All Chapters of MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool: Chapter 151 - Chapter 160
190 Chapters
151. Not Hallucinations!
Xena mengetuk pintu yang ada di depannya. Kala tak ada jawaban, ia memilih untuk masuk dengan mendorongnya perlahan-lahan. Matanya mengintip di balik celah ambang pintu yang sedikit terbuka. Xena menyapu setiap bagian ruangan kamar pribadi milik Malik. Bukan miliknya lagi! Malik hanya singgah untuk sementara waktu saja. Selepas hari berlalu, remaja jangkung itu akan pergi meninggalkan dirinya. Sendiri seorang diri bersama dengan fakta yang terus saja memberi tamparan untuk dirinya. Malik bukan lagi saudara yang bisa tinggal satu rumah dengannya! "Lo tidur?" tanya Xena melirih. Ia benar-benar membuka pintu yang ada di depannya. Melangkah masuk ke dalam lalu kembali menutupnya dengan rapat. Remaja jangkung itu berada di balkon kamar dengan jendela besar yang terbuka. Membiarkan dinginnya hawa malam menerpa permukaan kulit wajahnya. Luka itu ia biarkan untuk membeku dengan embusan bayu malam ini. Malik nekat, meksipun tubuhnya masih sedikit basah sebab handuk yang
Read more
152. Makan malam!
Xena bungkam. Ia terus menatap lawan bicaranya itu dengan tatapan yang mantap. Mencoba menelisik masuk ke dalam pandangan remaja jangkung yang ada di depannya saat ini. Memastikan bahwa Malik tak akan tertawa terbahak-bahak setelah ini semua. Ia ingin memastikan bahwa Malik mengatakan semuanya dengan hati yang tulus. Remaja jangkung itu tak sedang bergurau sekarang ini.  "Kenapa menatap gue seperti itu?" tanyanya dengan nada ringan. Ia tersenyum tipis untuk Xena yang mulai mengerjapkan matanya lalu memalingkan pandangannya. Gadis cantik itu diam membisu tak memberi jawaban untuk dirinya.  "Xena ...." Malik memanggilnya. Berusaha untuk membuat Xena untuk kembali menatanya dengan benar. Tak ingin melewatkan apapun, remaja jangkung itu kembali menarik dagu lancip miliknya. Membawa lagi pandangan Xena untuk datang padanya. Malam ini, Malik ingin berbicara pasal hati dan perasaan dengan gadis ini. Bukan sebagai saudara tiri, tetapi seba
Read more
153. Feelings of a Boyfriend
Hari kembali berganti. Aktivitas seperti biasanya mulai dilakukan oleh Xena Ayudi Bridella. Gadis itu mau tak mau harus kembali ke sekolahnya lagi. Memulai aktivitas ringan sebagai seorang pelajar yang baik dan berbudi. Ia harus mengikuti banyak pembelajaran untuk mengasah otak, membentuk minat dan bakat, serta membangun masa depan. Katanya, pelajar adalah kalangan yang paling dihormati di tengah-tengah masyarakat. Siapa yang berprestasi, maka ialah orang yang pantas mendapatkan puja dan puji dari semuanya. Masyarakat umum akan memandang dirimu sebagai seseorang yang berstatus tinggi kalau gelar namamu panjang dan susah untuk dieja. Itulah mengapa pendidikan adalah hal yang paling penting untuk sekarang ini.  Xena menatap papan besar yang ada di depannya. Tak ada suara yang muncul dari celah bibir gadis itu. Ia terus-menerus diam membisu sembari memainkan ujung pena yang ada di dalam genggamannya.  Bara memerhatikan itu. Semua yang
Read more
154. Not my Stepbrother anymore!
Langkah keduanya tegas membelah padatnya lorong sekolah. Bel panjang berbunyi tanda waktu istirahat datang dan mengijinkan setiap siswa dan siswi untuk datang menyambangi kantin sekolah, taman belakang, atau tempat-tempat lainnya yang bisa membuat otak menjadi fresh dan rileks selepas berlelah-lelah untuk menjemput ilmu dan menjadi seorang siswa juga siswi yang baik. Kiranya, ini adalah masa paling menyenangkan untuk mengukir kenangan bersama teman sebaya.Gadis itu melangkah dengan tegas beriringan dengan seorang remaja jangkung yang ada di sisinya. Kini Xena terlihat lebih sering bersama Bara ketimbang sahabatnya, Nea Oktaviana. Gadis itu masih belum bisa akur dengan si cantik dan si baik, Nea. Bukan Xena yang masih enggan, tetapi Nea yang masih terlihat lain dengannya. Meskipun di dalam lubuk hati yang paling dalam Nea paham benar, kalau semuanya bukan salah Xena. Berakhirnya hubungan Nea dan Daffa Kailin Lim juga bukan sebab Xena. Si berengsek tak tahu diri itulah yang me
Read more
155. Sebuah Kejujuran yang Melegakan
Nea melirik ke arahnya. Xena masih diam selepas pergi dari tempat yang menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian orang-orang yang ada di sana. Gadis itu memilih menyingkir dari pandangan semua teman-temannya. Xena masih menatap jauh ke depan dengan sesekali melepaskan napas berat lalu menundukkan kepalanya. Memindah fokus untuk menatap permainan ujung jari jemarinya. Tak fokus pada Nea, Xena masih sibuk dengan aktivitasnya untuk mengusir bosan yang mulai memeluknya dengan erat. Juga, rasa canggung benar-benar ada di dalam dirinya saat ini. Gadis itu tak menyangka.kalau Nea akan mengikutinya sampai di sini. Ia juga tak mengira kalau Nea akan duduk di sisinya seperti sekarang ini.  "Gue gak menyangka kalian adalah saudara tiri," ucapnya dengan lirih. Kalimat itu sukses membuat Xena menghentikan aktivitas kecilnya, lalu melirik ke arah Nea.  Xena hanya mengangguk. Entah untuk apa, ia berdeham ringan menyetujui kalimat Nea saat ini. T
Read more
156. Dua Angsa Bodoh!
Hela tersenyum seringai untuk gadis yang ada di depannya itu. Sudah lama dirinya berpapasan dengan si biang onar di sekolahnya ini. Siapa lagi kalau bukan Nara Chalondri Eri. Gadis sialan yang terus saja menatap ke arahnya dengan tahapan meremehkan. Sesekali ia membuang wajahnya ke arah lain untuk mengekspresikan betapa kesalnya ia saat ini. Dari sekian banyak orang yang bisa berpapasan dengannya, mengapa harus Hela Ileana? Ia membenci segalanya pasal gadis 'sok' satu ini. Semua orang mungkin melihat Hela layaknya seperti seorang gadis baik yang tak bisa berbuat jahat pada orang lain. Namun, asal mereka tahu, Hela lah yang membuat Nara kehilangan mimpinya menjadi seorang model majalah anak muda. Hela mengambil posisi itu dan sukses di atas posisi yang seharusnya menjadi milik Nara. Jika saja Hela tak mengkhianati dirinya, mungkin saja sampai saat ini Hela dan Nara masih menjadi seorang teman baik. Ke mana-mana mereka akan pergi bersama layaknya surat dan perangko. Layaknya semut dan
Read more
156. Salah paham.
Nara membenci perpustakaan sekolah. Baginya tempat ini adalah tempat yang paling membosankan untuk dikunjungi. Bukannya tak suka dengan ilmu yang didapat kalau membaca buku di tempat ini, tetapi Nara tak suka dengan suasana dan aroma yang dihasilkan di sini. Semenjak dirinya datang ke sekolah elit ini dengan menggunakan bantuan beasiswa sekolah, gadis berambut pendek ini tak pernah mau sekalipun datang kemari kalau tidak ada orang yang menyuruhnya seperti sekarang ini. Seorang guru menyuruh Nara untuk mengembalikan daftar pinjaman buku ke perpustakaan sekolah. Kata si guru buku ini sudah tak digunakan lagi, jadi Nara harus mengembalikannya ke dalam bangunan perpustakaan. Takut, kalau terlalu lama disimpan, nanti akan rusak atau hilang dicuri orang.Mendengar semua penjelasan itu, Nara hanya bisa menurut saja. Ia tak banyak berkata ini itu untuk menjawab atau memberi penolakan. Toh juga, ini adalah kesempatan untuk dirinya sejenak mangkir dari proses pembelajaran di kelasnya s
Read more
158. Remaja Aneh!
"Apa maksud lo?" Bara terdiam sejenak selepas kalimat itu ia lontarkan untuk gadis yang ada di depannya. Dirinya tak bisa berkata apapun lagi saat ini. Nara tersenyum sembari menundukkan pandangan matanya. Ia menyembunyikan wajah dengan lengkungan bibir aneh itu. Kiranya, gadis berengsek ini sedang menghina Bara. Ia sudah tahu kelemahan pria satu ini.  Jujur saja, jikalau Bara rak mengusik Aksa terus-menerus, maka Nara juga tak akan melakukan ini padanya. Rasa benci ini muncul selepas Nara tahu bagaiman remaja jangkung itu memperlakukan Aksa. Bak seorang predator dengan mangsa buruannya. Nara membenci remaja ini dengan kesungguhan yang ada di dalam hatinya sekarang.  "Gue melihatnya, Bara. Lo membunuh seorang gadis," ucapnya menatap wajah tampan milik Bara. Nada bicara Nara terkesan meremehkan. Ia tersenyum seringai selepas menyelesaikan kalimatnya itu.  "Jangan main-main dengan ucapan lo! Itu bisa menjadi
Read more
159. Hadiah Untuk Nara (1)
Keduanya berjalan dengan ringan. Sore datang, saatnya waktu untuk pulang. Semua pembelajaran sudah selesai. Kini saatnya mengistirahatkan otak dan beristirahat juga berkumpul dengan keluarga tercinta. Hari baik untuk Nea dan Xena. Hari ini mereka berbaikan. Xena berbicara banyak pada gadis cantik berambut pendek itu. Begitu juga sebaliknya. Nea berterus terang dengan apa yang ia rasakan pada Xena selepas hubungannya dan Daffa Kailin Lim berakhir. Toh juga, tak perlu ada yang disesali lagi. Jika Daffa benar-benar ditakdirkan Tuhan untuk dirinya, maka remaja itu akan kembali lagi pada Nea. Mereka akan bersama lagi seperti waktu dulu. Kembali saling menjalin hubungan satu sama lain. Namun, jika mereka tak ditakdirkan untuk bersama, maka Nea pasti akan menemukan orang yang lebih tepat untuk menjadi laki-laki yang bisa membahagiakan dan membuat dirinya nyaman. Di dunia ini, Daffa bukan satu-satunya laki-laki. "Ngomong-ngomong, Xena." Nea mengubah pandangan matanya. I
Read more
160. Malam Pengakuan untuk Sang Ayahanda : Aku Mencintainya!
Malik menatap kolam ikan yang ada di depannya. Sesekali remaja jangkung itu melemparkan makanan untuk ikan-ikan yang berenang di atas permukaan. Tak ada fokus yang jelas, Malik hanya diam tanpa ada suara yang mengiringi dirinya. Tak ada teman juga. Kalau sudah sampai ke dalam rumah begini, ia hanya bisa duduk paling-paling menghibur dirinya dengan game online atau siaran televisi lokal di rumahnya. Sebenarnya, Papa Arjuna tak pernah melarang putranya untuk pergi ke suatu tempat. Namun, Malik saja yang mulai bosan. Tak ada tinju ilegal lagi. Mau main ke rumah Xena? Tidak! Mereka bukan lagi saudara tiri yang bisa saling bersua kapan pun dan dalam waktu seperti apapun.  Malik terkadang rindu, meksipun belum lama dirinya dan Xena berpisah, tetapi remaja itu sudah merasa benar-benar kesepian. Ia ingin keadaan kembali seperti semula. Ada Xena juga ada seorang wanita tua yang menyiapkan makan malam untuk dirinya. Ia membenci makanan dari seorang pembantu. Rasanya
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status