All Chapters of Untouchable Man: Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
Chapter 11
Di dalam mobil, Naya tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Dia menggenggam erat keranjang kue yang ada di pangkuannya. Seperti permintaan para karyawan humas kemarin, hari ini Naya membawa kue buatan ibunya. Tentu saja ibu Naya menyambut hangat tawaran itu. Wanita itu tidak menyangka jika kegiatan magang anaknya akan membawa rezeki untuk keluarganya."Maaf ya, Pak. Tadi sarapannya cuma telor goreng." Naya terkekeh mengingat kejadian tadi pagi."Nggak masalah, Ibu kamu juga lagi sibuk bikin kue," jawab Rezal ketika mobil berhenti di lampu merah. Sebentar lagi mereka akan sampai dan Naya merasa sedih karena kebersamaan mereka akan berakhir."Biasanya ibuk masak sarapan kok, Pak. Cuma hari ini kayanya enggak."Rezal melirik sebentar, "Biasanya masak apa?"Naya berbicara sambil menunjuk jarinya satu-persatu, "Telor mata sapi, telor dadar, telor rebus, telor kecap, tel—""Kamu suka telur?" tanya Rezal sedikit geli."Iya, Pak. Apalagi
Read more
Chapter 12
Naya keluar dari kantor dengan bibir yang cemberut. Sudah satu jam dia berdiri dengan gelisah karena tidak melihat wajah Rezal. Tidak, bukan karena merindukannya, melainkan jam kerja yang telah berakhir. Jika pria itu tidak ada di kantor, Naya pulang dengan siapa sekarang? Lagi-lagi dia menyesal tidak membawa kendaraan sendiri. Sudah berjalan sendiri melewati taman seluas safari dan sekarang dia juga harus pulang sendiri. Ingatkan dia untuk memukul kepala Rezal jika bertemu.Eh, mana bisa? Keduluan terpesona yang ada.Naya membuka ponselnya dan bergegas untuk memesan ojek online. Langit yang mulai gelap membuatnya sedikit merinding. Meskipun masih ada beberapa orang di kantor, tapi tidak ada yang menjamin jika mereka semua adalah manusia."Ayo pulang." Tiba-tiba seseorang berbicara dan melewati tubuhnya begitu saja. Naya terkejut dan menatap punggung Rezal yang menjauh dengan bingung.Melihat Naya yang tidak mengikutinya, Rezal berbalik dan mengg
Read more
Chapter 13
Naya tampak mengetik dengan serius di samping Fira. Khusus hari ini, dia diminta untuk membantu Fira yang sedikit kerepotan mengingat jika ulang tahun perusahaan akan berlangsung 2 minggu lagi. Waktu yang cukup singkat untuk memastikan jika semuanya berjalan sesuai dengan apa yang mereka inginkan."Ini kamu ketik aja sama persis, formatnya udah aku kirim ke email kamu. Nanti kalo udah, kirim ke aku ya, Nay. Biar dicek dulu." Fira terlihat memberi pengarahan sebelum kembali berbicara di telepon, mungkin dengan vendor."Selamat siang!" teriak Jedi yang masuk ke dalam ruangan diikuti Arman. Mereka berdua baru saja mengambil beberapa gambar di sekitar gedung perusahaan untuk kepentingan acara."Nay, mau ikut nggak?" tanya Jedi meletakkan kameranya di atas meja."Ke mana, Mas?""Hotel Olive. Ada acara kecil-kecilan sama orang media. Biasa lah, jalin silaturahmi." Jedi mengedipkan sebelah matanya."Nggak bisa! Naya lagi bantuin gue di sini," ucap
Read more
Chapter 14
            Naya menatap layar laptopnya dengan serius. Raga memintanya untuk mengunggah artikel di website perusahaan. Hanya mengunggah, karena semua artikel telah dibuat oleh karyawan humas. Lain kali Raga akan mengizinkannya untuk membuat artikel jika ada kegiatan perusahaan. Naya sudah mempunyai ide untuk hari ulang tahun perusahaan nanti.            "Sekalian kamu baca ulang ya, Nay. Pastiin nggak ada typo. Bisa jadi referensi juga buat kamu nanti kalo nulis, harus tetep ada khas-nya artikel perusahaan."            Naya mengangguk patuh, "Iya, Mas. Oh ya, besok aku ikut Mas Jedi ya ke lapangan?"            "Mau ikut ambil video?" tanya Raga memastikan.            "Iya, Mas."   &
Read more
Chapter 15
            Lima hari telah berlalu dan Naya menjalani harinya dengan lesu. Rezal yang harusnya kembali 2 hari yang lalu harus diundur karena keperluan yang mendadak. Entah kapan pria itu akan kembali Naya tidak tahu. Selama dua hari ini juga mereka tidak saling menyapa. Mungkin pria itu benar-benar sibuk. Naya harus bisa memakluminya.            "Kamu kenapa, Nak?" tanya Ayah Naya melihat wajah lesu anaknya.            Naya menggeleng pelan, "Nggak papa kok, Yah."            "Gimana kabar ibu kamu?"            Pertanyaan itu membuat Naya sedikit tersenyum. Setidaknya Ayahnya masih mengingat ibunya. Naya sadar jika tidak ada rasa benci dari Ayahnya untuk mantan istrinya itu, justru ibunya lah yang sangat m
Read more
Chapter 16
           Mata sayu itu menatap buah di depannya dengan pandangan kosong. Jam yang sudah menunjukkan tengah malam tidak membuatnya mengantuk. Justru di jam inilah dia merasa terbebas dari suaminya.            Luna menunduk dan meremas rambutnya kesal. Dia sudah cukup lama memendam perasaan ini. Perasaan yang dia sembunyikan dan ingin dia ungkapkan sejak kembali ke Jakarta.            Luna tidak bahagia. Dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Kebahagiaan yang dia anggap benar itu ternyata tidak bertahan lama. Dulu dia berpikir jika Faisal memanglah pria terakhirnya, tapi setelah kembali bertemu Rezal, dia tidak bisa menyangkalnya lagi. Hatinya masih berdetak kencang untuk pria itu.            Akhir-akhir ini Luna menjadi gelisah. Dia kembali teringat pertemuannya ber
Read more
Chapter 17
           Suasana taman yang sepi tidak membuat Naya beranjak untuk pergi. Angin malam yang bertiup pelan sedikit membuatnya kedinginan, tapi itu tidak menghalangi niatnya untuk tetap duduk di kursi taman ini. Naya sedang menunggu seseorang, seorang pria yang baru saja dia hubungi 5 menit yang lalu.            Suara langkah kaki yang mendekat membuat Naya menoleh ke belakang. Senyumnya mengembang saat melihat Rezal datang menghampirinya. Naya berdiri dan menatap tampilan pria itu dari atas ke bawah, begitu seterusnya sampai membuat Rezal sedikit gugup.            "Kamu kenapa?"            Naya kembali tersenyum, "Saya nggak pernah liat Pak Rezal pake pakaian kaya gini. Jadi makin ganteng."            Liha
Read more
Chapter 18
           Di dalam ruangan yang dingin itu, Rezal tampak gelisah dengan memainkan pulpen-nya. Matanya melirik ke luar jendela dan mendapati para karyawan yang sedang bercanda ria. Sejak dia datang tadi, Rezal belum melihat gadis yang dia cari. Entah kenapa ada sedikit rasa rindu di hatinya.            Rezal melirik ponselnya dengan ragu. Di sana sudah ada nama Naya yang siap untuk dia hubungi, dengan cepat dia menggeleng dan mematikan ponselnya. Tangannya meraih dompet dan mengeluarkan foto seorang gadis berseragam SMA yang tampak cantik dan menggemaskan. Kepala Rezal kembali menggeleng melihat potret wajah Naya yang tampak polos. Dia bertanya-tanya. Apa hubungan mereka benar-benar nyata? Apa gadis itu telah berhasil mencuri hatinya? Rezal sebenarnya bingung dengan perasaannya sendiri. Dia ingin menyangkal semuanya karena masih tidak percaya jika perasaan itu bisa tumbuh pada gadis yang jau
Read more
Chapter 19
            Rezal mengelus bibirnya dengan mata yang fokus pada jalanan di depannya. Begitu mobil berhenti di lampu merah, dia kembali menghela nafas lelah. Dia terus melakukan itu sejak pulang dari rumah Naya. Dia tidak percaya jika gadis itu akan memperlakukannya seperti ini.            Apa Naya tidak tahu bagaimana perjuangannya untuk bisa mengungkapkan isi hatinya? Sangat sulit, karena Rezal harus bertempur antara hati dengan pikirannya. Pikirannya berkata jika dia harus menjauh dari Naya karena perbedaan usia, tapi hatinya memilih untuk tetap mendekat, meraih gadis itu ke dalam pelukannya.            "Iya, kamu udah berhasil buat saya suka sama kamu. Dan satu lagi, Luna bukan siapa-siapa. Dia cuma masa lalu."            Naya terdiam mendengar ucapan
Read more
Chapter 20
Suasana kantor tampak begitu sepi. Waktu yang menunjukkan jam makan siang membuat karyawan sibuk untuk mengisi perut, entah di luar kantor ataupun di kantin.            Terlihat seorang pria tengah berjalan di lorong dengan wajah yang pucat. Rezal menghela nafas kasar dan memijat keningnya yang terasa berdenyut. Tangannya beralih merenggangkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Kepalanya sedikit pusing karena tidak tidur semalaman. Selain harus lembur, dia juga memikirkan gadis yang sampai saat ini masih tidak mau menerimanya.            Rezal memasuki ruangan humas dan terkejut saat mendapati Naya yang sedang tertawa keras. Bukan itu yang membuat langkah Rezal terhenti, melainkan keberadaan Edo yang berada di depan gadis itu. Mata Rezal mengedar dan tidak menemukan orang lain di ruangan ini selain Edo dan Naya.      &nb
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status