All Chapters of Me and My Broken Pieces: Chapter 11 - Chapter 20
48 Chapters
The Queen
There are times when a well-placed pawn is more powerful than a king -Unknown -- Reno, asisten sekaligus teman semasa kecil Dewa masuk ke dalam ruangan, lalu melempar tumpukan kertas bergambar di atas meja kerja pria itu. “Dewa!” “Hmm.” Dewa hanya meliriknya sekilas lalu tersenyum. Kembali membaca berkas yang sedari tadi ia pegang, tanpa mau memedulikan berkas dari pria yang juga memiliki hubungan keluarga dengannya itu “Cuma hmm, Wa!” Reno berdecak frustasi, lalu duduk bersebrangan dengan Dewa. “Lo nggak tau, berapa duit yang gue keluarin supaya foto-foto itu nggak muncul di media?” “Duit gue kan?” Dewa mengangkat wajah melihat Reno. “Nggak papalah, yang penting masih ada sisa buat gue jajan, sama gaji buat elo,” kelakar Dewa, yang tidak ingin menanggapi foto-fotonya bersama Hening, ketika mereka beradada mobil dengan serius. “Sudah aman berarti?” Reno tidak menjawab. Hanya mengendikkan kedua bahu dengan malas. “Good job, Ren!” Dewa lantas terkekeh dengan keterdiaman Reno. Ti
Read more
Aunty
Friends are those rare people who ask how we are and then wait to hear the answer. -Ed Cunningham -- Hening duduk dengan meluruskan kaki pada sebuah kursi tunggu, yang biasa dipakai pengunjung mall untuk beristirahat. Gadis itu sedang menunggu rekannya, yang sedang mengurus tagihan di salah satu toko di pusat perbelanjaan di sana. “Cabut Ning, udah selesai gue!” Hening menoleh dengan memelas. “Makan dulu Mei, gue laper.” “Food court atas?” tanya Mei lalu melihat ke sekeliling pusat perbelanjaan. “Pujasera di luar aja. Murce! Lagi ngirit gue, tagihan sama Pak Dion lusa baru cair,” Keluh Hening yang sudah berdiri dan memperbaiki letak ransel di punggungnya. “Kapan sih, lo nggak ngiritnya Ning? Punya pacar kaya itu di manfaatin, jangan dijadiin pajangan doang.” Mei bersungut pergi meninggalkan gadis itu. Hening berlari dengan cepat menghadang Mei. Merentangkan kedua tangan, dan memicing penuh tanya. Apa Mei tahu sesuatu? “Bentar-bentar, pacarnya siapa yang kaya?” “Emang siapa l
Read more
Misunderstood
Love is a misunderstanding between two fools. — Oscar Wilde -- Hening mengetuk pintu kaca sebanyak dua kali secara perlahan. Kemudian, ia mendorong handle pintu, lalu masuk ke sebuah ruangan. Di dalamnya ada dua orang wanita yang keduanya masih muda, tetapi jelas usianya lebih tua daripada Hening. Seorang diantaranya sibuk menghitung dan menyusun bergepok kertas berwarna merah. Sementara seorang lagi, sibuk berkutat dengan perangkat komputernya. Belum sempat Hening melangkah masuk, wanita yang sedang menghitung tumpukan uang itu mengangkat wajah. “Langsung ke atas aja Ning, ketemu Pak Genta!” “Ngapain? Kan Mbak Ade yang nelpon?” tanya Hening. “Saya nelpon karena di suruh beliau, buru gih ke atas!” seru Ade yang kembali mengulang hitungannya. “Urusan saya, kan, biasanya sama Mbak Ade?” “Nurut aja kenapa sih, Ning, pak Genta itu lho baik, nggak gigit!” Sejak pertemuan kedua kalinya dengan Genta saat itu, Hening baru mengetahui bahwa showroom mobil yang kadang didatanginya itu
Read more
I Won't Give Up
I won't give up on us, even if the skies get rough -Jason Mraz -- Ponsel yang diletakkan Hening di meja meeting bergetar. Dengan segera, ia menolak panggilan tersebut, dah ini sudah kesekian kalinya. Entah apa yang ada di pikiran orang itu, hingga tidak lelah menelepon Hening sampai berulang kali. “Siapa Ning? Di reject mulu. Sapa tau orang mau pasang iklan.” Mei mendekatkan tubuh, berbisik di telinga Hening. Tatapannya tetap pada Ilham, yang masih saja berceramah tentang evaluasi target iklan bulan lalu. “Om brengsek!” sahut Hening tidak kalah pelan. Tidak lama setelah itu, seseorang mengetuk pintu dan menyela briefing yang dilaksanakan oleh divisi iklan setiap paginya. “Maaf Pak Ilham, Mbak Hening ditunggu tamunya di bawah,” ucap seorang office boy yang baru saja membuka pintu. “Guaanteng Mbak!” lanjutnya menyeletuk sambil menatap Hening, dengan logat Jawanya yang sangat medok. Semua mata otomatis tertuju pada Hening. “Laris lo, Ning, belakangan ini.” Ilham ikut berceletuk .
Read more
Kill Em With Kindness
You can run with a lie, but you can't hide from the truth. -Unknown -- Hening kembali berdecak keras, saat melihat ponselnya bergetar. Ada sebuah nomor, yang memang sudah ia tidak pedulikan dari kemarin. Namun, kali ini mau tidak mau ia harus mengangkatnya, daripada melihat pria itu muncul kembali di kantornya dan membuat masalah. Tanpa salam dan basa basi, ia langsung menyemprot orang tersebut. “Apaan, sih, Om! Jangan norak deh! Telpan telpon mulu! Situ enak, nggak kerja sama orang, nggak bakal ada yang ceramahin kalau buat salah! Lah gue? Salah dikit aja udah kenal omel, Apa lagi yang kayak tadi pagi! Syukur-syukur, kan, gue nggak dapat SP! Bersyukur juga gue nggak dipecat saat itu juga! Om kira, cari kerja itu gampang, apalagi cuma lulusan SMA kayak gue!” Napas Hening sudah naik turun, setelah menggerutu panjang lebar “Tapi enak kan, Ning?” Amarah Hening memuncak. Kalau saja Genta saat ini sedang berada di depannya, sudah di pastikan ia akan menghajar pria itu tanpa ampun.
Read more
Looking For You
B'coz ... All I want is ... you! --Genta sudah menunggu di lobi kantor Metro seperti kemarin, mondar mandir di sana menunggu Hening. Sejak semalam Hening tidak bisa dihubungi, bukan karena gadis itu tidak mengangkat ponselnya, namun ponselnya tidak aktif. Dirinya bertambah gusar saat mengetahui gadis itu hari ini tidak datang ke kantor, dan tidak memberikan alasan apapun.Lalu Genta teringat sesuatu. “Kalau Mei, ada, Mbak?” Tanyanya kembali kepada wanita yang bertugas di front office.“Ohh itu Pak, Mbak Mei nya baru turun.” Tunjuk salah satu petugas front office yang duduk di belakang meja.Genta bergegas menghampiri Mei, dan menarik tangannya agar jauh dari peredaran.“Hening ke mana?” Tanya Genta tergesa. “Dari semalam hapenya mati.”Mei mengerucutkan bibirnya memandang Genta. “Ada perlu apa sih Pak, nyari-nyari Hening? Kasihanilah dia Pak, gara-g
Read more
Kiss Me
Oh, kiss me beneath the milky twilight. Lead me out on the moonlit floor...Lift your open hand. Strike up the band, and make the fireflies danceSilvermoon's sparklingSo kiss me ...... - By Sixpence None the Richer ---“Ish, apaan coba! gue cuma dihargai dua box pizza! Tau gitu kan lanjut tidur aja tadi.” Hening masuk ke mobil Genta dengan tidak berhenti menggerutu. “Ini juga, Om Genta! apaan sih, sudah tau orang lagi kurang sehat, masih aja di ajak ketemuan. Kalau emang mau pasang iklan yang kemarin bisa langsung aja ke Mei. Gue lagi gak mood kerja hari ini.”Genta segera melepaskan jaket denimnya dan membalutkannya ke tubuh Hening. “Jangan di lepas, gue gak kuat lihat lo pake baju gituan, di depan gue, bawaannya pengen …” Hening segera memberi tatapan dingin kepada Genta sehingga pria itu hanya bisa menelan saliva tidak meneruskan kalimatnya. Namun detik selanjutnya
Read more
I'm Yours
So I won't hesitate no more, no moreIt cannot wait, I'm sureThere's no need to complicate, our time is short This is our fate, I'm yours  By Jason Mraz---Senyum Genta mengembang sempurna saat menuruni tangga, bersiap untuk sarapan pagi seperti biasanya. Sesekali ia bersiul dan tak lupa bersenandung menyanyikan lagu Jason Mraz yang berjudul I’m Yours sehingga membuat mama serta papanya memandang heran.“Pagi Mam.” Satu kecupan tak lupa mendarat pada pipi mamanya. “Pagi Pa.” menarik meja di samping mamanya dan duduk di sana.Papanya hanya mengangguk.“Pagi Gen, ada yang beda kayaknya hari ini.” Mama Ruby menendang pelan kaki suaminya di bawah meja.“Biasa aja, Mama itu yang tambah cantik, pasti karena Papa udah di rumah aja, gak pergi-pergi lagi kan.”Mama Ruby mencebik.
Read more
No Excuses
It is better to offer no excuse than a bad one-George Washington --Genta sedang duduk dengan kaki menggantung, pada sebuah gazebo yang berada di lantai paling atas gedung showroomnya. Kedua tangannya bertumpu ke belakang untuk menahan tubuhnya, sedangkan pandangannya saat ini menerawang melihat kerlipan bintang yang bertabur sangat indah di atas sana. Terdapat penerangan berupa lampu taman yang terpasang di setiap sudutnya.“Hening …”“Hmmm …”Gadis itu sedari tadi berbaring santai dengan kepala berada di pangkuan Genta, dan terlihat sibuk berkutat dengan ponselnya,“Hape lo di taroh dulu bisa gak?”“Gue lagi ngurus kerjaan, Om, materi iklan gue ilang katanya, padahal loh tadi dummy nya udah di cetak.” Jarinya masih saja sibuk mengetik kalimat panjang lebar pada benda pipih yang ia pegang.“Berhenti kerja gih.” Se
Read more
Torn
Illusion never changed, Into something realI'm wide awake and I can seeThe perfect sky is torn, You're a little lateI'm already torn  By Natalie Imbruglia --Hening baru saja mendorong pintu kaca untuk melangkahkan kakinya keluar dari kantor saat Ara berdiri tepat di depannya dengan senyum manisnya.“Hai.” Sapa Ara.Mulus banget sih ni cewek. Gumam Hening dalam hati“Oh, hai juga.” Balas Hening tanpa canggung meskipun sedikit terkejut. “Mbak yang waktu itu di tempatnya Om Genta kan?”Om? Ara membatin sambil mengangguk.“Mau ke dalam ya Mbak?” Hening sudah membukakan pintu untuk Ara dengan sopan. “Silakan.” Lanjutnya.“Aku bukan mau ke dalam, tapi, aku mau bicara sama kamu.” Ucap Ara tanpa melepas senyuman dari wajahnya. “Bisa kan? Gak lama kok, cuma sebentar.” La
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status