All Chapters of Dragon King's Lover (INDONESIA): Chapter 11 - Chapter 20
64 Chapters
Bab 11
    Gabriel tercenung atas penolakan yang diberikan oleh Calista kepadanya. Gabriel tidak menyangka jika Calista telah melupakannya secepat itu.    "Apa yang terjadi?" tanya Dimitri begitu ia menghampiri Gabriel.    "Calista menolak aku." Dimitri  menatap prihatin Gabriel. Pasti sangat sulit untuk temannya ini.    "Kenapa kau tidak menceritakannya saja?"    "Menceritakan? Menceritakan jika aku adalah Vampir dan aku pergi untuk urusan klan? Apa Calista percaya?" ujar Gabriel. Memang hanya Dimitri yang mengetahui jika Gabriel adalah seorang Vampir. "Jika aku menceritakan pada Lea mungkin dia percaya,"lanjutnya.        "Yah, percintaan kalian rumit sekali. Manusia dan Vampir, aku tidak percaya cintamu itu begitu kuat pada Calista." Dimitri menghampiri kursi tamu di rumahnya lalu duduk
Read more
Bab 12
    Calista menatap siapa yang baru saja datang. Pakaian pria itu terlihat lebih mewah, khas seorang kerajaan sekali. Dalam hati Calista bertanya-tanya sebenarnya ia berada di mana? Di lokasi syuting atau ini adalah parade Cosplay?    "Kau siapa?" tanya Calista pada pria yang berjubah biru itu.    "Perkenalkan, saya adalah Kenzo. Kaki tangan King Lucas sekaligus panglima perang." Kenzo menunduk hormat pada Calista.    "Heh?" Calista heran sekali, kenapa orang-orang aneh ini memanggilnya ratu dan menghubungkan ini dengan Lucas. Lalu apa katanya tadi? Panglima?    "Oke. Kenzo, kau tahu di mana Lucas?" tanya Calista.    Kenzo mengangkat kepalanya. " King Lucas sekarang ada urusan, Yang Mulia. Nanti beliau akan kembali." Lagi-lagi Calista mendapatkan jawaban yang sama &nb
Read more
Bab 13
    "Jadi aku harus pakai ini?" Calista mengangkat sebuah gaun berwarna merah, senada dengan pakaian yang Lucas pakai. Calista cukup terpana dengan penampilan Lucas yang sangat berbeda, tidak seperti pertama mereka bertemu.    "Ya, malam ini ada acara yang harus aku hadiri. Temanmu itu juga ikut, Nicholas akan membawanya."     "Benarkah? Kau tidak berbohong?" Calista menyipitkan matanya. Bisa saja Lucas membohonginya, Calista tidak sepenuhnya mempercayai Lucas.    "Sejak awal aku tidak pernah berbohong," kata Lucas.    Calista menghela nafas lalu mengeluarkan semua barang perlengkapan yang ada di dalam kotak itu, ada gaun, sepatu, anting, hiasan kepala, dan masih banyak lagi. Calista melihat itu menjadi ngeri. Ini merepotkan.    "Semua ini harus di pakai?" tanya Calista. Yang benar saja, ia tidak pernah memakai hal-hal yang sepert
Read more
Bab 14
    Calista dan Lucas duduk di dalam kereta kuda yang akan membawanya ke Istana Wizard. Dalam perjalanan Calista tidak berhenti takjub dengan hal-hal yang baru saja ia lihat. Sesekali ia mengintip di jendela yang berada di dalam kereta itu, Lucas yang melihatnya sesekali tertawa.    "Tempat ini sangat bagus," kata Calista. Kereta kudanya melewati sebuah jalan yang di sisi kiri dan kanannya di tumbuhi pepohonan. Pepohonan itu berbaris rapi, seperti ditanam dengan sengaja. Apalagi kereta itu berjalan menuju matahari tenggelam.    "Di sini tidak kalah bagus dengan duniamu, bukan?" Lucas menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Calista.     "Memang bagus. Tapi duniaku adalah rumahku, aku harus kembali ke sana," balas Calista. "Apakah kita masih lama?" tanyanya seraya duduk menjauhi Lucas.    "Sebentar lagi," kata Lucas. Mereka hanya perlu beberapa menit lagi a
Read more
Bab 15
    "Kenapa banyak sekali kereta yang melewati jalan ini?" tanya Dimitri. Sesekali ia menundukkan kepalanya ketika sebuah kereta kuda melewati jalanan, posisi mereka saat ini adalah bersembunyi di balik bebatuan yang ada di pinggir jalan bersama Gabriel.    "Entahlah. Sepertinya ada acara." Gabriel melakukan hal yang sama ketika sebuah kereta mewah melintas. "Ayo pindah tempat." Gabriel berdiri lalu berjalan ke tempat yang lebih banyak tempat persembunyiannya.    "Di sini saja. Aku yakin yang membawa Calista pasti orang kuat, buktinya ia dapat membuka portal penghubung," ujar Gabriel. Ia bersembunyi di sebuah pepohonan. Dibandingkan bebatuan tadi, tempat ini lebih strategis. Di sini pohon berjejeran jadi memudahkannya untuk bersembunyi atau sekedar mengintip.    "Kupikir juga begitu," balas Dimitri.    "Tentu saja, entah kenapa firasatku mengatakan jika Calista b
Read more
Bab 16
    "Woah. Lihat gaun yang kau pakai, indah sekali." Lea memuji tampilan Calista. Sahabatnya itu terlihat anggun sekali, jauh sekali dari pakaiannya sehari-hari yang sering sekali memakai celana.    "Tapi ini merepotkan. Hiasan di atas kepalaku ini hampir membuat kepalaku pecah." Calista menyentuh beberapa hiasan yang melekat di kepalanya. Saat ia berkaca memang bagus, tapi ia merasa ini sangat menyiksanya.    "Tahan saja, aku juga memakainya walau tidak sebanyak dirimu."     Hiasan Lea memang lebih simpel, hanya hiasan berupa bunga mawar yang di kaitkan di rambutnya. Tidak berat. Jika Calista berpenampilan seperti Ratu, maka Lea lebih cocok seperti seorang putri.    "Setelah ini, aku ingin kembali ke dunia kita." Calista bersedekap menatap Lucas yang sedang berbicara bersama Nicholas. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi mereka terlihat menikmati obrolanny
Read more
Bab 17
    "Apa yang kau lakukan?" Gabriel pasrah ketika seorang pria menariknya diam-diam keluar dari pesta. Tidak ketinggalan Dimitri juga mengikuti Gabriel. Sekarang mereka bertiga berada di gudang kosong halaman belakang istana Wizard.    "Maafkan aku," kata Gabriel.     "Seharusnya kau berpikir dulu, bagaimana jika Lucas tahu jika kau masih hidup? Rencana kita akan gagal!" Gabriel diam, pria di depannya memang benar.    Aslan. Pria yang sudah membesarkan Gabriel atau bisa dibilang ayah angkat dari Gabriel. Pria yang menjadi saksi atas pembantaian yang dilakukan oleh Lucas terhadap keluarga Vampir.    "Jangan terpancing emosi, kita harus melakukannya sesuai rencana." Aslan menepuk pundak Gabriel. "Jangan karena emosimu, rencana tang telah kita susun bertahun-tahun menjadi gagal."    Dimitri mendekati Gabriel dan berbisik. "Dia siapa?
Read more
Bab 18
Respon Ibu Calista ketika mendapati anak gadisnya pulang adalah menangis dan memeluknya erat, Calista pun demikian, ia membalas pelukan ibunya tidak kalah erat. Setelah itu ibunya memberondongnya dengan berbagai pertanyaan.Pagi ini Lucas telah menepati janjinya untuk mengantarkan Calista kembali ke dunia manusia, setelah selesai sarapan, Lucas membawa Calista ke hutan kabut. Nicholas juga melakukan hal yang sama, ia juga mengantarkan Lea kembali ke dunia manusia."Bu, aku tidak apa-apa. Lihat aku baik-baik saja," kata Calista. Ia memutar-mutar tubuhnya, memperlihatkan jika ia memang tidak terluka sedikitpun."Kau tahu? Ibu khawatir sekali." Sela menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Lalu bagaimana Lea, dia tidak apa-apa?" tanya Sela lagi."Lea tidak apa-apa. Sekarang ia juga sudah kembali ke rumahnya," jelas Calista."Lalu bagaimana kalian bisa selamat?" tanya Sela lagi."I
Read more
Bab 19
    Lucas duduk di meja makan dengan tubuh yang tenang, sesekali ia menyuap satu sendok ke dalam mulutnya. Matanya yang menatap piring beralih menatap ibunya. "Nanti saja kita bahas, Ibu," ucapnya memelas.    Merida menatap tajam Lucas. "Ibu masih tidak terima ketika kau tidak mengenalkan calon ratumu, padahal semalam dia sudah ada di sini." Merida kesal dengan putranya, padahal ia ingin sekali melihat gadis yang sudah membuat putranya tergila-gila.    "Sudahlah, Sayang. Nanti kita bisa melihatnya," kata Antonio menengahi.    "Ini juga salahmu. Jika saja kau tidak mencegahku datang, pasti aku sudah melihatnya." Mata Merida beralih menatap suaminya, Antonio. Pria yang membuatnya tidak jadi datang ke pesta. Antonio bungkam ketika istrinya memarahinya.    "Nah, ibu benar. Ini semua salah pak tua ini, jangan beri ia jatah, Bu." Lucas mengompori ibunya, ia menyeringai
Read more
Bab 20
    "Ini kue milikmu." Calista menyodorkan kue kepada Lucas. Tadi, ketika ia sedang berjaga di toko kue ibunya, tiba-tiba saja Lucas datang dan memesan kue. Kali ini untuk ia makan mengingat ia minta kue ini ditaruh di piring.    "Terima kasih, Ratuku," ucap Lucas seraya melebarkan senyumnya, setelah itu Lucas menyantap kue yang telah Calista hidangkan untuknya.    Calista tidak peduli, ia akan kembali ke meja kasir tapi Lucas kembali memanggilnya. "Satu lagi. Aku mau cola dingin," kata Lucas.    Calista berbalik dan mengambil cola kaleng di dalam lemari pendingin dengan malas ia meletakkannya di atas meja. "Sudah. Cepatlah makan dan pergi dari sini."    "Astaga. Kau mengusir pelangganmu?" tanya Lucas dengan raut wajah tidak percaya. Hal itu sukses membuat Calista gemas dan ingin melemparkan Lucas keluar dari toko ini, pria itu terlalu banyak kelakuan.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status