Semua Bab Secret Identity: Bab 41 - Bab 50
80 Bab
40 || Jalan-jalan Membosankan
Nicole baru saja menjelaskan program kerja yang akan mereka lakukan. Monika terlihat antusias ingin segera memulai pekerjaan. “Pak, apa setelah ini kita bisa jalan-jalan? Aku merasa bosan. Tidak bisakah kita pergi berdua saja?” Rara berbisik pelan. Aldebaran tidak menanggapi. Dia sejak tadi sibuk berselancar dengan ponselnya. Angga beranjak dari kursi dan menghampiri Rara. “Mau aku ajak jalan-jalan, Jihan?” Rara hendak bersorak, menahan diri. Dia berada dalam tubuh Aldebaran. “Aku juga ingin pergi!” Rara menegaskan ucapannya. “Aku ingin mengajak Jihan berdua, tidak bisakah kau biarkan dia sedikit lebih leluasa? Kau terus membuatnya bekerja!” tanggap Angga sedikit kesal. “Wajar saja, dia asistenku. Sudah sepantasnya dia mengikuti perintahku!” “I gotta head out.” Rara beranjak dari kursi dan melangkah keluar lebih dulu. Lagi-lagi Angga dibuat kagum. Dia memandang punggung Rara dengan senyum manis di wajahnya.
Baca selengkapnya
41 || Sepenggal Ingatan
Rara berjalan mengendap-endap keluar dari kamar. Dia menoleh sekeliling—tidak ada siapa pun. Rara berjalan cepat menuju kamar Lusy. “Pak? Kau ada di dalam?” Rara menajamkan telinga, berharap Aldebaran ada di dalam sana. “Pak! Jika kau di dalam, tolong keluar. Ada yang ingin aku bicarakan!” Rara berdecak kesal. Aldebaran tidak menyahut. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Lima menit berlalu tidak ada jawaban. Rara menghela napas sebelum akhirnya kembali ke kamar tamu. Rara terus mondar-mandir di dalam kamar. Sejak makan siang tadi, Rara tidak bisa menemui Aldebaran. Angga dan Nicole membuatnya terjebak dengan pekerjaan—bahkan di rumah dia juga harus ikut berdiskusi dengan mereka bersama Roy. Rara tidak mengerti apa pun mengenai hal yang mereka diskusikan, dia hanya duduk diam dan mendengarkan. Rara kembali keluar dari kamar tamu dan memutuskan langsung masuk ke kamar Lusy. Rara menahan langkah—menatap sejenak pintu kamar yang tertutup
Baca selengkapnya
42 || Menyatakan Rasa
    Aldebaran bangun lebih dulu. Dia terbiasa bangun pagi untuk berolahraga. Segera setelah mencuci muka, Aldebaran keluar dari kamar. Langkahnya berhenti saat melewati kamar Lusy. Tangan Rara hendak mengetuk, mengambang di udara. Rara sudah lebih dulu membuka pintu. “Pak Al? Apa yang kaulakukan di sini?” “Aku ingin menganjakmu jogging!” Aldebaran berdalih. Bukan itu alasannya, dia hanya ingin memastikan keadaan Rara. “Sepagi ini?” Pandangan Rara jatuh pada jam dinding yang menyentuh angka enam kurang lima belas menit. “Iya, ayo keluar! Sekalian ada yang ingin aku bicarakan.” Rara kembali menutup pintu, mempersiapkan diri. Setelah lima menit menunggu di halaman, Rara keluar dengan celana training dan kaos putih polos serta handuk kecil melingkar di leher. Aldebaran menghela napas melihat penampilan tubuhnya versi Rara. “Kau memang tidak tahu mode! Biasanya aku mengenakan celana pendek.” “Jangan
Baca selengkapnya
43 || Salah Sasaran
  Aldebaran tengah bersiap untuk berangkat ke kantor. Dia masih kesal dengan chat beruntun Angga yang membuatnya sulit tidur semalam. Belum juga semenit, bunyi notifikasi kembali masuk. Aldebaran membuang napas kesal menatap layar ponselnya. Jika saja bisa, dia sudah langsung memblokir nomor Angga. Sayangnya saat ini dia berada dalam tubuh Rara, tidak ada pilihan lain selain membiarkan begitu saja. Angga : Jihan sudah tidur? Angga : Apa aku mengganggu? Angga : Kenapa tidak membalas? Kau membacanya. Angga : Besok aku ingin mengajakmu jalan berdua! Angga : Apa kau sudah tidur, Jihan? Angga : Ya sudah, sweet dream. Isi chat Angga semalam langsung di hapus seketika itu juga. Angga : Ayo sarapan, Jihan! Aldebaran melempar asal ponsel ke atas kasur. Dia merasa frustasi meng
Baca selengkapnya
44 || Gara-gara Es krim
    Di sinilah Rara berakhir, bersama Angga di depan sebuah pusat perbelanjaan. Beberapa saat lalu, Aldebaran mengikuti keinginan Angga untuk jalan berdua setelah dari lokasi proyek. Sementara Rara harus beralasan merasa kurang enak badan dan pulang lebih dulu. Aldebaran tidak bisa membiarkan Rara dekat dengan Monika apalagi tanpa dirinya. “Kau suka es krim kan? Kita mampir di sini sebentar.” Angga menepikan mobil. “Es krim?” “Iya, kau menyukainya ‘kan. Dulu saat kau menemaniku membeli hadiah ibuku kau memintaku membeli es krim!” Ah... maksudnya Rara. Dia menyukai es krim? Aldebaran memicingkan mata. Apa ini termasuk salah satu triknya bersikap romantis? Dasar payah... kau bahkan tidak tahu romantis itu apa! Angga segera turun dan berlari kecil masuk ke dalam sebuah mini market. Aldebaran melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil. Dia mengamati keadaan sekitar. Tidak begitu ramai, matahari
Baca selengkapnya
45 || Kembali ke Indonesia
  Suasana pagi yang hangat, di ruang makan, penghuni rumah tengah berkumpul untuk sarapan.“Kami akan kembali hari ini, Paman. Ada pekerjaan lain yang sudah menunggu di sana,” ucap Angga memulai percakapan.“Kenapa cepat sekali! Tinggal lah lebih lama di sini. Besok Lusy akan kembali dari wisata pikniknya,” sahut Diana sedikit sedih.“Tadinya ingin begitu, sayangnya ayah sudah meminta kami untuk kembali. Kami akan terus mengawasi proyek ini dari sana.”“Iya, Bi. Film aku juga akan tayang Minggu depan, ada kontrak iklan juga yang harus diselesaikan.” Aldebaran menambahkan.“I will miss you so much!” ucap Nicole mengerucutkan bibirnya.Roy mengulas senyum, menepuk punggung Nicole.Diana menghela napas pelan. “Baiklah, kalian jangan lupa berkunjung lagi jika ada waktu senggang.”Aldebaran dan Angga mengangguk bersamaan.“
Baca selengkapnya
46 || Berasa Orang Asing
  Rara melirik secara bergantian ke arah Aldebaran dan Angga yang duduk di hadapannya. Tatapan mereka mengarah diam padanya. Aldebaran merasa seperti orang asing di rumah sendiri. Rara melempar punggung, memangku kaki dengan angkuh, menaruh satu tangannya di bahu sofa seraya bersikap layaknya tuan rumah. “Ada perlu apa kau ke sini, Al?” tanya Angga lebih dulu. “Kau tidak berhak menanyakan itu padaku!” Angga mengernyit. “Memangnya tidak boleh aku bertanya?” “Aku datang karena membawa oleh-oleh buat ibu. Puas?” Nirmala berjalan mendekat dengan membawa nampan berisi secangkir teh. “Ini, Nak Al. Silakan diminum. Maaf ya hanya seadanya. Ibu tidak tahu kalau kalian akan datang!” “Tidak usah repot, Bu. Ini juga sudah cukup,” sahut Angga merendah. Rara menyunggingkan senyum. Jadi ini caramu merebut hati Rara melalui ibunya? Menggelikan! Aldebaran mencibir dalam hati. “Nak Al, bolehkah Rara menginap
Baca selengkapnya
47 || Jejak Tak Terlihat
  Rara menggebrak dashboard mobil membuat Dion hampir kehilangan fokus saking kagetnya.“Ya ampun, Al! Jantungku hampir melompat dari tempatnya. Ini hari yang menyedihkan bagiku!” Dion kembali berkomentar melihat sudah kesekian kalinya Aldebaran tiba-tiba menyentuh apa pun yang mengagetkan Dion.“Pria licik itu, apa dia mengawasi Rara?” Aldebaran balik bertanya ke arah Dion yang sedang fokus menyetir.Dion mengangkat bahu tanda tak tahu.Beberapa saat lalu....“Ada perlu apa Tuan ingin berbicara denganku?”David menatap dalam wajah Rara. Sorotan matanya menunjukkan kehangatan yang membuat Aldebaran makin mencurigai dirinya.Apa arti tatapan itu? Tidak mungkin pria ini menyukai gadis yang lebih muda dari usia putrinya, terka Aldebaran dalam hati.David mengulas senyum. Dia hendak mendekati Rara, membuat Rara selangkah mundur.“Ap
Baca selengkapnya
48 || Rasa yang tak Diundang
  Rara tengah bersiap untuk menghadiri acara film perdananya yang akan tayang di bioskop. Sebenarnya ini bukan film pertama Aldebaran, bagi Rara itu yang pertama selain film bergenre romance yang selalu diperankan Aldebaran, itu kali pertama Aldebaran tampil dalam film bergenre mystery dan thriller. Bagi Rara itu merupakan tantangan tersendiri, sebagai peran utama tentu saja Rara begitu antusias menunggu hasil dari kerja kerasnya.“Apa kau begitu senangnya?!” Suara Rara menginterupsi. Aldebaran sejak tadi sudah berdiri di ambang pintu tanpa Rara sadari.“Sejak kapan Pak Al datang?”“Beberapa menit yang lalu!”Rara melempar tatapan menyelidik.“Salah sendiri pintunya tidak dikunci!” Aldebaran lebih dulu membela diri.Rara mendesis pelan. Aldebaran menebak dengan tepat apa yang akan dikatakan Rara selanjutnya. Dengan cepat Rara meraih kunci mobil dan pon
Baca selengkapnya
49 || Teman Kecil
  Sejak kemarin Aldebaran merasa ada yang aneh dengan dirinya. Saat ini dia sedang bersama Dion di bar. “Apa yang kaupikirkan, Al?” tanya Dion mengawali percakapan setelah menyajikan cola dingin untuknya. Aldebaran bahkan tidak bisa minum. Dia terpaksa menahan diri menjauh dari alkohol. “Al!” Dion menepuk bahu Rara. “Ada apa?” Aldebaran menoleh kaget. “Kau lagi memikirkan apa? Terjadi sesuatu?” “Bukan apa-apa!” Aldebaran meneguk minumannya hingga tersisa setengah. “Aku sudah mencari wanita tua itu lagi, tapi masih juga belum menemukan petunjuk apa pun. Jika dipikir-pikir, semua ini memang tidak masuk akal!” Aldebaran menghela napas pelan. “Kau tidak perlu lagi mencarinya. Aku masih harus melakukan sesuatu dengan tubuh gadis lamban ini!” Dion memperbaiki posisi duduk. “Apa yang akan kaulakukan?” “Sesuatu! Yang pasti aku memerlukan tubuh Rara untuk melakukan itu.” “Kuharap bukan hal gi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status