All Chapters of After We Kissed: Chapter 11 - Chapter 20
64 Chapters
11. Cekcok Sebelum Nikah (1)
Dugaan Laura terjawab. Abraham membawa keluarganya datang ke rumahnya satu minggu kemudian. Rona kebahagiaan Bunda terpancar ketika bertemu dengan Mama di garis pintu. Arabella pun bahkan menyapanya dengan pelukan hangat dengan senyum Danesha sebagai penutup. Sementara Abraham? Laki-laki itu memberinya seringai mengesalkan seperti yang biasa laki-laki itu berikan padanya. Pembicaraan dua keluarga berlangsung cukup intimate, penuh canda dan tawa serta kekeluargaan. Sayangnya tidak bagi Laura. Laura bahkan tidak bisa menjelaskan perasaan yang membelenggu hatinya sendiri—antara kebutuhan ataukah hanya keterpaksaan. Laura cukup memberikan senyum termanis, maka tidak akan ada yang tahu bagaimana kondisi hatinya sekarang yang sebenarnya.
Read more
12. Cekcok Sebelum Nikah (2)
“Pantesan,” celetuk Laura ketika ia turun dari kursi gigi yang selalu ia duduki hampir setiap bulan untuk kontrol. Bulan ini adalah waktunya Laura kontrol gigi seperti biasanya. Mungkin karena sekarang Laura jauh lebih mengenal Galileo, makanya suasana di dalam ruangan jauh lebih santai ketimbang sebelumnya. “Memangnya Abe nggak pernah cerita?” Laura menggeleng. “Kebangetan manusia kanebo satu itu. Masa calon istrinya harus tahu dari orang lain,” tambah Galileo kemudian sembari mensterilkan alat-alat yang habis ia pakai.Singkatnya klinik yang biasanya Laura kunj
Read more
13. Cekcok Sebelum Nikah (3)
Area pantry menjadi salah satu tempat rehat ternyaman hampir seluruh staf dikala mereka penat karena harus berkutat di depan laptop sejak pagi. Begitu pula dengan Laura. Ia tengah menyeduh cokelat kemasan ketika Freya berdiri di garis pintu sembari mendekap lengannya di dada.“Yang mau nikah beda ya. Sibuk sampai nggak ada waktu buat temannya sendiri,” sindir Freya.Laura terkekeh menimpalinya. “Harap maklum dong. Persiapannya malah nggak sampai tiga bulan. Nggak hanya pesta, mentalku pun harus sudah siap,” sahut Laura sambil lalu. “Kenapa? Kamu kesepian karena nggak ad
Read more
14. Munculnya Alana
From : GalileoGue tahu kalau lo nggak suka gue dekat-dekat sama Laura, tapi bukan berarti kayak gini juga caranya, Ab.           
Read more
15. The Day
“Saya terima nikah dan kawinnya Laura Wilona binti Panggih Bagaskoro dengan mas kawin sepasang cincin platina bertahta berlian dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.”Dalam satu kali tarikan napas prosesi ijab kabul diucapkan Abraham dengan suara lantang. Ucapan doa dan rasa syukur Laura tanamkan dalam hati. Hari ini ia telah resmi menyandang status barunya sebagai Nyonya Wibisana. Freya yang menjadi satu-satunya bridesmaid pun ikut menangis haru dan bergantian memeluknya bersama dengan Arabella. Kemudian tanpa menunggu lama Laura menyambut uluran tangan Abraham saat laki-laki itu menjemputnya di garis pintu. Semua berjalan dengan khidmat dan intimate sehingga tanpa sadar airmata Laura mengalir saat Abraham menyemat
Read more
16. Tentang Sebuah Rasa
Jatah cuti menikah dari kantor pun berakhir. Baik Laura maupun Abraham seperti diingatkan bahwa tumpukan pekerjaan telah menyambut mereka saat keduanya tiba di kantor masing-masing. Abraham menepikan mobilnya tepat di depan pintu masuk area perkantoran Laura.“Pulang kantor jangan buat janji dengan siapa-siapa ya,” kata Abraham ketika melihat Laura bersiap membuka pintu mobil, dan untungnya Laura mengurungkan niatnya itu. “Aku ingin mengajakmu melihat rumah,” lanjut Abraham lagi.“Rumah? Maksud Mas rumah yang akan kita tempati nanti?”
Read more
17. Kejanggalan
Kejadian semalam membuat kerja otak Laura berlari ke mana-mana. Ia sungguh tidak bisa fokus bekerja sedari tadi. Bahkan Becca yang selalu bersikap acuh tak acuh pun mulai angkat bicara—menegurnya karena melakukan kesalahan memfotocopy dokumen meeting.“Kayaknya mending kamu makan siang duluan deh, La.” Becca, dengan sifat tegasnya mulai angkat bicara. Laura menatap Becca dalam diam sembari mengerjapkan mata. “Kamu perlu banget mendinginkan kepala. Nggak hanya sekali, tapi sudah dua kali kamu salah fotocopy materi penting buat meeting besok pagi. Mubazir kertas tahu.”
Read more
18. Serpihan
Tidak banyak waktu yang dimiliki Laura untuk berpikir. Karena malam sudah berganti pagi ketika Laura membuka matanya. Laura terperangah—jam weker di atas nakas menunjukkan tepat di angka enam. Walaupun sudah beberapa malam Laura tidur di sini, tapi sendirian di kamar yang terbilang cukup besar seperti ini membuat Laura seolah berada di dunia antah berantah. Laura mengecek ponsel yang sengaja ia selipkan di antara bantal. Berharap akan ada jejak peninggalan dari Sang Suami menelepon saat dirinya jatuh terlelap semalam. Nihil. Abraham sama sekali tidak mencoba menghubunginya. Bahkan ponsel Abraham pun dalam keadaan tidak aktif saat Laura gantian mencobanya. “Laura.” Panggilan Bunda membuyarkan l
Read more
19. Pengakuan Dua Pria
Clara menepuk pelan bahu Laura saat ia tengah berdiri memandangi luar jendela yang hanya menampilkan pemandangan gedung diseberang. Laura menoleh lalu tertawa saat tahu siapa yang menegurnya. “Sepagi ini udah bengong? Really, La?” sahut Clara. “Lama nggak mengobrol sama kamu sejak menikah. Kabarmu gimana?” tanya Clara menambahkan.“Kamu mau tanya kabarku atau kabar suamiku nih!” timpal Laura terkekeh-kekeh.
Read more
20. Dua Hati
“I fall for you ....”Sebuah kalimat singkat, tapi mengandung makna luar biasa bagi Laura. Laura tidak bergeming sama sekali. Layaknya orang linglung, ia hanya sanggup melongo tanpa ekspresi. Bibir Laura mengatup begitu rapat. Hanya kedipan mata yang menjadi penghubung di antara keduanya.  Percaya atau tidak. Sadar atau tidak. Abraham benar-benar mengatakannya.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status