Semua Bab Sentuhan Cinta: Bab 31 - Bab 40
98 Bab
BAB 31. Bermain Bersama
Ririn melihat penampilan dirinya sendiri di pantulan kaca yang ada didepan dirinya ini. Ia suka dengan baju renang yang diberikan sama Ares, kepada dirinya. Pakaian renang ini tertutup dengan lengan panjang, walaupun dibagian bawah pendek sekali dan menampilkan kaki jenjangnya yang mulus. Tapi pakaian renang ini jauh lebih bagus dari pada pakaian renang dengan jenis Moniki yang dibilang sama Ares. Ririn keluar dari ruang ganti dan senyuman puas karena pakaian renangnya ini tak terlalu terbuka sama sekali. "Suka?" Ririn hampir saja terjatuh, karena Ares yang mengejutkan dirinya. Rupanya pria bajiangan itu menunggu dirinya. "Apa?" jutek Ririn. "Mesum!!!" teriak Ririn. Mata Ares bajingan itu, lagi-lagi menatap tubuhnya dari atas hingga kebawah tubuhnya. Ririn rasanya ingin mengeluarkan mata yang kurang ajar itu.&
Baca selengkapnya
BAB 32. Siapa Dia?
Ririn sedang berada diruang ganti, untuk menganti pakaian seksi  dengan pakaian yang dirinya kenakan tadi. Sejujurnya Ririn masih ingin bermain, tapi karena semua permainan harus mengunakan uang. Jadilah Ririn menyelesaikan kesenangannya. Alasan lain dirinya menyelesaikan kegiatan yang menyenangkan ini, karena Ares yang terus saja menganggu dirinya. Menginggat nama Ares saja sudah membuat dirinya merasa kesal. Pria itu tak henti-hentinya menganggu dirinya. Ares memberikan banyak pertanyaan kepada dirinya, setelah mulut Ririn ini kelepasan dan bicara tentang Miko tadi. Padahal tadi niatnya hanya ingin melampiaskan rasa kesal, marah dan kecewa dengan cara berteriak dengan kencang. Tapi malah mulutnya ini mengucapkan sebuah nama kata yang sangat menjijikan sekali. Ririn memukul mulutnya dengan pelan, akibat kebodohan. Ririn berdiam diri
Baca selengkapnya
BAB 33. Menjauhlah Ares!!
Ares bukannya keluar dari kamarnya, malah membuat tubuh Ririn terpojokan dan membentur dinding kamar hotel. "Mau apa lagi? saya sudah mengatakan, untuk anda keluar dari kamar hotel saya!!" Ririn yang berusaha tegas. Sejujurnya jantung Ririn berdetak kencang sekali, melihat dan merasakan aura yang keluar dari pria bernama Ares ini. Ririn sungguh ketakutan, aura dominan dari Ares sangat kental dan pekat sekali. Tapi Ririn berusaha agar dirinya tak merasakan ketakutan. "Lepaskan saya!!" maki Ririn. saat Ares malah mencengkram ke dua pipinya dengan sangat kuat. Ares dengan raut wajah yang dingin dan rahang yang mengeras. Pandangan mata Ares hanya berfokus kepada Ririn. Ares mencengkram pipi Ririn, membuat wanita itu merintih kesakitan. Ririn sudah memukul tangan Ares. Tapi pria kekuatan Ares jauh lebih kuat, hingga cengkraman di kedua pipi Ri
Baca selengkapnya
BAB 34. Tidak Ada Ketenangan
Ririn keluar dari kamar hotel hanya untuk menghilangkan rasa lapar yang melanda perutnya ini. Saat dirinya sudah keluar dari kamar. Mata Ririn melihat sekeliling dan sangat waspada, karena dirinya harus waspada akan kemunculan dari Ares Pria bernama Ares itu selalu datang disaat yang tak terduga sama sekali. Ares hanya berharap kalau dirinya tak melihat wajah Ares. Akhirnya sampailah Ririn di tempat dimana berbagai macam makanan dann minuman berada. Ririn tersenyum senang, saat dirinya melihat makanan. Ririn mengambil makanan secukupnya saja dan tak lupa minuman. Ririn terdiam dengan mata yang sedang melihat sekeliling. Mata Ririn sedang mencari tempat yang bagus, saat Rirrin melihat tempat duduk dengan pandangan langsung ke arah pantai. Ririn dengan cepat melangkah mendekati untuk duduk dan menghabiskan sarapan paginya ini. Ririn makan d
Baca selengkapnya
BAB 35. Kedekataan
Ririn yang tadi matanya hanya menatap pemandangan pantai. Dengan sangat cepat menatap Roy, saat mendengar nominal uang. Ririn menelan ludahnya, saat nominal disebutkan sama Roy. Jiwa Ririn bergejolak dengan sangat tergiur dengan harganya. "Tidak," cicit Ririn yang masih jual mahal sama pria yang ada didepannya ini. "Oke, 1 jam 1000 dollar. Deal tidak?" Roy menggulurkan tangannya kepada wanita bernama Ririn. Glek. "Oke deal." Ririn yang mambalas jabat tangan Roy, sebagai tanda dirinya setuju dengan perjanjian ini. Roy terkekeh saat melihat raut wajah wanita itu senang sekali. "Tadi saja menolak," sindir Roy. "Rezeki banyak ga boleh di tolak," timpal Ririn seraya tersenyum. "Hanya menemani jalan-jalankan?" Ririn yang memastikannya. "Iya, elu harus menemani gue jalan-jalan selama 5 jam. Elu harus ber
Baca selengkapnya
BAB 36. Perasaan Yang Tak Nyaman
Hari-hari terkakhir yang dilewati Ririn selama berada di Hawai, hanya bersama dengan Roy yang mana membayarnya, agar bisa membuat suasana hati Roy menjadi lebih baik. Selama 3 hari ini, dirinya sudah menghasilkan uang yang banyak sekali dari pria bernama Roy itu. Sesuai perjanjian, Ririn hanya menemani selama 3 hari saja. Karena Ririn akan bersenang-senang lagi dengan dirinya sendiri, tanpa diganggu sama orang lain. Ririn sekarang berada didalam kamar hotel sambil menghitung uang hasil kerja kerasanya membuat mood Roy menjadi naik. Ririn mendapatkan 15000 dollar, sungguh uang yang banyak sekali. Uang hasil dari memasak saja, tak sebanyak uang ini. Ririn tiba-tiba saja terdiam, saat dirinya menyadari kalau sisa waktunya berada di Hawai hanya 3 hari saja. Setelah itu, dirinya akan kembali ke negaranya tercinta dan meninggalkan banyak hal yang menarik dan tidak
Baca selengkapnya
BAB 37. Bersenang-senang
"Roy!!" teriak Ririn. Ririn malah di tarik paksa sama Roy dan membuatnya mengikuti Roy, yang entah kemana akan membawa dirinya ini. "Roy lepaskan tangan gue!! sekarang gue sangat tidak mood untuk bermain sama elu."  "Mood elu jelek bukan? gue akan menolong elu kali ini, dengan menaikan mood itu lagi." Roy yang masih menarik tangan Ririn. Ririn hanya bisa mengikuti saja Roy yang entah kemana akan membawanya ini. "Mau kemana?" Ririn yang sudah berada di dalam mobil Roy. "Bersenang-senang dalam versi gue, pasti elu akan melupakan banyak hal," jawab Roy yang sudah menjalankan mobilnya. "Mau kemana? jangan ke tampat yang aneh-aneh." Ririn yang memperingati pria yang ada disampingnya ini. "Tenang saja, gue tak akan membawa elu ke tempat yang aneh. Gue hanya akan membawa elu ke tampat, yang menyenangkan sekali." "Baikla
Baca selengkapnya
BAB 38. Club Malam
Saat Ririn masuk, suara musik sudah terdengar sangat jelas sekali. Matanya melihat sekeliling, orang-orang yang berada di club malam ini. Dirinya pertama kali menginjak kaki diclub malam. Sungguh sangat berisik dan vulgar, Ririn rasanya ingin kelua rdari tempat ini. Tapi pria yang terus saja menarik pergelangan tangannya ini, tak mengizinkan dirinya untuk keluar dari club malam ini. "Duduklah, disamping gue." Ririn menatap kursi yang ditunjukan sama Ares. Ririn yang tak ingin banyak bicara, hanya duduk dikursi sambil matanya terus melihat sekeliling. "Pertama kali datang ke club malam Nona?" Roy yang melihat Ririn hanya menatap sekeliling saja. "Hm," jawab Ririn. "Wow, hebat sekali. Apa yang elu lakukan selama ini? sungguh sangat tak mengasikan sekali." Pandangan mata Ririn berahli melihat ke arah Ares, yang seakan me
Baca selengkapnya
BAB 39. Minum-Minum
Ririn terdiam saja, seraya menatap Roy yang seakan memberikan pelajaran tentang cara menari di club malam ini. Mata Ririn masih saja memperhatikan semua gerak-gerik Roy dan juga orang-orang yang ada disekitarnya ini. "Cobalah dengan mengerakan tangan dan kaki." Roy masih terus memberikan arahan kepada wanita yang baru pertama kali, datang ke club malam ini. Ririn dengan perlahan-lahan, mulai mengerakan tubuhnya dimulai dari tangan saja. Tubuh Ririn masih sangat kaku akan hal ini. Selama 15 menit, Roy masih sabar memberikan arahan sama Ririn agar bisa menikmati menari di club malam ini. Lambat-laun, Ririn mulai percaya diri dengan mulai menggerakan kakinya juga. Hingga 17 menit berlalu, Ririn akhirnya bisa menikmati musik jazz ini. "Bagus, menarilah dengan puas. Percaya diri saja." Roy yang masih berada didepan Ririn. Tubuh seperti tersihi
Baca selengkapnya
BAB 40. Kamar Hotel
"Merepotkan," ucapnya. Tubuh ramping Ririn sudah berada di ranjang kamar hotelnya. Mata Ririn perlahan mulai terbuka, tapi kesadarannya belum pulih sempurna. "Dimana? kenapa sakit?" racau Ririn, yang mana pandangannya masih buram. "Sudah bangun?" Ririn yang mendengar suara orang, menoleh ke arah suara itu berasal. Dengan pandangan yang masih berbayang. "Siapa?" Ririn seraya mengusap matanya. Pandangan yang tadi berbayang-bayang, semakin jelas saat sesosok itu mendekati Ririn. "Ares," gumam Ririn. "Akhirnya kau bisa mengenaliku," dengusnya sambil menatap raut wajah wanita yang sedang dalam keadaan mabuk itu. Telapak tangan mungil Ririn, menyentuh lembut wajah Ares. "Kenapa kau bisa disini?" Ares hanya diam saja dan tak menjawab apa yang dikatakan sama wanita itu. Ares tahu jelas, kalau Ririn masih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status