Semua Bab Perfect Partner in Life: Bab 21 - Bab 30
35 Bab
20- Keikhlasan
Camelia tersenyum miris mendengar suara dari orang- orang di luar kamarnya. Meski tidak terdengar jelas tapi ia tahu jika Medina—kakak iparnya tengah memarahi suaminya—Kevin. Ia sadar dirinya menjadi penyebab semakin renggangnya hubungan kekeluargaan mereka. Ia yang tak pernah dianggap oleh keluarga besar Kevin tanpa sadar membawa pria itu ke dalam masalah yang lebih pelik lagi. Walau Kevin mengaku bahagia bersamanya, tapi ia tahu jelas jika pria itu juga merindukan keluarganya. Kevin masuk ke dalam kamar rawat Camelia beberapa menit kemudian. Wajahnya menampilkan senyum manis seperti biasa, seakan tak ada beban di dalam dirinya. Pria itu sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menunjukkan kecemasan di wajahnya yang bisa saja mempengaruhi psikis istrinya. Dia sangat menjaga perasaan Camelia, dia adalah pria yang sangat baik. “ Lusa kita sudah bisa pulang. Kamu senang, kan?” tanya Kevin seraya tersenyum lebar. Camelia mengangguk, berusaha tersenyum agar suamin
Baca selengkapnya
21- Pertemuan yang Kebetulan
Hari demi hari telah terlewati. Waktu berjalan begitu cepat tanpa satu orang pun yang menyadarinya. Semua orang sibuk dengan aktifitas yang hampir sama setiap hari. Termasuk Shanum. Ia masih sama dengan ikhtiarnya juga doanya yang semakin cepat mengudara, berharap waktu hingga keinginannya terwujud bisa segera datang.Kegiatan Shanum bertambah, bukan hanya soal praktek di rumah sakit tapi juga membantu mengelola yayasan yang mertuanya buat. Jasmine dan Januar hanya datang dua kali dalam satu minggu sementara Shanum dan Abizar memantau ke sana hampir setiap hari. Walau anak- anak yang mereka urus baru sepuluh orang, tapi mereka memastikan jika segala kebutuhan anak- anak itu terpenuhi. Bukan hanya pangan tapi juga sandang. Bahkan beberapa anak yang sudah berumur lima dan enam tahun pun dimasukkan ke sekolah TK besar dan TK kecil. Bagaimana pun juga mereka harus mendapat pendidikan yang layak.Shanum merasa bersyukur bisa hidup di antara anak- anak. Meski mereka tak beru
Baca selengkapnya
22- Menjelang Hari Pertunangan
Meta terlihat cantik dengan dress berwarna peach yang dikenakannya. Rambutnya pun dibiarkan terurai dan polesan make up tipis di wajahnya menambah pesona wanita itu. Walaupun begitu, wajahnya seakan tidak menunjukkan raut kebahagiaan. Ia terlihat tidak bersemangat dan tatapan matanya yang sering kali kosong.Rasya menyadari kekosongan di mata Meta maupun hatinya. Ia sangat tahu apa yang wanita ini pikirkan sekarang. Dia pasti tengah memikirkan Haidar, mantan kekasih sekaligus senior di rumah sakitnya itu. Dunia terkadang memang terasa sempit, seolah kita hanya berputar di satu titik saja. Namun Rasya tak memaksakan Meta untuk segera melupakan Haidar, mereka akan memulai hubungan ini secara perlahan. Sama sepertinya yang mulai mencoba mengikhlaskan kebahagiaan Shanum bersama suaminya.“ Jadi, akhir pekan ini kita buat pesta pertunangannya ya? Lalu untuk pernikahannya sendiri dua bulan lagi. Bagaimana?” tanya Resita sebagai orang yang paling bersemangat dalam
Baca selengkapnya
23- Meratapi Nasib
Haidar duduk di taman rumah sakit sembari memegang satu kaleng kopi. Ia baru saja menyelesaikan dinas malamnya dan masih enggan meninggalkan rumah sakit. Jika pulang pun, ia hanya akan sendirian. Kesepian tanpa ada seseorang yang menyambut kedatangannya. Ia tidak terbiasa kesepian seperti ini, ia butuh seseorang yang bisa terus berada di sisinya. Namun ketika ia menemukan wanita yang tepat, wanita yang bisa membuka hatinya kembali pasca kepergian mantan istrinya dan setelah perpisahannya dengan Shanum, sayangnya ia tidak bisa mendapatkan restu dari orang tua gadis yang ia cintai itu.Terkadang ia jadi berpikir, mungkinkah dirinya ini memang ditakdirkan untuk sendiri saja seumur hidup? Menjadi duda dan menghabiskan waktu seorang diri. Rasanya menggenaskan sekali. Ia butuh mencintai dan dicintai. Meski ia tengah berusaha mengikhlaskan Meta, tetap saja hati kecilnya menginginkan jika wanita itu bisa lebih memilihnya. Namun ia juga tidak mau egois jika sampai Meta harus bertengka
Baca selengkapnya
24- Mengetahui
Haidar masih menatap Meta hingga wanita itu meninggalkan kafe ini, membiarkan wanita itu tidak menyadari keberadaannya di sini. Walau sepertinya Meta seakan merasa ada yang memperhatikannya, terlihat dari wanita itu yang memperhatikan sekitarnya. Beruntung tempat Haidar saat ini agak tertutup dengan dinding pembatas sehingga Meta tidak bisa menemukannya.Ia pun segera beranjak dari tempatnya, menyudahi acara minum kopi sendirian ini dan kembali pulang ke rumah. Tentu setelah memastikan jika Meta juga sudah pulang lebih dulu. Namun langkahnya terhenti ketika melihat wanita itu berdiri tepat di samping mobilnya, dia menatapnya penuh tanda tanya seakan butuh penjelasan. Haidar hanya tersenyum tipis menghampiri wanita yang terus menatapnya itu.“ Sudah aku duga.” Meta tersenyum kecil ketika Haidar berdiri tepat di depannya. “ Sejak masuk ke dalam kafe, aku merasa seperti ada yang memperhatikan. Ternyata itu kamu.”Haidar mengusap tengkuknya,
Baca selengkapnya
25- Ibu Kandung Amira
Haidar menatap kalender yang berada di atas meja kerjanya. Ia menghela nafas demi meredakan sesak yang ada di rongga dadanya. Lusa adalah pesta pertunangan Rasya dan Meta. Hari bahagia mereka berdua sementara ia sendiri masih berlarut dalam masa lalu yang entah kapan usai. Padahal ia selalu berjanji pada dirinya sendiri untuk segera bangkit dan menerima semuanya, tapi keesokan harinya rasa sakit itu kembali terasa.Cklek!Pintu ruangan Haidar terbuka dan Keanu masuk sembari membawa dua gelas kopi di tangannya yang ia beli dari kafe rumah sakit. “ Buat lo. Kurang pengertian apa coba gue sebagai sahabat.” Ia meletakkan satu gelas latte di depan Haidar lalu ia duduk di kursi yang biasa ditempati oleh pasien- pasien dari sahabatnya itu. “ Biar seger. Muka lo tuh kusut banget.”Haidar memutar bola matanya dengan malas. “ Lusa lo dateng?”“ Kemana?” tanya Keanu dengan wajah polos.“ Ke pesta pertunang
Baca selengkapnya
26- Seperti Ratu
Kasus soal Vivi masih akan berlanjut hingga sidang penetapan hukuman yang akan Vivi terima. Setidaknya kejujuran wanita itu mungkin bisa sedikit meringankan hukumannya. Walau penyesalan mungkin tak akan bisa pergi dari dirinya setelah menelantarkan anaknya sendiri. Kelak, Vivi akan sangat merindukan anaknya dan sadar jika anak lebih dari segalanya. Mungkin dia juga akan menyesal tidak berusaha lebih baik agar anaknya bisa tetap bersamanya. Namun semua itu sudah terlewat, semua sudah terjadi dan digariskan oleh Tuhan. Sekarang, tinggal bagaimana Vivi menjalani kehidupan barunya di balik jeruji besi dan berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi.Shanum hanya beberapa kali datang ke persidangan Vivi sebagai saksi dan juga saat penyerahan Amira secara resmi ke yayasannya. Kini Amira sudah memiliki kartu identitas seperti kakak- kakaknya yang lain. Hal yang tentu penting untuk kehidupannya ini.“ Kita udah cukup lelah mengurus kasus soal Vivi, jadi bagaimana jika l
Baca selengkapnya
27- Hari H
Hari itu akhirnya datang. Hari dimana seharusnya wanita berambut hitam itu bahagia. Ya, dia memang bahagia tapi kebahagiaannya masih belum sempurna. Sebesar apapun usahanya untuk menjalani takdirnya dengan sepenuh hati, masih ada yang mengganjal di dalam hatinya. Walaupun begitu, ia berusaha untuk menahannya demi mencapai kebahagiaan yang sempurna. Perlahan tapi pasti, perasaannya pada Haidar mulai memudar.Bukan hanya karena Meta sudah hampir mengikhlaskannya, tapi karena usaha Rasya juga yang memperlakukannya dengan sangat baik. Dia adalah sosok suami idaman yang pasti diimpikan oleh para wanita di luar sana tapi Rasya memilih untuk menerima perjodohan dengannya. Dia adalah wanita yang Rasya pilih. Jadi sudah seharusnya ia kini juga memantapkan hati untuk memilih pria itu sebagai calon suaminya.“ Kamu cantik banget, sayang. Rasya mana bisa menolak perjodohan ini jika calon istrinya saja secantik kamu.” Resita masuk ke dalam kamar putrinya dan melihat Met
Baca selengkapnya
28- Pantai
Perjalanan menuju pantai memakan waktu hampir lima jam. Selain karena tempatnya yang cukup jauh dari ibukota, juga jalan menuju pantai yang agak rusak sehingga membuat Abizar harus melajukan mobilnya dengan lebih pelan dan hati- hati. Mereka pun akhirnya sampai di cottage yang telah mereka sewa di dekat pantai karang bolong. Bahkan mereka cukup berjalan kaki sebentar untuk mencapai pantai dengan pasirnya yang putih dan cantik itu.Untungnya ini bukan akhir pekan, jadi pantai tidak terlalu ramai. Mereka jadi bisa menikmati liburan mereka dengan lebih nyaman lagi. Tanpa harus melihat keramaian di pantai atau berebut tempat untuk melihat sunset nanti sore.“ Jauh juga ya. Capek,” keluh Shanum yang merasa lelah luar biasa. Tidak seperti biasanya. Padahal ke Malang dengan menggunakan mobil pun ia sanggup dan tidak merasa sepegal ini. Tapi kenapa sekarang pinggangnya seperti mau copot?“ Nggak apa- apa. Kita istirahat dulu baru nanti sore lihat sunse
Baca selengkapnya
29- Keinginan Bumil
Seperti biasa, setiap pagi Keanu menemani istrinya untuk berjalan- jalan di sekitar komplek perumahan mereka. Tiara pun sudah resmi mengambil cuti lahiran sejak satu minggu yang lalu. Sekarang istrinya tengah mempersiapkan diri untuk operasi caesar yang akan dilaksanakan dalam waktu dua minggu lagi. Karena tekanan darah istrinya selalu tinggi, jadi melahirkan secara pervaginaan bukan pilihan yang tepat. Jalan satu- satunya adalah operasi caesar. Lagipula, mau melahirkan dengan cara apapun... perjuangannya pun sama. Semuanya sama- sama butuh pengorbanan. Jadi jangan pernah menjudge wanita yang melahirkan secara caesar maupun normal, keduanya sama- sama adalah calon ibu.Terkadang omongan orang di luar sana memang menyakitkan, seolah mereka sangat mengerti apa yang tengah orang lain rasakan. Padahal mereka hanya menilai dari luarnya saja. Keanu seringkali mengingatkan istrinya untuk cuek dengan ucapan orang- orang, terutama soal fisik Tiara yang memang jauh lebih berisi dibandi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status