All Chapters of Fake Marriage (Indonesia): Chapter 11 - Chapter 20
47 Chapters
Bab 11. Mencuri Kesempatan Sebisa Mungkin
Lunar membuka pintu apartemen yang berbunyi belnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung membuka pintu. Tamu yang datang ternyata adalah ibunya. Dia mempersilakan ibunya masuk ke apartemen, lalu dengan kecemasan yang masih meliputi dia mengambilkan minuman beserta camilan sebagai sambutan. Dia duduk bersama ibunya tanpa berani mengangkat kepala. Pada akhirnya, dia bersuara juga karena terpikirkan kesalahan yang sudah dibuat. "Maaf, Ibu." "Kau sangat merepotkan." Ucapan sang ibu membuat Lunar semakin menundukkan kepala. Dia tidak sepenuhnya menyesal, tetapi di balik itu dia juga merasa bersalah karena merepotkan kedua orangtua. Suara helaan napas panjang terdengar. "Kau tidak tahu betapa malunya kami di hadapan semua orang karena kaburnya dirimu di acara pernikahan. Ayahmu sampai sakit karena hal itu." Lunar langsung mengangkat kepala. "Ayah sakit?" Sebelum keluarganya datang ke apartemen, mereka sempat berbicara melalui telepon. Tidak ada dari mereka yang mengatakan bagaimana kondis
Read more
Bab 12. Godaan Manajer Apartemen
Lunar kewalahan bagaimana menghadapi situasi. Seharusnya kedatangan ibunya hanya sebentar saja seperti yang dia katakan pada Arkan tadi namun sekarang jelas kebalikannya. "I-ibu, apa yang sedang ibu lakukan?" Lunar menarik tangan ibunya agar bisa duduk bersamanya kembali, tetapi sangat sulit karena ibunya menolak. Dia melirik ke arah Arkan ketika hampir jauh jarak mereka. "Ibu hanya bercanda. Kau tidak perlu memikirkannya dan anggap saja yang tadi hanya nyanyian." "Ibu tidak sedang bercanda atau bernyanyi, Lunar! Kau harus ikut pulang bersama ibu!" Sang ibu menarik putrinya sekuat tenaga hingga bisa pergi bersamanya. Kemudian dia berucap pada Arkan, "Kalau kau menginginkan anak kami, maka jemputlah dia." Seiring langkah yang membawanya menjauh, Lunar menoleh ke arah Arkan dengan harapan agar apa yang terjadi hari ini dilupakan saja. Dia juga tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran ibunya yang membuat keadaan semakin rumit. "Arkan!" Teriakan itu menjadi akhir dari tatapan mereka.
Read more
Bab 13. Tidak Kunjung Datang
Belum sempat Arkan menjawab, tiba-tiba kedua tangannya diraih dan dicengkeram erat seolah pengawal yang ada di kedua sisinya saat ini sedang memborgolnya. "Apa ini? Dena! Kita akan mengobrol di apartemenku! Apartemenku kosong saat ini!" teriak Arkan. "T—tuan Arkan!" Arkan diseret dan dilempar masuk ke dalam sebuah mobil. Saat dia sadar ada di mana sekarang, dia terkejut karena sudah duduk bersama ayahnya. "Ayah bisa datang ke apartemenku saja. Tidak perlu membawa pasukan untuk membawaku." Arkan berkata dengan kesal. "Bagaimana aku bisa datang ke apartemenmu jika kau saja sedang berada di luar bersama wanita lain? Bahkan kalian berencana untuk berbicara di apartemen berdua saja." Arkan melirik ke arah luar jendela yang ada di samping ayahnya. Pasti sekretaris ayahnya yang mengatakan apa yang terjadi tadi. "Aku tidak benar-benar ingin melakukannya." Damien tertawa. "Apa yang membuatmu berhasrat pada seorang manajer apartemen? Aku mengenalmu dan tahu karakter wanita yang kau ingin
Read more
Bab 14. Debaran di Kamar Lunar
Gerakan sang ayah membuat Lunar langsung menghentikan ucapannya. Lantas, dia menghampiri Arkan dan menarik pria itu untuk pergi bersamanya. Mereka terus berjalan hingga berada jauh dari area teras belakang rumah. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lunar lagi. "Kami sedang bermain catur dan siapa yang menang akan mendapatkanmu. Aku berusaha menang, tapi ayahmu tertidur. Makanya, aku menunggu ayahmu terjaga kembali. Padahal, tinggal selangkah lagi sampai aku bisa menang." Lunar mengecup pipi kanan pria itu singkat. Perasaan bahagia mendorongnya untuk melakukannya secara tiba-tiba. "Terima kasih sudah mengusahakanku di depan ayah dan ibu." Walaupun Lunar tahu kalau semuanya hanya untuk mempertahankan hubungan palsu mereka saja, tetapi dia sangat senang karena pria yang dicintai berusaha untuknya. Untuk mendapatkannya. Arkan masih mematung setelah pipinya dikecup. Lambat-lambat, dia menolehkan kepala ke samping, "Kau juga bisa mencium pipi kiriku," ucapnya dengan nada rendah. Lunar
Read more
Bab 15. Jangan Perlihatkan pada Orang Lain!
"Aku tidak berada dalam kondisi baik karena suamiku sedang makan bersama wanita lain." Tidak tahu dari kapan, tangannya sudah mencengkeram baju pria tersebut. "Dan sekarang kau yang ingin menabrakku, berkata kalau kami yang salah? Apa kau tidak pernah menderita sebelumnya? Hidupku sudah begitu kacau dan sekarang kau datang untuk lebih mengacaukannya? Jangan bercanda, Paman!" "Pa—paman?" Lunar melepaskan cengkeramannya dengan kasar, lalu beralih mengamati truk. "Apa kau membelinya lunas?" "H-hey, apa yang ingin kau lakukan dengan trukku?!" Sekretaris Ham mencoba untuk menghentikan, tetapi tidak didengarkan. Situasi semakin rumit saja, padahal dia berpikir untuk mengatasinya secara teratur agar tidak menimbulkan permasalahan lebih luas. Lantas, dia segera menghubungi Arkan untuk memberitahukan kejadian tersebut. "Kalau tidak, lebih baik kau pergi karena aku akan membuatnya hancur sebelum truk ini lunas. Hanya beberapa goresan akan menguras isi dompetmu, bukan?" Pria itu tampak ragu
Read more
Bab 16. Aku Ingin Kau Jadi Milikku
Arkan tersenyum miring. "Kita tidak akan melakukannya sampai kesalahpahaman teratasi. Kau sudah membuat suasana hatiku buruk sejak hari itu." Lunar maju beberapa langkah ke depan sebelum mendorong pintu kamar dengan kuat. Dorongan menciptakan suara yang cukup nyaring. Setelah itu, dia menguncinya agar tidak ada yang keluar atau pun masuk ke dalam kamar. "Apa yang kau lakukan?" Lunar menarik kerah baju pria itu hingga tatapan mereka benar-benar bertemu. "Bukankah kau ingin kesalahpahaman kita berakhir? Jadi, katakan padaku, apa kau benar-benar membayangkan Raya ketika berbaring bersamaku?" Arkan berusaha menyingkirkan tangan yang mencengkeram kerahnya, tetapi sebaliknya tangan Lunar satunya lagi melakukan hal yang sama, mencengkeram kerahnya dengan kuat. "Aku tidak menyukai sikapmu ini, Lunar." "Aku tidak akan berhenti sebelum kau menjawabnya. Apa kau membayangkan Raya ...." Kali lini Arkan sungguh tidak bisa menoleransi. Dia menghentikan kalimat itu berlanjut dengan sebuah ciuma
Read more
Bab 17. Senyuman Untuk Pria Lain
Dering ponsel membangunkan Raya yang tadinya lelap dalam tidur. Susah payah dia mencari-cari ponsel hingga harus bangkit dari baringan. Di saat itu pula dia terkejut mendapati Sekretaris Ham sedang tidur dengan posisi duduk di lantai dan kepala rebah di tepi ranjang. Seingatnya tadi malam mereka pergi minum. Apakah dia mabuk dan Sekretaris Ham membawanya ke kamar hotel seorang diri? Raya membangunkan Sekretaris Ham dan tidak lama kemudian tatapan mereka bertemu. Tanpa bisa diprediksi, orang yang dibangunkan langsung bangkit dengan sikap terkejut. Lebih daripada itu, ada hal yang membuatnya sangat khawatir mengenai mereka. "A-apa kau yang membawaku kemari?" Sekretaris Ham hanya menganggukkan kepala tanpa menjawab. Entah apa yang sedang dipikirkan pria itu sekarang mengenai dirinya, Raya sama sekali tidak tahu. "Bagaimana kau membawaku?" "S-saya memapah ...." Raya mengambil kotak tisu di atas nakas, lalu langsung melemparkannya pada Sekretaris Ham. "Apa aku sangat berat sampai kau
Read more
Bab 18. Tidur Sambil Memelukmu
Lunar bangkit dari sana dengan yakin. "Aku sangat lelah hari ini. Sebaiknya kita bicara lagi besok. Apa kau akan tetap tidur di sofa?" Arkan ingin membantah, tetapi tidak bisa karena alasan itu mutlak. Mereka baru pulang dari perjalanan jauh dan memerlukan istirahat, apalagi selama di kamar hotel banyak tenaga yang mereka kerahkan untuk saling memuaskan satu sama lain. Dia menoleh ke arah lain dan memejamkan mata sebagai jawaban. Jika Lunar membutuhkan ketenangan, maka dia juga membutuhkannya. Bayangan Lunar dan Nico masih terus membuat pikirannya berlarian tanpa henti. Lebih baik jika mereka tidak berada dekat untuk membuatnya tenang. Lunar yang menyimpulkan sikap acuh sebagai penolakan pun tidak lagi berkata-kata. Dia langsung berbaring di ranjang, lalu membenamkan diri dalam selimut. Dia membelakangi Arkan yang berada jauh darinya. Lunar membayangkan kembali apa yang terjadi saat mengunjungi Sora. Tadi adalah pertengkaran emosional di antara sesama saudara. Sora berkata kalau se
Read more
Bab 19. Bangun dari Mimpi Pernikahan
Lunar hanya diam saja memperhatikan. Setelah itu, dia turun dari mobil dan lambat-lambat berjalan menghampiri. Sora tampaknya menyadari ada orang selain dirinya di sana sehingga mereka langsung bertemu tatap. Dia tersenyum, tetapi kakaknya langsung berpaling. "Mari kita bicarakan baik-baik mengenai masalah tadi malam," ucap Lunar. Sora mengembuskan napas panjang. "Baiklah. Mari kita bicarakan baik-baik." Lunar mengambil napas dalam-dalam, mengeluarkannya perlahan, dan berkata, "Kehidupanku tidak sebaik yang kau kira. Mungkin, kau berpikir kalau aku sangat senang dengan apa yang aku miliki sekarang. Suami yang muda, tampan, dan kaya raya. Aku bahkan diselingkuhi di hari pernikahanku." Nico yang dilirik tampaknya mendengar kalimat barusan, langsung mengalihkan pandangan seketika. Pria pengkhianat itu memberi jarak agar kakak beradik bisa berbicara dengan bebas. Lunar menatap kakaknya kembali dengan yakin setelah diam beberapa saat lamanya. "Ya, mungkin aku sedikit lebih baik darimu.
Read more
Bab 20. Sama-sama Berkencan
Mereka tiba di sebuah restoran yang berada jauh dari pusat kota. Lebih tepatnya, restoran ini berada di jalan persinggahan. Sengaja mereka memilih tempat itu agar jauh dari tatapan mata yang mungkin akan mengetahui siapa Lunar. "Aku benar-benar minta maaf padamu mengenai pernikahan kita." "Jangan membahasnya lagi." Lunar tidak ingin mendengarkan masalah yang telah membawa dirinya pada kerumitan hidup. Dia saat ini sedang ingin mengatasi kesedihannya tentang Arkan, bukan untuk menambah kesedihannya dengan kejadian lalu. "Aku baru tahu kalau di sini terdapat restoran bagus untuk beristirahat," ucap Lunar sembari terkesima memandangi sekeliling. "Terkadang aku mampir ke mari untuk beristirahat dari perjalanan bisnis." Lunar menganggukkan kepala sambil mengurai senyuman. Dia hampir saja lupa kalau pria yang akan menikahinya ini adalah seorang pria kaya juga. Namun, dia baru tahu kalau Nico tidak memiliki masalah jika berada di lingkungan sederhana begini. "Kau ingin berkeliling sebe
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status