Semua Bab Untouchable Man: Bab 31 - Bab 40
46 Bab
Chapter 31
            Faisal tampak sibuk dengan kemeja batiknya. Dia berjalan ke sana-ke mari guna mencari sepatu dan kaos kakinya. Bahkan Luna yang tengah sarapan tidak sekalipun dia lihat. Memang seperti itu hubungan mereka setelah Luna berhasil menggugurkan bayinya. Faisal berubah, tidak lagi hangat seperti dulu.            "Kamu mau ke mana, Mas?" tanya Luna saat melihat Faisal sedang memakai sepatunya.            "Pergi, ada acara."            "Nikahan?" tanya Luna sedikit sedih. Bahkan pria itu tidak mengajaknya.            "Tunangan," jawab Faisal acuh.            Suara ponsel yang berbunyi membuat Faisal menghentikan kegiatannya. Dia mengangkat
Baca selengkapnya
Chapter 32
           Rezal menutup laptopnya begitu pekerjaannya telah selesai. Dia melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan waktu istirahat. Dia berdiri dan bersandar pada meja kerjanya, berusaha memberikan ketenangan pada pantatnya yang panas karena terlalu lama duduk. Memang umur tidak bisa berbohong.            Rezal menatap ponselnya dengan kerutan di dahi. Tidak ada satu pun notifikasi yang masuk dari Naya. Bahkan gadis itu juga tidak mengabarinya sejak pagi. Rezal tidak suka jika diabaikan seperti ini. Tanpa menunggu waktu, dia bergegas menghubungi Naya.            "Halo?" sapa suara yang ingin Rezal dengar sejak tadi pagi.            "Di mana?" tanya Rezal.            "Di kampus, Mas. Ken
Baca selengkapnya
Chapter 33
            H-1 menuju hari pernikahan. Rezal dibuat kalut dengan pikirannya sendiri. Dia bahagia, tapi dia masih tidak percaya jika akan segera menikah. Rezal merasa heran dengan dirinya sendiri. Dulu, butuh waktu bertahun-tahun baginya untuk memutuskan menikah dengan Luna. Namun dengan Naya, tidak ada 3 bulan dia sudah merasa mantap dengan pilihannya.            Jika ditelaah, Naya yang usianya masih muda tentu jauh dari kriteria istri idaman. Gadis itu masih ceroboh dan selalu melakukan apapun tanpa berpikir panjang. Namun itu tidak menjadi masalah untuk Rezal. Naya mau belajar, itu yang terpenting untuknya. Lagi pula, Rezal sudah siap untuk menikah. Baik secara mental dan materi dia memang sudah pantas untuk menikah. Hanya saja calonnya saja yang tak kunjung datang. Ternyata benar, Tuhan memang sengaja membuat Rezal lahir terlebih dahulu dan menunggu.     
Baca selengkapnya
Chapter 34
            Di pusat kota, terdapat sebuah gedung yang tampak ramai dengan tamu undangan. Banyaknya mobil yang berjajar membuktikan besarnya antusias para tamu untuk melihat pasangan baru yang sedang berbahagia.            Gedung yang telah disulap dengan sentuhan warna putih dan soft pink itu terlihat sangat cantik dan manis. Sebenarnya Rezal menginginkan tema garden party untuk resepsi pernikahannya, tapi karena ibunya sudah memesan gedung pernikahan jauh-jauh hari, dia tidak bisa menolak. Lagipula ibu Naya lebih setuju acara diadakan di gedung agar terhindar dari ganasnya cuaca yang sulit diprediksi akhir-akhir ini.            Tamu undangan masih berdatangan. Dilihat dari gaya dan penampilannya, Naya tahu jika kebanyakan tamunya berasal dari undangan Rezal. Pria itu mempunyai banyak relasi
Baca selengkapnya
Chapter 35
            Suasana kamar mandi yang bernuansa kayu itu tidak membuat Naya tenang. Dia berdiri dengan gelisah di depan cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Lagi-lagi dia menyemprotkan parfum ke lehernya untuk memberikan aroma segar.            "Nggak, nggak! Jangan banyak-banyak nanti rasanya pait." Naya mengusap lehernya dengan handuk. Namun sedetik kemudian dia menggeleng dan kembali menyemprotkan parfum di tubuhnya.            "Di film-film, orang malam pertama lancar bener dah. Kok gue deg-degan," rengek Naya bersandar pada tembok kayu. Dia menatap wajahnya yang tampak menyedihkan.            Jauhkan pikiran tentang indahnya kota Seoul, karena sekarang Naya terjebak di villa yang tak jauh dari pantai. Bukan Bali, melainkan Raja Ampat. Ya, Rezal membawanya per
Baca selengkapnya
Chapter 36
Satu tahun kemudian.             Mata bulat itu menatap pantulan dirinya di cermin dengan alis yang menyatu. Naya membolak-balik tubuhnya menghadap depan, samping, dan belakang berulang kali guna memastikan kebaya yang dia pakai tampak baik-baik saja. Sadar tidak baik-baik saja, Naya mendengkus dan mengipasi wajahnya karena gerah.            "Kenapa lagi sih?" Rezal mengancingkan kemejanya sambil memperhatikan tingkah Naya.            "Aku gendut banget, Mas. Liat deh." Naya menunjuk perutnya.            "Kalau lagi hamil nggak gendut ya bahaya, Nay."            "Ih, aku serius." Naya merengek sambil mengelus perutnya.    &n
Baca selengkapnya
Special Chapter : Hidup Baru
Bulan madu yang berlangsung selama dua minggu cukup membuat Naya betah dan tidak ingin kembali. Baginya waktu dua minggu belum cukup untuk menikmati indahnya tanah Papua. Jika tidak ingat dengan pekerjaan Rezal dan kuliahnya, tentu Naya akan meminta tinggal lebih lama.Setelah mengambil koper, Rezal menghampiri Naya yang tengah duduk di kursi tunggu. Terlihat jelas jika wanita itu masih mengantuk. Tangan besar Rezal bergerak untuk mengelus kepala Naya, mencoba membangunkan istrinya dengan lembut."Ayo, lanjut tidur di mobil aja."Dengan menguap, Naya berdiri dan memeluk lengan Rezal sebagai tumpuan. Mereka berlalu keluar dari bandara.Setelah menikmati waktu bersama selama dua minggu, Naya tidak merasa sungkan lagi untuk melakukan kon
Baca selengkapnya
Special Chapter : Mengenang Masa Indah
Suara langkah sepatu yang terdengar tegas mulai memasuki ruangan departemen humas. Rezal melirik jam tangannya sebentar yang masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Meskipun masih pagi, tapi terlihat sudah banyak karyawan yang datang. "Selamat pagi," sapa Rezal yang membuat semua orang terkejut. "Loh, udah balik, Pak?" tanya Raga bingung. "Asli! Wajahnya makin cerah sekarang," ucap Jedi dengan nada menggodanya. "Ya cerah lah, Jed. Kan habis bulan madu." Kali ini Fira yang berbicara.  Arman terkekeh, "Udah dong, guys. Kalian nggak liat itu wajahnya Pak Rezal udah merah. Pasti malu banget."  Rezal hanya bisa pasrah saat semua orang mulai menggodanya. Dia tidak marah, dia hanya malu. Apalagi jika pembahasan sudah menjurus ke arah yang lebih sensitif. Apa yang bis
Baca selengkapnya
Special Chapter : Kado Istimewa
Di hari Rabu pagi, ketika matahari belum muncul dengan sempurna, Rezal sudah berada di taman komplek untuk berolah raga. Dia hanya sendiri dan meninggalkan Naya yang masih tertidur. Ini kali pertama Rezal kembali berolah raga setelah menikah. Dia sudah mulai terlena akan kehidupan rumah tangga yang menyenangkan sehingga lupa akan segalanya. "Mas Rezal kok olahraga sendiri?" tanya salah satu wanita yang Rezal ingat adalah tetangganya. "Mana istrinya, Mas?" "Masih tidur," jawab Rezal dengan senyuman tipis. "Pasti kecapekan ya?" Kali ini ibu dari wanita itu yang berbicara. Rezal hanya bisa tersenyum tipis. Tidak berniat menjawab pertanyaan yang sering dia dapatkan setelah menikah. 
Baca selengkapnya
Special Chapter : Hidup Mandiri
Dengan kehendak Tuhan, kehidupan seseorang bisa langsung berubah dalam waktu sekejap. Hal ini juga berlaku untuk Naya. Meski sebelum menikah dia sudah bahagia hidup bersama Ibunya tapi setelah menikah kebahagiaan itu menjadi berkali-kali lipat. Naya yang memang tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang pria di hidupnya sangat bersyukur dengan kehadiran Rezal. "Mama niatnya mau beli tanah di sebelah rumah kita, Nay. Kosong kan ya? tapi ternyata nggak dijual sama yang punya. Kan enak kalau kita tetanggaan," ucap Ibu Rezal yang duduk di kursi belakang bersama Ibunya Naya. "Kan masih satu perumahan, Ma. Cuma beda gang aja.” Kali ini Rezal yang berbicara dan mobil berhenti tepat di sebuah rumah berlantai dua yang terlihat mewah. "Ini rumah kita, Mas?" tanya Naya denga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status