresi wajah gadis kecil itu yang terlihat sangat sedih.
"Apa yang terjadi denganmu, gadis kecil?" gumam Ali sambil mengamati foto hasil jepretannya.
》gadis 16 milyar《
Surabaya, 11 November 2018
23.56AyaStoria》gadis 16 мιℓуαя《"Aku seneng banget tau nggak sih. Akhirnya kamu bisa bebas juga." ungkap Lili sambil menatap ke arah Nick.Laki-laki itu mengulas senyum manisnya. Jemari tangannya sibuk membelai rambut Sisi, gadis kecil yang sedari tadi memilih duduk di pangkuannya."Itu semua juga karena usaha kamu sama Pak Syamsul." timpal Nick.Lili menganggukkan kepalanya beberapa kali. Ya, semua berkat kerja keras Pak Syamsul menguak fakta yang sebenarnya. Diam-diam Lili melamun, memorinya berputar pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat bersama Ali."Tentu dong, Sayang. Iya kan, Li?" tanya Nick tiba-ti
》gadis 16 мιℓуαя《Lili duduk termenung di tepi tempat tidur. Perlahan kepalanya menoleh ke belakanh, menatap ke arah wajah Ali yang tampak terlelap. Wajah Lili kemudian menunduk, pandangan matanya menatap tubuhnya yang hanya terbalut selimut tebal.Lili mendesah panjang. Semua ini ia lakukan agar bisa menyelamatkan Sisi. Tapi sampai kapan?Lili kembali mendesah. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Menscroll layar ponselnya, mencari nama Abdul. Ia lalu melekatkan benda pipih itu ke telinga kanannya, menunggu Abdul menjawab panggilannya."Bagaimana?"Suara yang begitu tiba-tiba mem
》gadis 16 мιℓуαя《"Siapa Delisia Xiena?"Jantung Lili terasa berhenti berdetak untuk beberapa detik. Kedua matanya melebar. Sementara Manda hanya terdiam di tempatnya. Ia tidak berani bergerak sedikitpun karena moncong pistol itu masih melekat di pinggangnya.Delisia Xiena? Gumam Manda dalam hati. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang mereka bicarakan dan siapa Delisia Xiena? Kenapa dirinya harus ikut dalam masalah mereka berdua?"A-aku bener-bener nggak tau siapa itu Delisia Xiena!"Ali mengerutkan keningnya. Kepalanya menoleh ke samping dan menatap tajam ke arah Manda
》gadis 16 мιℓуαя《"Cukup!" Ali menarik smartphone dari telinga kiri Manda. Wanita itu tampak ketakutan dan menangis memohon kepada Ali untuk dilepaskan."Please, Om. Aku beneran nggak tau apa-apa soal Lili. Setelah kejadian itu, dia nggak ada kabar sama sekali. Kita lost contact dan---""Jangan harap aku percaya bualanmu!" potong Ali.Manda sudah kehabisan kata-kata. Tak tau lagi harus menjelaskan seperti apa. Ali sama sekali tidak mempercayainya dan satu-satunya yang bisa menjelaskan hanyalah Lili.Hanya Lili harapan Manda.
》gadis 16 мιℓуαя《"Aku akan mengatur ulang jadwal kencan kita." ucap Ali setelah Lili turun dari mobilnya. Tapi wanita itu sama sekali tidak memberinya respon.Tak masalah. Ali sudah terbiasa akan hal itu. Ia memutuskan untuk segera pergi dan kembali ke Rumah Sakit. Entah kenapa ada rasa aneh menyelinap dalam relung hatinya.Sesak dan sakit saat melihat Sisi terbaring lemah tak berdaya di ranjang Rumah Sakit.Kepergian Ali membuat Lili termenung. Ia teringat akan ucapan Ali yang akan mengambil alih Sisi. Andai Ali tau kalau Sisi adalah anak yang selama ini ia cari, apakah niat itu masih akan berlaku?
》gadis 16 мιℓуαя《"Sisi?" lirih Lili. Matanya menatap Sisi dan Ali bergantian. Ia terus menggumam tidak jelas sambil sesekali menggelengkan kepalanya.Banyak sekali pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Salah satunya adalah bagaimana bisa Sisi begitu akrab dengan Ali?Sejak kapan mereka bertemu?Kini pandangan mata Lili terfokus ke wajah Sisi yang terlihat sedikit aneh. Sepertinya sesuatu telah terjadi pada gadis kecilnya."Apa kau baik-baik saja?" tanya Ali saat menyadari bidadari kecil itu tampak lesu dan pucat.Sisi hanya mengg