All Chapters of Fake Marriage (Indonesia): Chapter 21 - Chapter 30
47 Chapters
Bab 21. Satu Kamar Mandi
"Apa? Piknik?" Suara Arkan seolah sedang tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan barusan. "Jadi, itu hal penting yang kau maksud?" Lunar menganggukkan kepala. "Aku ingin pergi ke tempat yang jauh bersamamu." "Bersamaku?" "Ya. Hanya kita berdua." Tidak mendengar jawaban membuat Lunar kembali berkata, "Apa ... tidak bisa? Kau memiliki jadwal pada saat itu? Atau, kau akan pergi bersama Raya?" "Tidak. Aku hanya berpikir kalau kita akan pergi berdua saja." "Kau tidak suka?" "Aku sangat suka. Tapi ke mana tempat jauh yang kau maksud?" *** Seperti rencana yang telah disusun oleh Lunar, mereka pergi piknik ke suatu daerah. Tempat piknik itu sangat tinggi dan melelahkan. Arkan saja rasanya tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan mereka. Lunar menolehkan kepala dan senyumannya kian mengembang. "Sebentar lagi kita akan sampai. Ayo, cepat!" "Orang-orang akan duduk di atas karpet dengan sajian makanan sambil menikmati keindahan alam. Tapi piknik ini jauh berbeda dari bayanganku,"
Read more
Bab 22. Berharap Dirimu di sini
Tidak adanya respons membuat Rian menoleh. Dia sangat terkejut dengan pemandangan yang dilihat. Napasnya dihela singkat dengan mata yang tidak lagi mengarah pada tubuh Arkan, lambat-lambat dia memutarkan tubuh pula. Mandi bersama pria tidak seharusnya membuat dia khawatir. "Dia sangat jutek, bahkan setelah kami bertahun menikah. Untuk itu aku membawanya mendaki agar aku bisa mengungkapkan perasaan padanya. Aku rasa ... dia tidak cukup puas denganku." Rian menyambung perkataannya. Kini Arkan yang menghela napas singkat. Dia melirik ke bawah, menilai sesuatu yang bertumpu di sana. "Apa kau berpikir kalau istrimu tidak puas dengan ukuranmu? Hey, Bro! Itu sudah cukup besar. Mungkin ada hal lain yang membuat istrimu bersikap dingin. Coba bicarakan baik-baik padanya." "Benarkah?" Arkan meletakkan sabun di tepi bak mandi. "Lunar adalah wanita yang baik, tapi kadang kala membuatku kesal dengan sikapnya. Dia sangat cerewet untuk hal-hal tertentu. Kami akan bertengkar untuk sesuatu yang keci
Read more
Bab 23. Kita Akhiri Saja Semua
"Ibu, Royal Grey adalah perusahaan besar. Sudah pasti jika Arkan sangat sibuk. Lagi pula, kita mengabari secara mendadak," ucap Sora. "Apa maksudmu kita harus membuat jadwal pertemuan terlebih dahulu baru bisa bertemu? Bagaimana bisa pada keluarga sendiri begitu?" "Sudahlah, Ibu. Ayo kita rayakan saja ulang tahunku." Mereka merayakan hari ulang tahun dengan gembira. Kebersamaan itu adalah apa yang dirindukan Lunar selama berada jauh dari keluarganya. Momen ini adalah penantian panjang yang sangat berharga. Usai pesta kecil-kecilan itu semua orang tertidur kecuali Lunar. Selain itu, Nico juga masih terbuka lebar matanya. Sekarang sudah sangat malam dan sebaiknya dia mengantarkan Nico keluar sebelum waktu semakin larut. "Aku ingin bercerita banyak denganmu, tapi waktu sepertinya tidak mengizinkan. Apa kita bisa bertemu lagi setelah ini?" Lunar menganggukkan kepala. "Jika waktu mengizinkan." Nico tersenyum tipis. "Selamat malam, Lunar. Aku berharap kau memimpikanku." Lunar tidak m
Read more
Bab 24. Ingatan Perjalanan Kita
Mobil hitam baru saja parkir di depan gedung apartemen. Arkan mengunjungi tempat tinggalnya itu berharap bisa bertemu dengan Lunar. Biar bagaimana pun mereka perlu bicara sebelum benar-benar berpisah. Dia memanggil dan mencari-cari keberadaan Lunar. Semua barang tertata rapi seperti biasa. Dia tidak melihat kalau ada barang yang dibawa. Apa wanita itu tidak kembali setelah dia berbicara dengan orangtuanya Lunar? Arkan duduk di tangga, lalu mengeluarkan ponsel. Dia mencoba untuk menghubungi Lunar, akan tetapi tidak terhubung sama sekali. Bisa dikatakan kalau nomor yang dia hubungi tidak terdaftar. Sepertinya Lunar mengganti nomor. Tepat pada saat itu pintu apartemen terbuka. Harapannya untuk bertemu Lunar bangkit. Dia menghamburkan diri untuk segera bertemu dengan wajah yang ada di dalam ingatan. Benar saja kalau Lunar memang ada di hadapan. Dia tidak mimpi kalau mereka akan bertemu kembali. Tadi hampir saja dia kehilangan akal bagaimana cara agar mereka bisa saling berbicara. Dia t
Read more
Bab 25. Rindu Ini Membunuhku
Arkan tersenyum. "Ceritanya sangat panjang. Ayo, turun. Aku tidak punya banyak waktu." Keluar dari gunung, mereka yang biasanya berbeda arah, kali ini Rian berniat untuk menumpang. Arkan tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka berpisah saat Rian sampai di tujuan. Di sana terdapat sebuah pasar kecil yang menjual banyak barang dan bahan makanan. Orang-orang di sana menyebutnya sebagai pasar tradisional. Rian menutup pintu kabin, lalu dia berkata, "Istriku menginginkan sesuatu dari pasar ini. Jadi, aku akan pergi membelinya." "Hari-harimu sebagai ayah pasti sangat sulit." Rian tersenyum. "Sulit dan menyenangkan. Ah! Jika kau mendaki gunung, untuk selanjutnya mungkin kau tidak akan melihatku. Aku harus menemani istriku mengurus bayi kecil kami." Arkan menganggukkan kepala. "Apa kau yakin akan pulang sendiri dari sini? Aku bisa mengantarkanmu." "Terima kasih. Tapi tidak perlu. Aku akan lama di pasar," ucap Rian sambil terus melangkah mundur. Dia melambaikan tangan sebelum membalikkan b
Read more
Bab 26. Jebakan Takdir Sejati
Pertanyaan yang begitu mendadak membuat Lunar terdiam lama. Dia jadi memikirkan apa yang terjadi padanya di luar negeri. Selama menjauh dari Arkan, dia sempat menjalin hubungan dengan beberapa orang pria. Tidak ada yang bertahan lama karena memang dia hanya menerima tanpa bisa memberikan hatinya. "Apa pernikahanmu dengan Raya berjalan lancar?" Arkan masih belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan tadi, tetapi dia memilih untuk tidak terburu-buru. "Kami tidak menikah. Aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami sebelum terlambat. Kalau kau menanyakan alasannya, karena aku menyadari perasaan yang aku miliki padamu. Memang sangat terlambat dan aku sudah bertekad untuk menyatakan perasaanku padamu suatu hari nanti." Lunar mengambil gelas dingin yang ada di atas meja, lalu menghirup isinya. Saat ini dia berpikir lama mengenai bagaimana harus menghadapi Arkan. Apalagi secara tidak langsung dia menerima pernyataan cinta dari pria yang menjadi suaminya dulu. "Bagaimana denganmu? Kau bena
Read more
Bab 27. Kencan Romantis Pertama Kita
Lunar menyeka keringatnya dengan tisu, sedangkan penampilannya masih berantakan akibat ulah Arkan yang tidak main-main ingin memuaskannya di dalam mobil. Bukan berarti dia tidak ingin, tetapi dia tidak habis pikir mereka akan melakukannya secepat itu sesaat dia menerima Arkan. Arkan tersenyum melihat istrinya tampak kewalahan. "Aku tidak bisa menahan diri. Selama kau pergi hanya bayanganmu saja yang menemaniku. Saat pertama kali kita bertemu lagi, aku sangat ingin mendekapmu dalam waktu lama, tapi kau pergi meninggalkanku begitu saja. Tentu ini bukan salahmu." Arkan meraih tangan istrinya, lalu mengecupnya, "Semua murni kesalahanku yang terlambat menyadari kalau aku begitu mencintaimu." "Sejak kapan kau menyadarinya?" Arkan mengusap kepalanya sendiri seolah mencoba mengingat saat-saat itu kembali. "Sejak kau mengatakan bahwa pernikahan kita tidak berlangsung lama lagi. Semua terasa janggal pada saat itu. Aku juga memiliki ketakutan bahwa kau akan hidup bersama pria lain dan melupak
Read more
Bab 28. Wanita Simpanan Arkan
Arkan memegang teguh janjinya untuk tidak menyentuh Lunar. Dia sangat serius pada hubungan mereka dan tidak ingin orangtua Lunar kecewa lagi padanya. Berkat kesulitan untuk mendapatkan Lunar kembali, dia baru sadar kini arti cinta sesungguhnya. Bersama Raya dia tidak ingin menyentuh wanita itu sebagai bentuk perlindungannya, tetapi pada Lunar merangkap semua hal. Dia menginginkan waktu bersama Lunar, ingin melindunginya seumur hidup, bahkan mengarungi kehidupan sampai akhir hayat. Jadi, ini yang namanya cinta sejati? Arkan terkejut ketika Lunar tiba-tiba mengecup pipinya. Dia menoleh dan pada saat itu terjadi, Lunar melingkarkan tangan di lehernya, lalu menempelkan bibir mereka. Dia sempat terbuai dengan ciuman Lunar yang semakin dalam, tetapi saat sadar kalau saat ini mereka sedang ada di depan rumah Lunar membuat dia ingin menghentikan ciuman itu segera. "Lunar ..," lirih Arkan, mendorong wanita itu. Lunar terpaksa menghentikan ciumannya, ekspresinya tampak tidak senang. Meskipu
Read more
Bab 29. Pakaian Dalam Berbeda
Lunar sangat senang dan langsung bersemangat mendengar ucapan Arkan. Dia memang menantikan mereka menghabiskan waktu bersama setelah terakhir kali terjadi di basemen perusahaan. Sudah cukup lama dan dia sebagai wanita bersuami tentu juga memiliki hasrat yang sewaktu-waktu tidak dapat dibendung. Namun, dia baru ingat soal sesuatu yaitu pakaian dalamnya. Dia tidak mempersiapkan apa-apa untuk itu. Apakah dia mengenakan pakaian dalam yang sama atau tidak? Arkan memajukan langkah, kemudian memeluk pinggang Lunar. Dia menatap istrinya itu dari jarak yang dekat dan penuh akan gejolak hasrat, sedangkan Lunar gelisah memikirkan soal pakaian dalamnya sama atau tidak. "Kau tetap tinggal, bukan?" bisik Arkan. Tepat saat Arkan hendak menciumnya, Lunar langsung mendorong diri dan berkata, "T—tunggu sebentar. Aku perlu ke kamar kecil." Arkan tersenyum. "Baiklah. Aku akan menunggumu." Lunar bergegas ke kamar kecil dan memeriksa pakaian dalamnya. Dia sangat menyayangkan kalau dirinya tidak memper
Read more
Bab 30. Kau Tidak Senang Aku Kembali?
Sora mengerutkan dahi memandangi adiknya, tersenyum tanpa ada yang lucu. Lunar sudah terlihat seperti itu sejak pulang ke rumah. Sebelumnya dia yakin Lunar tidak dalam kondisi yang bagus suasana hatinya. Sora berdeham. "Kalian jadi melakukannya?" Lunar melebarkan mata, langsung menutup mulut kakaknya itu. Sementara ibu mereka menatap dengan bingung. Bisa-bisanya Sora menanyakan hal yang sangat ingin dirahasiakan itu di depan orangtua mereka! "Melakukan apa?" tanya sang ibu. "Itu ...." Sora menyingkirkan tangan Lunar dari mulutnya, dengan cepat berkata, "Lunar dan Arkan—" Kali ini Lunar sudah habis kesabarannya. Dia membekap mulut Sora sekuat tenaga. "Arkan?" Sora berusaha bersuara, tetapi ucapannya tidak jelas. Ibu mereka menjadi lebih bingung saat berusaha menerima pesan informasi dari Sora. "Lepaskan kakakmu!" Lunar terpaksa melepaskan, di samping itu dia menatap Sora dengan tajam. Dia tidak bisa membiarkan ibunya tahu soal hal privasi itu. "Ada yang kalian sembunyikan?"
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status