Semua Bab MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool: Bab 71 - Bab 80
190 Bab
71. Selamat Sore, Harapan.
Manik mata indahnya menatap fokus pantulan bayangan tubuh rampingnya di depan cermin besar sisi ruang kamarnya. Xena sesekali tersenyum sembari memutar tubuhnya ke samping kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tak ada yang salah dengan penampilannya sore ini. Senja sudah tiba, masa belajar pun telah usai. Kini waktunya Xena memenuhi janjinya. Pergi bersama Bara untuk menemani remaja itu berbelanja kado ulangtahun si keponakan. Xena tak ingin tampil mewah dan memukau, ia hanya ingin tampil pantas dan nyaman dipandang saja. Ini adalah kepergiaan pertamanya bersama seorang laki-laki. Biasanya Xena hanya pergi menemani Nea untuk berbelanja ini itu juga bermain bersama di pusat mal besar kota.Cukup! Ya, Xena rasa cukup dengan celana jeans panjang hitam yang ia padukan dengan kemeja maroon seperempat lengan dengan pita kecil di setiap ujung lengannya. Tas selempang menghias di sisi pundak dengan warna yang senada dengan sepatu flatshoes yang dikenakannya sore ini. Riasa
Baca selengkapnya
72. Rasa Tak Ber-asa
Bus melaju dengan kecepatan sedang. Membelah padatnya jalanan kota untuk sampai ke tempat tujuan para penumpang sore ini. Xena akan berhenti di halte terakhir tepat di sisi perempatan jalan raya. Di mana lampu merah, kuning, dan hijau akan bergantian menyala untuk mengatur volume kendaraan yang ada. Di tempat itulah Bara menunggunya. Tak seperti janji awal, remaja itu mengubahnya. Ia berkata pada Xena melalui sebuah pesan singkat bahwa Bara akan menunggu Xena tepat di halte sisi bangunan mal kota. Di sana mereka akan bersua. Entah dengan rasa yang bagaimana, namun yang jelas Bara akan setia menunggu sampai Xena datang padanya. Gadis itu melirik jam kecil yang melingkar di pergelangan tangannya. Bukan tanpa alasan Xena sedikit molor dari waktu yang sudah dijanjikan untuk bertemu dalam satu titik. Gadis itu terlambat sebab saudara tirinya yang mengacau. Kalau saja Malik tak datang dan membuatnya kembali 'skakmat' seperti tadi, maka Xena tak akan pernah terombang-ambing hat
Baca selengkapnya
73. Dialog Senja Bersama Sang Kekasih
Nea menatap paras tampan sang kekasih. Daffa akan sangat mempesona kalau sedang berada di luar lingkungan sekolah seperti ini. Tak lagi formal dengan seragam putih dan abu-abu berbalut jas almamater sekolahnya, remaja jangkung bertubuh kerempeng itu benar terlihat keren dengan balutan hoodie merah maroon dan celana panjang jeans yang jatuh tepat di atas sepatu hitamnya. Daffa menjadi pribadi yang lain kalau berada di luar lingkungan sekolah. Lebih hangat terkadang sedikit over protektif. Alasannya hanya satu, ia terlalu khawatir dengan keadaan Nea Oktaviana jikalau berada di lingkungan umum seperti itu. Menjelaksan dengan menyisipkan sedikit pujian untuk gadis itu adalah cara Daffa menyikapi ketidaksukaan sang kekasih atas apa yang dilakukan olehnya. Daffa mengatakan bahwa Nea terlalu cantik untuk dipandang oleh mata dunia. Ia tak suka membiarkan Nea dengan pakaian terbuka. Selalu menyuruh gadis itu mengganti pakaiannya kalau dianggap terlalu vulgar dan mengundang lirika
Baca selengkapnya
74. Teka Teki Rasa
"Katakan alasannya selain karena Xena adalah sahabat aku." Nea mengimbuhkan. Tatapannya kembali tajam seakan ingin memakan habis kekasihnya sekarang ini. Nea tahu bukan hanya itu alasannya bukan? Daffa meluangkan waktu hanya untuk membantu Xena yang merupakan sahabatnya? Alasan yang klasik! "Karena aku menyukai Xena?" tanya Daffa berkelit. Kembali remaja bertubuh kerempeng itu tersenyum kuda. Lagi-lagi mengacak kasar puncak kepala sang kekasih. Tawa kecil muncul kala Nea hanya diam sembari rapat mengatupkan kedua sisi bibirnya. Gadis itu benar-benar merajuk sekarang. Daffa mirip dengan Malik lambat laun. Menyebalkan dengan kelucuan yang sedikit membosankan sebab ada di tempat dan waktu yang tak tepat."Kamu mau aku jawab itu?" Daffa kembali berucap. Dalam diam gadis itu kini menghela napasnya. "Udahlah. Gak penting juga," ucap Nea menyerah dan pasrah. Ia ingin mempercayai sang kekasih apapun alasannya. Ia ingin tetap Daffa-lah yang menjadi laki-laki yan
Baca selengkapnya
75. Khawatirkan Rasa(mu)
Tatapannya mengudara. Tepat mengarah pada bangunan besar yang ada di depannya sekarang ini. Suasana ramai, tak sepi bak kota mati meskipun malam datang dengan kata larut yang hampir tiba. Beberapa orang yang datang terlihat begitu tergesa-gesa. Seakan waktu hampir habis hingga tak mengijinkan mereka untuk kembali ke tempat ini lagi. Sirine ambulan menggema di udara. Menandakan seseorang datang dengan keadaan yang tak bisa dibilang baik-baik saja. Semua tenaga medis berhamburan keluar. Sesegera mungkin untuk datang dan memberi pertolongan pertama. Posisinya tergeser dengan kerumunan yang datang melalui pintu utama bangunan rumah sakit. Tak asing pemandangan seperti ini kalau sudah memutuskan untuk datang menyambangi area rumah sakit. Xena melakukannya. Datang kemari hanya bermodalkan nekat tanpa informasi yang rinci. Sekarang tatapannya menelisik setiap sudut bangunan rumah sakit. Mencari seseorang yang kiranya bisa diajak berbincang malam ini. Nihil! Tak satupun orang b
Baca selengkapnya
76. Ambang Rasa
"Lo harus keluar dari tinju ilegal sekarang!" Xena menatapnya dengan geram. Ia tak bisa lagi sanggup untuk melihat keadaan saudara tirinya. Segepok uang tak sebanding dengan raga dan nyawa yang dimiliki oleh Malik. Hidup dalam bayangan sebagai seorang petinju ilegal begini, benar-benar memuat hidup baik dan nyaman seseorang akan terganggu."Xena!" Zain akhirnya menyela. Menatap gadis cantik yang kini menoleh padanya. Xena memberi sorot mata tajam. Seakan ingin menerkam dan menghabisi Zain hidup-hidup. Ia selalu saja menjadi parasit yang menyebalkan. Membuat Malik terlibat dalam hal menyeramkan seperti ini adalah ulah dari seorang Zain."Kenapa? Lo mau memprotes?" Xena menyahut. Berjalan mendekat pada remaja jangkung yang kini mulai perlahan bangkit dari tempat duduknya. Ia tertatih. Sejenak menatap Xena kemudian menoleh untuk menatap paras Malik."Ini gak ada hubungan sama tinju ilegal. Jangan libatkan itu," ucapnya melirih. Sukses membuat Xena tertawa lepas. Gadis
Baca selengkapnya
77. Perpisahan
Dersik membisik. Kembali langkah keduanya tegas membelah jalanan yang ada di depannya. Area rumah sakit belum benar ditinggalkan. Mereka masih berada di halaman depan. Gerbang dengan dua tugu besar itu akan menjadi pertanda bahwa baik Xena maupun Malik sudah sukses meninggalkan bangunan rumah sakit. Keduanya beriringan. Tak banyak yang terucap hanya diam sembari lurus memfokuskan pandangannya. Hari ini berakhir dengan sedikit berat. Suasana tak bersahabat seakan ingin menjerat Xena dalam sebuah duka baru sebelum mata tertutup untuk datang menemui pangeran di dalam mimpinya. Malik sukses membuat jantungnya hampir terlepas dari tempatnya tadi. Mendengar seseorang mengabari Xena dengan mengatakan bahwa pemilik ponsel ini terluka parah di sisi jalanan membuat dirinya panik bukan main. Tak banyak yang dijelaskan oleh Malik. Ia hanya berkata bahwa seseorang menemukan ponselnya yang hampir hilang. Kala itu Malik tak benar memperhatikan. Yang ada di dalam fokusnya ha
Baca selengkapnya
78. Gejolak Rasa
"Lo sakit?" Suara itu menyela lamunan Hela. Gadis yang baru saja ingin menyandarkan tubuhnya ke belakang itu kini menoleh. Sedikit mendongakkan pandangannya sebab tubuh remaja yang baru saja datang dan berdiri di sisinya itu sangat tinggi menjulang."Katanya gak mau nemenin." Hela menyahut. Menyeringai samar kala Malik mulai duduk dengan jeda satu bangku kosong di antara mereka. Remaja itu menaikkan satu sisi alisnya. Bersama kedua bahu lebarnya yang tersentak naik ke atas, ia menoleh tepat pada gadis yang sedang menunggu nomor antrean untuk bertemu dengan dokter malam ini."Lukanya lebih parah dari kemarin malam, lo dipukuli lagi?" tanya Malik lagi-lagi menyela. Hela tak banyak berbicara kali ini. Menyambut kedatangan Malik dengan senyum hangat dan tatapan teduh sudah sangat cukup untuk Hela. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja. Sedikit kacau di dalam sana. Hatinya bergelut dengan pikirannya yang sedikit 'semrawut'."Alih-alih mengumpulkan bukti un
Baca selengkapnya
79. Suasana Hati
Xena menatap samar bayangan tubuhnya. Lampu remang halte bus menjadi penerang utama kali ini. Ia masih duduk di posisi yang sama. Kiranya sepuluh menit berlalu begitu saja. Zain tak lagi memberi jawaban selepas tau apa yang terjadi pada sang adik. Rasanya seperti mati rasa, barangkali. Ia adalah brandalan gila yang suka membuat onar. Tak asing lagi untuk Xena kalau ia bertemu dengan Zain dalam keadaan seperti ini. Baiklah jikalau semesta sedang ingin bermain bersama alurnya sekarang, akan untuk sang adik? Ia bahkan tak tahu kala Bela mengalami hal seperti itu. "Bela gak cerita 'kan sama lo?" Xena menebak asal kala tak ada suara dan sepi mulai memeluknya. Berat memang jikalau sudah dihadapkan dengan kondisi seperti ini, Zain adalah remaja aneh yang tak tahu aturan. Menyusahkan Malik adalah alasan mengapa Xena tak terlalu menyukai remaja satu ini. "Gue bukan kakak yang baik." Zain menyahut. Kembali ia menyandarkan kepalanya ke belakang. Merapatkan kedua matanya
Baca selengkapnya
80. Dua Remaja Yang Rumit
Remang cahaya menusuk masuk ke dalam dua retina pekat milik gadis yang baru saja menutup rapat pintu gerbang rumahnya. Kini suasana sepi, benar-benar bak kota mati. Xena memungkaskan hati. Sungguh berakhir! Ia tak ingin kembali melangkahkan kakinya keluar dari area rumah nyamannya ini. Jikapun harus, ia juga harus mendapatkan alasan yang tepat untuk itu. Lelah dirasa selepas berjalan-jalan meninggalkan kediaman nyamannya senja tadi, bersama Bara mengelilingi setiap sudut bangunan mall mewah yang dibangun di tengah padatnya Kota Jakarta. Berakhir dalam sebuah adegan menyebalkan yang mengharuskan dirinya untuk terseret masuk ke dalam permasalahan sang suadara tirinya juga teman sialannya itu. Xena tak habis pikir mengapa kedua remaja jangkung itu memilih hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang menyedihkan seperti itu? Bukankah lebih baik berdamai dan saling menyayangi satu sama lain?Langkah kini tegas. Membelah jalan setapak yang dikelilingi rumput hijau di sekitarnya. Satu de
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status