Semua Bab Untouchable Man: Bab 21 - Bab 30
46 Bab
Chapter 21
            Di sebuah supermarket, terlihat wanita paruh baya tampak sibuk mengisi troli belanjaannya. Ibu Rezal terlihat menggerutu sambil mendorong trolinya dengan kaki. Sesekali matanya melihat catatan kertas di tangannya untuk melihat apa saja yang harus dia beli.            "Ini kenapa nggak diskon sih?" gerutunya.            "Mas, ini nggak ada diskon ya?" tanya Ibu Rezal pada salah satu pegawai yang bertuga.            "Untuk saat ini belum, Buk."            Wanita itu kembali menggerutu pelan, "Giliran ada diskon aja nggak pernah kebagian. Lagian ini orang rumah kenapa minta makan aneh-aneh sih. Emang enak daging ditepungin?"           
Baca selengkapnya
Chapter 22
            Hari sudah mulai gelap. Naya memasuki rumahnya dengan bersenandung. Hatinya sedikit tenang hari ini. Semua kegiatannya berjalan dengan lancar. Tidak ada Rezal yang membuatnya naik darah. Pria itu terlihat lebih kalem hari ini. Meskipun sikap acuh itu masih ada, tapi Naya memakluminya.            "Buk! Aku pulang!" teriak Naya mulai memasuki kamarnya.            Langkahnya terhenti saat melihat Ibunya tengah duduk di atas kasur dengan kamera di tangannya. Wanita itu menatap Naya tajam seolah meminta penjelasan. Perlahan suasana cerah di hati Naya langsung berubah menjadi langit mendung yang mencekam.            "Dari mana kamu dapet kamera ini?" tanya Ibu Naya tegas. Pikiran negatifnya semakin menjadi-jadi saat melihat anaknya hanya
Baca selengkapnya
Chapter 23
            Naya bangkit dari duduknya saat para karyawan sudah keluar untuk makan siang. Melihat situasi yang sudah aman, Naya masuk ke dalam ruangan Rezal dengan nafas terengah.            Rezal yang tengah bekerja mulai menatap Naya aneh. "Ketuk pintu dulu, Nay."            "Udah jam istirahat, Pak. Jadi Bapak bukan bos saya lagi." Naya terkekeh dan duduk di sofa, mulai menyiapkan makanan yang dibuat oleh ibunya.            Dua minggu telah berlalu, hubungan Naya dan ibunya kembali membaik. Terima kasih pada Rezal yang mau menjadi penengah di antara mereka. Jika tidak ada pria itu, mungkin sampai detik ini Naya dan ibunya tidak akan saling berbicara.            Mencegah amarah ibunya yang bisa saja kemb
Baca selengkapnya
Chapter 24
            Pernikahan Naro dan Naomi berjalan dengan lancar. Rezal turut bahagia dengan pernikahan sahabatnya itu. Meskipun hari ini adalah hari bahagia Naro dan Naomi, tapi sahabatnya itu tidak pernah lupa untuk mengejeknya. Lagi-lagi Rezal harus datang sendiri ke acara pernikahan. Selalu seperti ini selama bertahun-tahun.            "Liat, Zal. Apa kamu nggak pingin?" bisik Ibu Rezal dengan menunjuk Naomi dan Naro dari kejauhan.            "Ya, pingin, Ma."            Mata wanita paruh baya itu membulat. Untuk pertama kalinya dia mendengar anaknya merespon dengan baik ucapannya. Selama ini Rezal selalu acuh tak acuh jika membicarakan tentang pernikahan. Namun lihat lah sekarang, bukan hanya ucapan, tapi wajah Rezal juga menunjukkan rasa iri pada Naro dan Naomi
Baca selengkapnya
Chapter 25
            Selama perjalanan, Rezal tak bisa berhenti untuk bersenandung. Alunan musik cinta seolah ikut membawanya masuk ke dalam suasana yang bahagia. Dia baru saja mendarat di bandara dan berniat langsung ke rumah Naya. Bahkan orang tuanya harus terpaksa naik taksi setelah mengetahui niat Rezal yang ingin bertemu kekasih hatinya. Tentu saja ibunya tidak melarang. Dia seolah membuka jalan lebar bagi Rezal untuk pergi.            Rezal memang sengaja tidak memberi tahu Naya tentang kedatangannya. Dia hanya ingin memberi sedikit kejutan. Apa Naya akan terkejut nanti? Jujur saja, Rezal juga merasa semangat sekarang. Bahkan lelah di tubuhnya saat di pesawat tadi langsung menguap begitu saja.            Mobil Rezal berhenti tepat di depan sebuah rumah yang tampak asri. Banyaknya tanaman seolah membuktikan jika pemilik rumah begitu
Baca selengkapnya
Chapter 26
             Bagi Rezal, tidak ada hal yang menyakitkan selain mengetahui jika ayah dari kekasihmu adalah musuhmu di masa lalu. Kebetulan yang ditakdirkan oleh Tuhan seolah membuka matanya kembali. Apa dia pernah melakukan kesalahan di kehidupan sebelumnya sampai Tuhan menggariskan takdir yang seperti ini? Rezal semakin berpikir, apa memang dia tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan?            "Kamu belum cerita lo, Zal. Kenapa bisa babak belur kayak gini?"            Rezal hanya diam mendapat pertanyaan dari Ibunya yang terus berulang. Dia tidak sanggup untuk mengatakan kejadian yang sebenarnya. Ibunya begitu menyukai Naya, tapi juga membenci Faisal dan Luna. Apa yang harus Rezal perbuat sekarang?            "Mama nggak pernah liat kamu berantem sampe kayak
Baca selengkapnya
Chapter 27
            Apakah cinta dapat menjamin kebahagiaan? Banyak yang bilang jika cinta adalah hal yang paling dasar dalam sebuah hubungan. Namun apakah hanya dengan cinta sebuah hubungan akan berhasil?            Naya pikir tidak. Banyak faktor yang bisa memperkuat hubungan selain cinta. Restu orang tua misalnya.            Suasana kantor tampak sepi, Naya menatap pantulan dirinya di cermin lift sambil memainkan sepatunya. Dadanya mulai bergemuruh saat lift yang dia naiki mulai sampai di lantai departemen humas.            Kegiatan magangnya sudah berakhir dua hari yang lalu. Sekarang Naya kembali datang guna meminta tanda tangan Raga untuk laporan magangnya. Selain itu, Naya juga ingin melihat Rezal. Sejak bertemu ayahnya yang berakh
Baca selengkapnya
Chapter 28
            Hembusan angin malam tidak membuat Luna beranjak dari balkon kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, tapi dia masih betah berada di sana, memandang jalanan komplek yang begitu sepi dan sunyi.            Luna menghela nafas kasar dan mencengkeram pagar besi dengan erat. Dia ingin sekali berteriak, tapi akal sehatnya masih berfungsi. Dia tidak ingin membangunkan para tetangga yang akan menimbulkan banyak pertanyaan.            "Kita nggak akan pisah, karena hanya dengan cara itu kamu nggak akan ganggu Rezal dan Naya lagi."            Kalimat yang diucapkan Faisal kembali berputar di kepalanya. Apa pria itu mengetahui rencananya selama ini? Apa yang Faisal ketahui tentang hubungan Rezal dan Naya?      &nbs
Baca selengkapnya
Chapter 29
            Malam yang dingin tidak menghentikan langkah Naya untuk masuk ke dalam toko kue milik Tante Maya. Dia masih rutin menitipkan kue di sana. Setelah masa magangnya berakhir, Naya kembali aktif membantu ibunya. Bahkan dia juga mengambil inisiatif untuk memasarkan kue buatan ibunya via online.            "Gimana, Tan? Habis nggak kuenya?"            "Masih sisa dua, Nay. Tante aja yang beli, biar dimakan sama Edo nanti."            Mata Naya berbinar saat menerima uang dari Tante Maya. Lagi-lagi jualan ibunya habis. Setidaknya masih ada kebahagiaan yang datang di tengah permasalahan yang menerpa keluarganya.            Naya menghela nafas kasar dan tersenyum kecut. Sampai detik ini, Rezal m
Baca selengkapnya
Chapter 30
           Rezal berdiri di balkon kamar dengan sebatang rokok di tangannya. Jari-jarinya terlihat lincah menari di atas ponsel, saling berbalas pesan dengan Naya. Jika biasanya di hari minggu pagi Rezal memanfaatkan waktunya untuk berolah raga, tapi kali ini tidak. Dia lebih memilih duduk di balkon dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Seperti kebiasaanya, jika sedang banyak pikiran yang benar-benar membuatnya pusing, maka rokok adalah pelariannya.            Rezal menatap langit dengan kerutan di dahi. Dia sudah memutuskan untuk berbicara dengan ibunya hari ini. Keputusannya sudah bulat. Dia menginginkan Naya dan akan berjuang untuk mendapatkan restu dari ibunya.            "Ayo, Zal. Lo pasti bisa. Naya nggak salah. Bapaknya aja yang bego," ucap Rezal menyemangati dirinya sendiri.      &nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status