Semua Bab After We Kissed: Bab 41 - Bab 50
64 Bab
41. Kecewa
Bulan berikutnya adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh Laura. Dengan harap-harap cemas Laura menunggu pintu bercat putih di depannya terbuka. Ya, hari ini adalah genap satu bulan sudah setelah Laura diminta untuk bedrest total oleh Dokter Jarvis. Dan selama itu pula berbagai pantangan telah Laura lakukan, termasuk tidak pergi ke mana-mana selain hanya di atas ranjang dengan ditemani Abraham. Sikap posesif Abraham ternyata menguntungkannya sekarang. Selama satu bulan Abraham hanya menemaninya di rumah dan hanya memenuhi panggilan ke klinik jika terlanjur membuat janji dengan pasien. Selebihnya Abraham menetap di rumah meskipun harus seharian berada di depan notebook. Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka dengan seorang perawat yang memanggil namanya untuk masuk. Laura menoleh ke arah laki-laki yang dengan setia merangkulnya—memberikan isyarat agar mereka berdua masuk bersamaan.Baik Dokter Jarvis dan Abraham keduanya saling berpandangan cukup lama, lalu tawa me
Baca selengkapnya
42. Pergi
Tubuh seorang perempuan langsung menghambur dalam pelukan Abraham saat ia baru saja selangkah masuk ke dalam ruang tunggu rumah sakit. Alana menangis sesunggukan di dada bidangnya saat menceritakan apa yang terjadi dengan anak laki-lakinya itu. Tiba-tiba Oliver kejang-kejang karena suhu tubuhnya yang terlampau tinggi. Ditambah lagi bawaan penyakit asma yang diderita anak itu semakin memperkeruh keadaan. Mau tidak mau selang tabung oksigen harus ikut menempel di hidung dan untung saja tidak ada kejadian serius lainnya yang di alami bocah itu.“Harusnya kamu lebih waspada kalau sejak awal memang sudah ada penyakit bawaan asma. Anak sekecil dia mana bisa berpikir layaknya orang dewasa selain menangis,” tukas Abraham saat keduanya memutuskan duduk di depan ruang perawatan anak. Abraham melepas tangan Alana dilengannya kemudian melanjutkan perkataannya lagi. “Nanti setelah Oliver pulih dari rumah sakit, aku ingin kita segera mengurus rangkaian tes DNA sesegera mu
Baca selengkapnya
43. Satu Per Satu
Berita pulangnya Laura ke rumah orangtuanya sampai juga ke telinga Bunda. Entah kata-kata apa yang Abraham rangkai untuk menghipnotis ibunya hingga Bunda datang ke rumah Mama sepagi ini. Belek di mata Laura masih menumpuk sementara Bunda sudah berpakaian rapi dan wangi saat meremas punggung tangannya lembut.“Bunda sudah dengar semuanya dari Abe. Kalau dia berbuat keterlaluan tolong dimaafkan ya, Sayang. Abe itu terkadang nggak peka dan itu memang kelemahannya.” Bunda memonopoli pembicaraan. “Nggak apa-apa kalau kamu mau di sini untuk sementara waktu, tapi kesehatan tetap nomor satu ya, La. Kasihan Si Kembar.” Laura mengangguk sembari tersenyum. “Nanti bila perlu biar Bunda yang akan menggantikanmu marah ke Abe. Pokoknya masalahmu nggak boleh sampai mempengaruhi suasana hatimu,” tambah Bunda lagi.“Bunda mau mengerti saja Laura sudah senang kok,” timpal Laura. “Bunda ke sini sama siapa? Naik taksi?”Bun
Baca selengkapnya
44. Gelap vs Kangen
Perutnya tiba-tiba terasa lapar. Laura ingin sekali makan sesuatu yang manis dan hangat yang meleleh di mulutnya dalam satu kali gigitan. Baru membayangkannya saja air liur Laura sudah keluar ke mana-mana.Apa ini yang namanya ngidam? Batin Laura.Buru-buru ponsel diraihnya, menekan tombol aplikasi delivery food serta berselancar mencari resto atau depot makanan yang menjual makanan yang ia inginkan. Pintu kamar Laura diketuk seseorang dari luar. Tiba-tiba saja separuh badan Mama muncul dari balik pintu.“Di luar ada Danesh,” kata Mama. “Kayaknya dia bawa sesuatu buat kamu. Temui dulu gih.”Laura beranjak dari atas ranjangnya sembari menyambar sweater sebelum keluar kamar. Tak dipungkiri lagi bahwa kedatangan Danesha pastinya karena suruhan Abraham yang seharian ini memang tidak menghubunginya sama sekali. Laki-laki itu terkadang suka kelewatan kalau sudah sibuk dengan pekerjaannya. Tidak hanya lupa waktu, tapi juga lupa k
Baca selengkapnya
45. Detik-Detik
Seiring berjalannya waktu perut rata Laura semakin menunjukkan perubahan. Perut ratanya telah berubah lebih membuncit tidak seperti kehamilan pada umumnya. Dokter Jarvis bilang hal itu sangatlah wajar mengingat ada dua orang nyawa manusia di sana. Padahal kandungan Laura baru berjalan lima bulan, tapi dirinya sudah merasa kesusahan membawa badan. Nafsu makannya menjadi berkali-kali lipat serta mengubah badan sintalnya menjadi lebih chubby di beberapa bagian. Perubahan bentuk tubuh yang sedrastis itu terkadang membuat insekuritas dalam diri Laura memuncak. Selama tiga puluh tahun semasa hidupnya Laura tumbuh dengan bentuk tubuh ideal dan sejak ia dinyatakan hamil tiba-tiba saja tubuhnya membengkak secara drastis dan itu membuatnya agak frustasi. Laura sering kali berpikiran tidak pada tempatnya saat melihat perempuan cantik berbadan aduhai lewat disebelahnya.“Kamu mikirin apa sih? Kamu cantik, Laura. Dan kamu sedang mengandung anak-anakku, jadi kecantikanmu selalu berli
Baca selengkapnya
46. Terlanjur Basah
Rangkulan Laura di lengan Abraham mengetat. Persiapan yang mereka berdua lakukan sudah matang. Terlalu matang malahan. Bahkan atas saran dari Laura pula, Abraham bahkan telah mempersiapkan segala kemungkinan terburuk. Namun tidak ada yang sanggup memprediksi bagaimana isi hati manusia. Ketika semua rangkaian tes telah dilakukan selesai dan hasil yang paling ditunggu-tunggu akhirnya diumumkan dalam bentuk lembaran kertas, Abraham tidak bisa menahan lagi bendungan emosinya.“It’s bullshit!!” sergah Abraham penuh emosi. Spontan saja ia menarik kerah snelli laki-laki di depannya dengan tatapan mengintimidasi. “Anda dibayar berapa sama Alana, hah!”“Apa maksud Anda?!” kata dokter itu tidak terima atas tuduhan Abraham. “Saya bisa berbalik melaporkan Anda karena pencemaran nama baik, Dokter Wibisana.”Abraham berdecak lalu melepaskan cengkramannya. Abraham sungguh tidak bisa menerima apa yang tertulis dalam lembaran
Baca selengkapnya
47. Aku Kuat
Laura menyaksikan dengan kedua matanya pertemuan antara ayah dan anak di rumahnya. Ia hanya menatap ke satu titik betapa bahagianya Oliver saat Abraham mengusap pelan kepala anak itu. Dada Laura berdenyut, terasa ngilu sekali. Perasaannya bercampur aduk jadi satu. Ia juga ikut senang sekaligus sedih dalam waktu bersamaan. Genggaman erat Arabella menyapa punggung tangannya. Adik perempuan Abraham itu seakan memberikan kekuatan untuknya, dan Laura sangat berterima kasih akan hal itu.Percakapan antara keluarga kecil itu terjadi. Abraham mulai terlihat rileks walaupun sesekali matanya yang tajam itu melirik ke arah Laura. Laki-laki itu mengkhawatirkannya. Amat sangat mengkhawatirkannya. Sementara Laura bisa apa? Ia tidak mungkin bisa memberikan senyum setulus yang biasa ia berikan. Laura takut jika hal itu sampai ia lakukan maka pertahanannya sejak tadi akan terbuang sia-sia. Laura tidak ingin menangis. Ia tidak ingin seorang pun melihat airmatanya menetes. Ah … tapi lagi
Baca selengkapnya
48. Ular Itu Berbisa
“Hipertensi?!”Laura diam mematung. Untuk orang normal saja tekanan darah tinggi cukup membahayakan karena bisa mengakibatkan stroke dan penyakit komplikasi lainnya. Sekarang bagaimana bisa seorang perempuan yang tengah hamil terkena penyakit itu? Laura bukan perempuan bodoh yang tidak mengerti seperti apa bahayanya untuk perempuan hamil. Apa yang salah dengan dirinya? Makanan apa yang terakhir ia makan? Dan kenapa sampai bisa seperti ini? Berbagai pertanyaan berkecambuk dalam pikiran Laura. Tentu saja ia menyalahkan diri. Karena semua tidak mungkin terjadi kalau bukan kelalaiannya.“Kenapa bisa jadi seperti ini?” tanya Abraham.Dokter Jarvis menggeleng. “Belum ada yang menemukan apa penyebabnya, Ab. Kemungkinan karena asupan makanan yang tanpa kita sadari terlalu banyak mengandung garam. Hipertensi untuk ibu hamil memang berbahaya, tapi untung cepat diketahui.”Kembali Laura tidak menyahut. Ia hanya meremas tangan Frey
Baca selengkapnya
49. Keputusan
“Kamu berani menamparku?!”“Perempuan jalang sepertimu memang pantas menerimanya.”Tatapan nyalang penuh amarah sekaligus kebencian terpancar di wajah Alana. Alana tampak tidak terima ditampar dihadapan banyak orang yang notabene dikenalnya dengan amat baik. Perempuan itu mengibas rambut panjangnya dengan angkuh. Ia mendekati Laura dan hendak membalas tamparan yang membuatnya malu setengah mati. Aksi Alana itu tentu dihentikan oleh Abraham yang langsung memasang badannya sendiri—tamparan itu tepat mengenai pipi kirinya.“Minggir, Ab! Urusanku dengannya belum selesai,” kata Alana penuh murka.“Jangan halangi aku, Mas. Akan kurobek mulut berbisanya itu agar perempuan ini sadar dan tahu di mana posisinya. Supaya dia nggak halu sepanjang jalan.”Laura menatap wajah Abraham yang tengah mendekapnya. Sungguh tidak pernah terpikirkan dalam hidup Laura jika tragedi hidupnya akan penuh drama seperti sinet
Baca selengkapnya
50. Gawat
Tingkepan alias acara tujuh bulanan merupakan prosesi adat masyarakat Jawa yang ditujukan bagi perempuan dengan kehamilan mencapai usia tujuh bulan. Upacara tingkepan sebetulnya mengandung artian ucapan terima kasih, doa serta harapan kepada Tuhan agar segala proses menuju dan sesudah kelahiran berjalan dengan lancar. Namun pada pelaksanaannya, prosesi tingkepan sangat beragam meskipun tujuannya sama. Mulai dari acara siraman sampai acara jualan dawet atau rujak, semua memiliki arti tersendiri. Seharusnya acara tujuh bulanan akan dilakukan di rumah Mama dan tentu saja semua perlengkapan sudah tersedia di sana. Namun tiba-tiba saja Laura menolaknya. Laura bersikeras membujuk Sang Mama untuk membatalkan acara tingkepan itu. Tidak ada alasan yang jelas. Laura sedang tidak ingin bertemu siapapun. Khususnya Abraham. Dua minggu sejak Abraham mengantarnya ke rumah Mama malam itu, tidak sekalipun Laura mau bertemu dengannya. Hampir setiap hari Abraham datang ke rumah Mama, tapi suami Laura
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status