Semua Bab Selir Adipati: Bab 31 - Bab 40
161 Bab
Menunduk
Mahkota dengan gemerlap masih saja menghiasi meja kamar Ayu. Adipati segera memerintahkan beberapa pengawal untuk membawanya menuju aula wanita. Pengawal membawanya dengan sangat berhati-hati hingga meletakkan di kamar Ayu dengan selamat.“Rose sudah waktunya aku keluar dan menunjukkan diriku. Siapkan semua! Aku dengar ibu Suri bersama semua selir akan mengadakan perjamuan rutin. Aku mau ibu Suri melihatku jika semua selir sudah berada dalam kekuasaanku.”Ayu menatap Rose. Salah satu alisnya terangkat. “Poles aku agak tebal. Aku mau malam ini menjadi yang terbaik.”“Tapi kau tidak sehat, Ayu. Kau sudah melayani Adipati seperti itu. Apa kau akan kuat berjalan dan duduk selama itu?” Rose masih saja kawatir dengan kondisi kesehatan fisik Ayu yang masih saja lemah. Dia kembali memerintahkan Siti untuk membuatkan ramuan agar bisa menguatkan tubuh Ayu dalam waktu singkat. Siti masih saja menyiapkan semua ramuan yang sudah dia ambil
Baca selengkapnya
Perdebatan
Kedua mata hitam bulat milik ibu Suri terbelalak lebar. Tangan kanan yang masih melayang di atas, seakan kaku untuk dia turunkan. Urat-urat dalam kulitnya sangat terlihat akibat dirinya yang tegang melihat kedatangan Adipati secara tiba-tiba. Nafasnya semakin tidak beraturan.Ayu masih saja menundukkan kepalanya. Dia memandang lantai dengan senyuman keberhasilan. Ayu mendapat kabar dari pengawal jika Adipati ingin bersamanya saat malam. Ayu mengatakan kepada pengawal itu untuk menyampaikan jika dia akan mendatangi acara ibu Suri yang tidak bisa dia tinggalkan. Ayu berharap sang bunga menghampiri kupu-kupu yang pastinya akan terjebak di sana untuk membebaskannya dari musuh yang tidak menyukainya.Pengawal segera melakukan perintah Ayu. Di dalam kamar, Adipati sangat paham jika Ayu pasti akan selalu di musuhi oleh siapapun juga. Adipati segera menjemputnya saat malam tiba. Dia akan masuk ke dalam acara ibunya yang berencana memberikan kejutan untuk ibu Suri dengan Ayu ma
Baca selengkapnya
Terungkap
Adipati tidak percaya dengan apa yang dia lihat di dalam kotak kayu tepat dihadapannya. Kedua matanya semakin melebar. Bola mata hitamnya terhenti ditengah ruangan matanya dengan kaku tanpa berkedip.Perlahan Adipati menunduk semakin melihat isi kotak yang berada di lantai. “Kenapa kau melakukan ini Jenderal?” tanyanya tegang.Kini Adipati menatap Jenderal yang hanya diam dengan tatapan dinginnya. “Hamba hanya melakukan apa yang Adipati perintahkan," jawabnya kaku.“Tapi, dia adalah satu-satunya saudaramu,” kata Adipati pelan. Dia mengkerutkan kedua alisnya. Namun, kepalanya masih menatap Jenderal yang sangat berkeringat. Ayu di dalam selimut menatap mereka juga dalam keadaan tegang. “Apa yang ada di dalam kotak itu?” batinnya sambil melotot, menunggu jawaban Jenderal yang sangat membuatnya penasaran.“Dia adalah pemanah yang melakukannya. Hamba menemukannya saat menyusuri hutan. Seorang perompak menghadang
Baca selengkapnya
Kenyataan Pahit
Jenderal masih saja diam tidak berucap. Dia masih memikirkan bagaimana jika memberitahukan kalau ibu Suri yang melakukannya. Jika sampai dia membuka mulut, dia sangat kawatir Ayu semakin nyawanya berbahaya. Bagaimanapun juga, ibu Suri mempunyai kekuasaan yang sangat luar biasa. Jenderal akan menutp rapat mulutnya dari kejadian yang sebenarnya.“Adik hamba menghidupi semua perompak itu. Dia mengambil situasi ini dengan baik. Salah satu pejabat istana yang melakukannya. Dia hanya mengatakan itu kepada hamba,” kata Jenderal menutupi nama ibu Suri.Ayu hanya diam menatap Jenderal yang berbohong. “Aku akan membuat dia mengatakan siapa pelakunya. Dia menyembunyikan sesuatu. Raut wajah tidak bisa membohingi aku. Aku tidak akan memaafkannya, siapapun yang terlbat,” batin Ayu dengan tatapan dinginnya.“Cari pejabat istana itu!”Adipati berkata tegas. Dia menyerahkan pedang milik Jenderal kembali. Jenderal menganggukkan kepalanya
Baca selengkapnya
Sesepuh
Rose bersama Siti semakin tidak percaya dengan apa yang mereka dengar dari mulut Ayu begitu pelan namun pasti. “Apa kau yakin?” tanya Rose mendekatinya. Dia semakin melebarkan kedua matanya.“Aku sangat yakin. Aku saat pertama kali menuju kesini menaiki kereta, para perompak itu menghadangku. Mereka merampas emas dan semua perhiasan. Namun, kehebatan Jenderal membuat mereka gagal. Mereka hanya akan merampas dan menerima bayaran dari para pejabat istana. Wati tidak akan mau memberikan uang emas miliknya. Untuk membunuhku, mereka membutuhkan sangat banyak uang. Hanya ibu Suri yang akan melakukannya. Aku sangat paham dengan kebenciannya kepadaku. Apa lagi Bunga, dia yang mengirimkannya ke sini. Siapa lagi jika bukan dia, ibu Suri?”Ayu memastikan keyakinannya sekali lagi. Rose bersama Siti masih saling melirik. “Lalu, apa yang akan kau lakukan?” tanya Rose menatapnya serius.“Aku akan membiarkannya. Suatu saat, dia akan men
Baca selengkapnya
Menemui Rakyat
Adipati mengeluarkan satu kalimat yang sangat menggegerkan semua pejabat istana. Mereka saling menatap satu sama lainnya. Mereka tidak menyangka jika apa yang mereka dengar hari ini adalah sesuatu yang tidak biasanya. Bahkan, selir dengan mahkota yang menjulang tinggi seperti apa yang dikenakan Ayu tidak sama dengan mahkota milik ibu Suri. Mereka masih saja menarik nafas sambil menatap pejabat lainnya yang segera saling berbisik.Ayu sama sekali tidak menghiraukan pejabat yang sangat kebingungan dengannya. Dia terus berjalan hingga menerima uluran tangan Adipati di singasananya yang sangat indah sama seperti di dalam mimpinya. Dia sekarang berdiri berada di sebelah Adipati yang masih saja menggenggam tangannya. Jenderal sedikit meliriknya. Sementara, pejabat istana masih saja ribut dan saling bergumam.“Aku akan mengenalkan kepada rakyat siapa calon ratu mereka,” teriak Adipati membuat semua pejabat diam seketika kembali menundukkan kepalanya.&ldquo
Baca selengkapnya
Miliki Aku Jenderal
Kejadian tidak terduga terjadi begitu saja. Ayu semakin mencoba untuk bersikap sewajarnya.“Jenderal, kenapa kau menyentuh ratuku?” tanya Adipati tegang. Jenderal memandang tangannya yang masih mencengkeram lengan kanan Ayu. Dia segera melepaskannya. Kini dia menundukkan kepalanya.“Maafkan hamba!”“Kau tahu, aku sangat tidak suka, dengan siapapun menyentuhnya selain diriku!” bentakan Adipati yang menggema, semakin membuat semua orang diam.“Hamba hanya takut tajamnya pedang pengawal hamba mengenai calon ratu. Mereka pengawal hamba. Apa yang akan hamba lakukan jika benar terjadi?” alasan Jenderal membuat Adipati diam berpikir.Ayu menolehkan pandangannya ke wajah Adipati yang masih memerah. “Hamba hanya ingin Adipati menenangkan pikiran. Bagaimana bisa orang kepercayaan selama puluhan tahun bisa berhianat di depan mata?” perkataan Ayu yang sedikit membuat Adipati melunak seketika.&
Baca selengkapnya
Penyatuan Tubuh
Bibir Jenderal mendarat dengan sempurna di leher mulus Ayu. Rintihan pelan Ayu keluarkan. Bibir itu dengan lembut menyapu kulitnya. Entah kenapa Ayu sempat menarik nafas dan berpikir jika dia lebih menyukai melakukannya bersama Jenderal. Dibalik sifatnya yang sangat kejam dan keras, terdapat kelembutan dalam dirinya.Ayu seperti melayang di udara terkena sentuhan lembut tangan yang mulai sedikit merabanya. Jenderal semakin dalam memainkan bibirnya. Ayu menyatukannya dengan sangat berhasrat.Perlahan Jenderal melepaskannya. Dia memandang wajah Ayu dengan tatapan tajam namun menggetarkan. Jarinya menyentuh kulit Ayu mengikuti bentuknya. Ayu membalas tatapan Jenderal yang dipenuhi cinta untuknya. Ayu tidak kuasa menahan kulitnya yang begidik tiba-tiba."Kau mencintaiku?" tanya Ayu manja."Kau cintaku," jawab Jenderal dengan suara berat seraknya.Jenderal masih menatap sambil membelainya. Tatapan tajamnya namun hangat yang semakin  mengatakan jika
Baca selengkapnya
Cermin Ajaib
Adipati segera masuk ke dalam kamarnya. “Tidak mungkin!” ucapnya dengan amarah. Dia tidak melihat Ayu di dalam kamarnya.“Hamba mengatakan yang sebenarnya, Adipati,” ucap Wati sekali lagi.Adipati masih saja menatap seluruh ruangan kamarnya. Dia sama sekali tidak melihat sosok Ayu yang seharusnya ada di dalam kamarnya setelah empat jam sesuai dengan kesepakatan.“Wati, apa kau bisa membuktikannya?” tanya Adipati yang kini menatapnya.“Hamba akan membuktikannya, Adipati,” balas Wati yang masih saja dengan menundukkan kepalanya. Dia mengarahkan tangannya keluar dari kamar, agar Adipati mengikutinya. Dengan berjalan tegak dan gagah, Adipati mengikuti Wati yang terus berjalan menuju halaman istana.Rose bersama Siti mencegahnya sambil menundukkan kepalanya. “Maafkan hamba Adipati. Apa ada masalah dengan selir Ayu?” tanya Rose dengan pelan.“Minggir Rose! Jangan menghalangiku untuk
Baca selengkapnya
Memihak Ayu
Ayu semakin melebarkan kedua matanya melihat cermin ajaib di udara. Dia juga terkejut melihat batu putih yang dia simpan di almari bajunya. Batu itu tiba-tiba berada di hadapannya masuk ke dalam cermin yang masih menghiasi udara.Ayu berdiri tegang menatapnya. Angin semakin kencang menerpa tubuhnya. Namun, angin itu tidak terasa dingin. Dia mulai melihat sesuatu di dalam cermin.  Seorang anak laki-laki yang dengan erat memeluk adiknya. Ayu semakin mengernyit menatapnya. Dia melihat anak itu berusaha mengambil kayu untuk melawan perampok yang akan membunuhnya.Anak itu dengan gagah melawan semua perampok. Namun, sebilah pedang menusuk tubuh adiknya saat dia masih bertarung. Anak itu terkejut segera berlari menghampiri adiknya. Perampok di sebelahnya sudah mengangkat pedangnya tinggi untuk memenggal kepala anak itu yang memeluk adiknya sambil menangis, sudah tidak menghiraukan nyawanya lagi, hingga sebilah pedang menyelamatkannya.Jenderal dengan hebat melawa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status