Semua Bab Why: Bab 11 - Bab 20
46 Bab
Episode 11
Tangisan Ainahuk ... uhuk!" Aina tiba-tiba terbatuk, seketika membuat Jaden yang berada di samping Aina merasa khawatir."Nona! Nona, kamu tidak apa-apa? Apa ada yang sakit, di mana? Cepat katakan, Aina?!" tanya Jaden dengan tidak sabaran, hingga ia memanggil Aina dengan sebutan nama saja dan tidak berkata formal."Saya tidak apa-apa, Dokter. Hanya saja, mulut saya kering," keluh Aina dengan memegangi lehernya.Tanpa menjawab Jaden dengan sigap mengambil minuman yang berada di atas meja, dan langsung memberikan pada Aina. Namun, gerakkannya terhenti ketika ia melihat Aina masih terbaring di tempat tidur."Apa Nona mau minum menggunakan dengan sedotan, atau duduk saja?" tanya Jaden, seraya menunjukkan air putih dalam gelas ke arah Aina."Saya ingin minum dengan duduk saja, bisakah Dokter membantu saya. Karena saya tidak kuasa untuk bangun sendiri," jawab Aina
Baca selengkapnya
Episode 12
Berniat Mengakhiri Hidup"Hiks ... hiks, hiks."Terlihat Aina masih menangis meratapi kondisi kakinya yang lumpuh, Jaden masih setia berada di samping Aina. Meskipun ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, selain kata penenang berharap wanita dihadapannya berhenti menangis."Kenapa saya bisa seperti ini, Dokter? Kenapa saya bisa terluka parah seperti ini, apa salah saya hingga Allah menghukum saya seperti ini?" tangis Aina pecah kembali, meratapi nasib dan juga kakinya.Jaden yang mendengar penuturan dari Aina mengeryit heran, kenapa bisa Aina bertanya seperti itu. Seharusnya dialah yang lebih tahu, kenapa dia bisa sampai terluka."Apa kamu tidak ingat sesuatu, di mana Nona bisa kecelakaan tepatnya 5 hari yang lalu?" tanya Jaden dengan nada herannya."Apa! Saya kecelakaan, Dokter? Tapi, saya tidak mengingat apa-apa, selain ingat di mana saya saat itu tengah mempersiapkan kado untuk
Baca selengkapnya
Episode 13
Obsesi Alya Seperti yang dipinta Big Bosnya, Martin keluar dari rumah sakit. Lalu mulai menghubungi beberapa rekannya melalui earphone, untuk melakukan misi mencari keberadaan Rafael dan juga Alya. "Kerahkan beberapa orang kita untuk mencari seseorang bernama Raditia Rafael, dan Alya Adriana dimana pun mereka berada. Cari, dan pastikan malam ini kalian menemukan mereka. Karena Big Bos, tidak suka kata gagal. Apa kalian mengerti," tegas Martin saat ia memberikan arahan pada rekannya, dan langsung tersambung ke beberapa rekannya yang tidak lain anak buah Jaden juga. "Aku akan mengirimkan data mereka, pastikan jika kedua orang itu masih berada di Jakarta ataukah keduanya telah berada di luar kota Jakarta. Jadi, periksa data mereka baik itu lewat jalur darat, mau pun udara agar kita lebih mudah melacak keberadaan mereka," sambung Martin. "Baik, kami mengerti!" jawab serentek beberapa rekan Martin secara
Baca selengkapnya
Episode 14
Hilangnya Kesucian SaniaTidak jauh berbeda dengan rencana jahat Alya, di negara berbeda tepatnya di Negara Belanda. Terlihat di dalam apartemen, ada sepasang pria dan wanita tanpa busana berada di atas ranjang. Sang wanita terus saja menangis, dan tidak berhenti memberikan pukulan kecil pada sang pria.Ya, sesuai rencana Devan yang tidak lain kekasih gelap Sania telah mengambil kesucian Sania. Ia telah berhasil melakukan niatnya untuk menodai Sania, dengan cara memberikan obat perangsang pada Sania terlebih dahulu."Kamu jahat, Devan! Jahat sekali, hiks, hiks," Sania terus saja menangis, ketika ia telah sadar, dan terbangun dari tidurnya ia telah dalam kondisi tanpa busana. Kemudian saat ia melihat di bagian bawah, ada bercak merah. Intinya juga merasakan sakit, ia mengerti satu hal jika sang kekasih telah mengambil kesuciannya yang selama ini ia jaga. Karena ia berharap hanya suaminya
Baca selengkapnya
Episode 15
Penculikan Rafael dan AlyaSetelah membersihkan diri, dan membalut luka di tangan kanannya, Jaden berjalan menuju ruang inap di mana Aina berada. Cekelek!Hal pertama yang Jaden lihat adalah sang sahabat duduk dengan posisi tertidur, lalu pandangannya mengarah ke tempat tidur terlihat Aina masih menutup matanya karena pengaruh obat bius."Sam! Samuel!" panggil Jaden dengan suara pelan."Sam! Bangunlah, istirahat dan pergilah ke ruanganmu sekarang," ulang Jaden dengan menggoyang bahu Dokter Samuel."Eegghh ... kamu sudah datang, Jaden. Kupikir kamu masih lama, maaf aku ketiduran saat menjaga Aina," ucap Dokter Samuel dengan suara khas bangun tidur."Tidak apa-apa, kamu pergilah dan istirahat di ruanganmu," saran Jaden, yang mengerti sahabatnya pasti lelah."Iya, aku pergi dulu. Kamu juga jangan lupa makan, dan melalaikan kesehatanmu sendiri saa
Baca selengkapnya
Episode 16
Belajar Menerima Meskipun Sulit Martin dan anak buah Jaden pun membawa Rafael serta Alya kembali ke Jakarta, bukan hal sulit bagi Martin dan rekannya untuk menemukan keberadaan Rafael. Benar saja, belum sampai malam Martin telah mendapatkan informasi jika Rafael serta Alya berada di Bali, karena agen terbaik Jaden dengan cepat menemukan keberadaan mereka. Tanpa membuang waktu, karena perintah tuannya. Martin pun segera terbang ke Bali demi menjemput kedua orang yang tidak mempunyai hati, telah meninggalkan Aina sendirian di rumah sakit hanya untuk memuaskan hasrat mereka dengan memadu kasih selayaknya suami istri. *** Dengan cara menutup kedua mata Rafael dan Alya, Marin membuat keduanya tidak tahu akan dibawa ke mana pergi. Hingga mereka telah berada dalam pesawat, dan dalam perjalanan menuju Jakarta. Saat Rafael, Alya, Martin dan beberapa orang kepercayaan Jaden tengah dalam pe
Baca selengkapnya
Episode 17
Tuk! Tuk! Tuk!Jaden mengetuk tangan kursi dengan ujung jari telunjuknya, seraya memikirkan kata tepat apa, agar Rafael bisa lebih mementingkan Aina dari pada Alya selingkuhannya.'Apakah aku harus menunjukkan jati diriku, yang sebenarnya pada Rafael malam ini. Agar aku lebih mudah mengancamnya?''Tidak! Aku tidak akan menunjukkan jati diriku untuk sekarang ini, karena aku tidak mau dia menanggapku remeh seperti dulu.''Rafael bukanlah orang sembarangan dalam dunia bisnis, namanya cukup terkenal. Hanya satu yang bisa membuatnya mau menuruti apa yang kukatan, yaitu dengan mengancam kariernya,' batin Jaden dengan menerawang memandang kearah jalanan.Ya, saat ini Jaden berada di dalam ruangan rahasianya. Tepatnya gedung paling atas rumah sakit Modern Hospital, ia berdiri dari duduknya. Lalu ia memasukan kedua telapak tangan ke dalam saku celananya, seraya memandang ke arah luar dengan banyaknya pemikir
Baca selengkapnya
Episode 18
Kebohongan Alya"Apa kamu bisa dipercaya?!""Jika kamu berbohong, kamu akan tahu apa yang kulakukan padamu?!" tanya Jaden mulai menurunkan nada emosinya."Tentu saja, Tuan. Anda bisa mempercayai saya, karena saya bukan wanita yang suka berbohong," jawab Alya dengan nada meyakinkan. Namun, lain di mulut lain di hati. Alya berbohong di depan Jaden, karena ia tidak mau mati konyol di tangan anak buah Jaden.Rafael yang mendengar penuturan Alya merasa tidak terima, karena ia mulai mencintai kakak iparnya."Alya! Jangan katakan itu, Sayang. Aku mencintaimu, dan aku akan mempertahankan kamu di sisiku," tolak Rafael."Aku akan bersikap adil pada kamu dan Aina, jangan katakan kamu akan menjauhiku Alya," teriak Rafael menggema di dalam ruanga, dengan meyakinkan Alya kalau ia benar-benar mencintai kakak dari istrinya.'Aduh, kalau Rafael tidak mau mengikuti apa yang kukatakan tadi. Maka aku takut para penjahat itu akan membunuhku, aku tidak m
Baca selengkapnya
Episode 19
Senyuman yang Dipaksakan "Kenapa baru datang? Apakah kamu tidak tahu jika aku berada di rumah sakit, hem?" tanya Aina begitu ia melerai pelukan dari suaminya."Maafkan aku, Sayang? Di kantor ada sedikit masalah, jadi aku meninggalkanmu saat koma.""Aku tidak punya pilihan, jadi kuutamakan kewajibanku sebagai pimpinan perusahaan terlebih dahulu. Maaf,'' jawab Rafael dengan kebohongannya, padahal selama tiga hari ia berada di Bali dan bersenang-senang bersama Alya."Apakah ada masalah yang serius?" tanya Aina terselip rasa khawatir, karena perusahaan suaminya selama ini terbilang aman-aman saja. Bahkan perkembangan perusahaan juga sangat pesat, dan ia merasa tidak ada hal yang serius pernah terjadi di perusahaan Rafael."Sudah kuselesaikan, kamu jangan mengkhawatirkan perusahaan. Untuk saat ini pilirkan tentang kondisimu, sebab kamu baru siuman, Sayang," jelas Rafael, seraya menggenggam tangan Aina. Kemudian ia memberikan kecupan kecil di pungg
Baca selengkapnya
Episode 20
Kecurigaan AinaSetelah Aina mengatakan ingin pulang, mau tidak mau Rafael pun menuruti keinginan sang istri. Meskipun sesungguhnya ia ingin Aina mendapatkan perawatan lebih baik, hingga kesehatan sang istri benar-benar pulih.Namun, sifat keras Aina membuat Rafael luluh. Ia yang melihat Aina baru saja siuman, dan tidak ingin membuat sang istri memikirkan hal berat. Aina hanya menginginkan pulang ke rumah mereka, dan ia harus menuruti. Memgingat sang istri tidak menyukai jika terlalu lama berada di rumah sakit. Rafael pun berjalan ke ruangan Dokter Jaden, di mana dokter tampan itu yang selama ini menangani dan merawat Aina. Setelah sampai di deoan ruangan, terlihat Rafael mengetuk pintu dengan tidak sabarannya.Di dalam ruangan.Terdengar suara ketukan pintu cukup keras, membuat Dokter Jaden yang tengah duduk di kursi putarnya merasa terkejut. Mengingat saat ini, ia dalam posisi melamun, dan hal yang dilamunkan tidak jauh dari pa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status