Semua Bab MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool: Bab 141 - Bab 150
190 Bab
141. Pembunuh yang Sebenarnya
"Apa maksud lo?" "Gue bersalah, Xena. Gue memang bersalah untuk hal ini. Jika saja—" "Katakan yang sejujurnya!" Xena menarik kedua bahu lebar milik remaja jangkung yang ada di depannya itu. Malik diam menatapnya dengan nanar. Mungkin ini terlambat, tetapi ia ingin Xena mengetahui apa yang sebenarnya terjadi malam itu. Bukan dirinya memang, tetapi Bara. Malik berani bersumpah dengan mengatasnamakan kehidupan kedua orang tua kandungnya saat ini. Ia bahkan berani bertaruh atas kehidupan sang ibunda di rumah sakit, kalau ia tak pernah sekalipun menyentuh tubuh Tara juga mayatnya malam itu. Ia hanya bodoh, sebab tak bisa melakukan apapun karena ego terlalu besar menghalanginya.  "Gue merekam semua kejadian itu, gue merekam saat ia mengancam Tara dan menyudutkan gadis malang itu di sisi atap bangunan sekolah. Gue melihatnya dan gue merekam semua itu. Gue berpikir, dia tak akan benar-benar berani melukai sahabatnya s
Baca selengkapnya
142. Love: A Worry
"Mengapa lo harus membunuhnya?" Aksa menarik kerah baju milik Bara. Membawa tubuh remaja jangkung yang ada di depannya itu untuk datang mendekat padanya. Tatapan itu tak mau lagi di ajak bersahabat, Aksa menatap rajam paras tampan milik Bara. Bahkan sampai sekarang ini, setelah bertahun-tahun berlalu, remaja jangkung ini tak pernah sadar sedikit pun. Dirinya membuat pengakuan dengan ekspresi wajahnya yang menyebalkan. Bahkan sesekali, senyum itu datang mengiringi tatapan matanya yang penuh kedamaian. Ia sudah membunuh seorang gadis tak bersalah, lantas hatinya itu tak pernah merasa aneh juga bersalah! Sekarang Aksa tahu, Bara bukan manusia. Remaja bodoh ini bahkan sudah punya gen psikopat yang mengalir di dalam dirinya.  "Karena dia gadis yang menyebalkan. Tara selalu saja merengek dan mengeluh pasal kehamilannya. Saat gue bertanya siapa yang sudah melakukan itu padanya ... gadis itu menyebutkan nama kakak angkat gue. Lo tau, Aksa? Gue mencintai gadis itu,
Baca selengkapnya
143. Nara Dan Aksa.
Embusan bayu membelai lembut setiap inci bagian tubuh dua remaja yang memutuskan untuk tidak kembali ke dalam kelas siang ini. Bel sekolah nyaring dibunyikan menandakan bahwa semua harus kembali ke dalam kelasnya selepas menjalani waktu jeda dalam beberapa menit berjalan. Aksa menyelesaikan hukumannya, tidak semua. Ia 'membayar uang' muka untuk membebaskan dirinya siang ini. Katanya, Aksa berjanji akan menyelesaikan hukumannya besok pagi. Ia sudah menyelesaikan 500 kalimat untuk menulis permohonan maaf atas apa yang dilakukan dirinya pada Bara sebelumnya. Tak hanya memukul, Aksa juga memaki habis-habisan remaja jangkung itu di depan semua yang menonton pertengkaran mereka. Ia bahkan mengabaikan lerai dari guru yang datang sebab emosi yang ada di dalam dirinya sudah menggebu-gebu. Jika saja tak ada orang yang datang padanya tadi, mungkin saja Aksa sudah mematahkan tulang hidung milik Bara."Lo menyesali semuanya sekarang?" Nara menyahut. Gadis itu menyodorkan sekaleng soda yan
Baca selengkapnya
144. Laki-laki bertopeng : Haidar Bara Ivander
Langkah kakinya tegas berjalan. Tatapan matanya sesekali naik menatap jalanan yang ada di depannya, lalu turun menatap kedua ujung sepatunya yang berjalan menyusuri jalanan sepi untuk sampai ke rumahnya. Xena dan Malik harus berpisah di halte pertama setelah pergi dari area pemakaman sang ayah kandung. Gadis itu membenci fakta bahwa ia tak bisa lagi pulang bersama Malik. Jalur yang mereka tempuh, sudah berbeda. Malik tak akan lagi ada untuk menyambut sorenya dan tersenyum indah di pagi hari untuk dirinya. Hari ini akan berbeda. Mamanya mengatakan bahwa selepas sidang perceraian dilaksanakan dan diputuskan, ia tak akan langsung pulang ke rumah. Ada yang harus diurus olehnya. Katanya, urusan kantor akan sedikit kacau sebab ia absen pagi ini. Jadi, jangan menunggu wanita tua itu untuk pulang selepas senja menutup hari nanti. Xena harus pandai menyesuaikan dirinya mulai sekarang. Ia akan sendiri setiap malam, menunggu mamanya pulang membawa buah tangan untuk dirinya. Ia berharap sesekal
Baca selengkapnya
145. Romantic Lover
Xena mempersiapkan remaja jangkung yang ada di belakangnya untuk masuk ke dalam rumahnya. Tak ada siapapun di dalam sini. Bahkan, gadis itu baru saja menyalakan lampu ruangan selepas dirinya membuka pintu dan masuk ke dalam rumahnya sendiri. Xena meletakkan tas punggung miliknya di atas meja tamu. Ia melirik Bara yang masih ragu berjalan untuk datang masuk ke dalam rumahnya saat ini. Remaja jangkung itu sesekali melirik ke arah Xena yang menatapnya dengan aneh, lalu mulai menyapu setiap bagian ruangan yang kini mulai menyembunyikan tubuhnya dari hawa dingin di luar sana. Hujan gerimis datang itu sebabnya bayu berembus dengan sedikit kencang. Angin yang tadinya semilir, kini mulai terasa dingin menusuk masuk ke dalam tulang belulangnya."Masuklah. Rumah ini bak berbahaya," tutur Xena tertawa geli. Tangisnya sudah hilang selepas Bara menenangkan dirinya tadi. Meskipun demikian, pikiran dan hatinya masih enggan menerima fakta bahwa sang kekasih adalah remaja berengsek yang sudah
Baca selengkapnya
146. Mari Berbicara Tentang Dirimu
Pagi yang basah telah berlalu dengan cepat. Siang yang datang pun tak sepanas biasanya. Awan mendung masih kokoh di atas sana. Menghalangi sang surya untuk datang menampakkan wajah dan menjatuhkan sinar hangatnya untuk seluruh penduduk bumi yang ada di bawahnya saat ini. Tatapan gadis itu kini mulai mengudara. Ia menatap awan mendung di atas sana dengan sesekali menghela napasnya kasar. Sudah beberapa hari terakhir ini Xena tak duduk di sisi sang sahabat. Ia dan Nea saling mendiamkan satu sama lain. Bahkan Xena menghabiskan masa istirahatnya untuk duduk sembari menikmati sekaleng soda dan dan beberapa camilan seorang diri. Gadis itu enggan berbicara selepas dirinya memutuskan untuk datang ke dalam lingkungan sekolah beberapa waktu yang lalu.Helaan napas kasar mengundang seseorang untuk datang mendekati dirinya. Sang kekasih hati, Haidar Bara Ivander. Remaja tampan itu tiba-tiba saja dan duduk tepat di sisinya. Kehadiran Bara sukses mencuri perhatian Xena untuk datang dan men
Baca selengkapnya
147. Kekasih Berengsekku!
Bara menatapnya dengan teduh. Tak ada suara yang datang dari dalam mulutnya. Bibirnya masih rapat bungkam. Remaja itu memutuskan untuk diam dalam sejenak. Tatapan mata itu seakan berbicara pada Xena bahwa ia tak bisa menjelaskan banyak hal. Bara belum menyiapkan banyak alasan untuk pembicaraan ini, meskipun ia tahu Xena pasti akan menanyakan hal ini padanya suatu saat nanti."Apa yang harus gue jelaskan?" tanya Bara pada akhirnya. Ia bingung harus memulai dari mana. Tak mungkin dirinya secara gamblang mengatakan bahwa ia sudah menusuk seorang gadis malang yang sedang mengandung dan mendorongnya dari atap gedung sekolah. Tak mungkin juga kalau Bara mengatakan bahwa semua yang ia lakukan atas dasar sebuah kesadaran. Ia tak terpaksa, juga tak merasa bersalah karena itu. Entah mengapa, sampai sekarang pun Bara tak bisa merasakan dosa dan rasa bersalah itu. Kiranya, ia berpikir bahwa membunuh Tara adalah sebuah keputusan yang tepat."Gue akan tanya satu persatu." Xena menya
Baca selengkapnya
148. Rahasia Punya Rahasia
Senja menutup siang yang panas. Bel panjang berbunyi tanda jam sekolah sudah usia. Kini semua boleh pulang dan beristirahat di rumahnya. Berjumpa dengan keluarga tercinta sembari melepas lelah dengan bercerita dan bersenda gurau. Nara, mengabaikan semua itu. Tatapan matanya tertuju tepat mengarah pada dua orang yang sedang beradu di atas ring tinju. Sesekali di pria berbadan kekar menghantam sisi tubuh milik teman sebayanya. Sesekali sorak sorai mengiringi selepas Abian Malik Guinandra berhasil memberi bogem mentah untuk membalas lawan mainnya kali ini. Pertandingan dengan uang taruhan sudah lama tak dilihat olehnya. Ia datang selepas seseorang mengabarkan kalau Malik sedang bertanding. Nara tak sendirian, sedikit terkejut kala tahu Aksa sudah duduk di ujung kursi sana. Remaja jangkung itu terus saja menatap apapun yang ada di depannya dalam diam tanpa mampu berucap sepatah katapun. Remaja jangkung itu benar-benar menikmati apa yang disuguhkan oleh dua petarung ilegal di depannya it
Baca selengkapnya
149. I see you.
"Lo harus dirawat terlebih dulu. Setidaknya satu hari menginap di rumah sakit." Nara menyela langkah keduanya. Selepas remaja jangkung itu memaksa untuk pergi dari dalam bangunan rumah sakit dan pulang ke rumahnya, kini keduanya hanya bisa berjalan dengan langkah ringan menembus hawa dingin sang bayu yang bergerak seiring dengan gumpalan awan hitam di atas sana. Mendung kembali datang dengan gemuruh petir yang menyambar dengan ringan. Membawa sebuah kesan bahwa hujan benar-benar akan turun sebentar lagi. Itu sebabnya Malik ingin Nara segera kembali ke rumahnya. Melupakan semua kejadian buruk yang terjadi sore ini. Melupakan apa yang dilihatnya dan melupakan semua masalah yang datang selepas Malik dinyatakan masuk ke dalam rumah sakit dengan kondisi yang lemah."Lo gak papa pulang sendirian dengan keadaan begitu?" tanya Nara menunjuk sisi mata remaja itu yang sedang lebam. Malik menoleh padanya. Anggukan ringan kembali datang menjawab kalimat tanya uang dilontarkan Nara untuk
Baca selengkapnya
150. Malam Penuh Cinta
"Lo bisa pulang ke rumah, kenapa harus ke sini?" Xena menarik handuk kecil yang menggantung di sudut ruang kamarnya. Remaja jangkung itu terus saja mengikuti arah ke mana dirinya pergi. Alasannya, ingin Menghantar Xena pulang ke rumahnya, tetapi mampir adalah keputusan akhir dari Malik malam ini. Ia tak berucap apapun. Kiranya, Malik masih benar-benar hapal bagian rumah Xena. Ia juga baru pergi tiga hari yang lalu. Semua ingatan dan memori yang ada di dalam kepalanya masih utuh. Belum ada yang hilang sebab terkikis oleh waktu. Semua masih jelas dan tergambar dengan baik."Gue udah pamit sama papa kalau tidur di rumah teman," ucapnya dengan nada ringan. Malik duduk di sisi ranjang empuk milik Xena. Matanya mulai menatap ke arah gadis yang berdiri di sisi pintu kamar mandi pribadinya dengan sesekali menggosok-gosok setiap helai rambut panjangnya dengan menggunakan handuk kecil yang ia pegang. Xena bukannya tak acuh dengan keadaan Malik, remaja jangkung itu sudah mendapat handuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status