Semua Bab Selir Adipati: Bab 21 - Bab 30
161 Bab
Persaingan Baru
Ayu datang , memasuki aula wanita. Sebelumnya, di dalam kamar Adipati, Ayu meminta ijin memakai mahkota dengan alasan agar tidak ada selir yang mengganggunya. Adipati tidak berbicara hanya terus menatap Ayu. Kali ini dia merasakan sesuatu yang sangat aneh di dalam tatapan Ayu. “Kau punya hati untukku?” tanyanya serius. Ke dua matanya menyorot tepat di bola mata Ayu yang diam seketika.“Siapa yang tidak memiliki hati untuk penguasa. Apakah hamba harus membukanya untuk orang lain?” jawaban Ayu yang senantiasa membuat Adipati yakin jika Ayu adalah wanita pujaan yang mencintainya. Dia berdiri dari duduknya. Adipati membuka kotak itu, tempat di mana mahkota khusus tersimpan. Dia dengan sangat hati-hati mengambilnya perlahan. Adipati memesannya khusus saat dia bertemu pejabat istana yang memiliki keahlian membuat mahkota jenis apapun.“Kau boleh memakainya jika memang perlu. Ini hanya mahkota sementara. Aku akan membuatkan mahkota yang sebenarny
Baca selengkapnya
Serangan
Seorang pelayan wanita berada di depan pintu kamar Ayu. Siti mempersilahkannya masuk. Rose dengan cepat segera menghampiri pelayan itu yang masih saja menundukkan kepalanya.“Apa yang mau kau katakan?”Pelayan itu masih saja belum bersuara. Dia seperti bergemetar. Ayu mengernyit menatapnya. Dia akhirnya berdiri dan menghampirinya. “Jangan takut! Aku mau kau berbicara dengan sangat pelan,” kata Ayu sambil memegang pundaknya.Pelayan itu mulai perlahan mengangkat wajahnya yang sangat pucat. “Maafkan aku selir Ayu! Aku sudah lancang menuju kamar selir. Aku hanya tidak mau selir Ayu terkena masalah. Aku melihat wajah selir sangat tulus. Aku sudah berada di sini selama bertahun-tahun, dan aku baru mengetahui jika selir adalah sebenarnya wanita baik. Aku mendengar Wati akan merencanakan hal buruk kepada selir. Dia akan mencegah selir masuk ke kamar Adipati malam ini. Wati akan membuat selir Bunga yang akan bermalam di dalam kamar Adipati.
Baca selengkapnya
Terpenggal
Ayu tergeletak dengan bersimpuh darah. Jenderal bersamaan dengan Adipati melompat menuju tubuh Ayu yang sudah tergeletak di lantai. Namun, Ayu masih saja tersadar karena hanya lengannya yang terkena.“Siapa yang melakukannya?!” teriakan Adipati sambil menghunus pedangnya tingi-tinggi. Dia melihat sekitar. Jenderal berlari menyusuri hutan yang berada di sekitar. Semua pengawal berpencar mencari pemanah yang sudah melakukan hal buruk kepada Ayu.Adipati kembali menatap Ayu yang merintih kesakitan. Dia melempar pedang yang di bawanya. Adipati mengangkat tubuh Ayu hingga di atas kuda. Wajah Ayu semakin pucat. Bibirnya membiru.“Hiya ….”Dengan hentakan tangan yang kuat, Adipati membuat kuda segera berlari kencang. Wajah Adipati di penuhi amarah melihat Ayu yang akhirnya pingsan dalam pelukannya. Adipati terus mengendarai kudanya dengan tangan satu. Sementara, tangan satunya memegang tubuh Ayu yang sudah tidak berdaya. Dia semaki
Baca selengkapnya
Menyesal
Rose masih saja kaku diam di tempat. Air matanya masih saja berlinang. Siti mengalami hal yang sama. Dia mencengkeram kebayanya, menahan amarah. Rose akhirnya berjalan lemas menuju tangga. Dia menghentikan langkahnya saat akan menaikinya. Dia berpegangan pada pagar tangga sambil menundukkan kepalanya menahan tangisannya."Aku sangat menyesal, menyuruhnya," suara Rose dengan lemah.Siti menepuk pundak Rose. “Kita harus kuat. Ayo masuk ke dalam!” ucapnya pelan.Rose kembali mengatur nafasnya. Dia berusaha mengangkat kepalanya. Perlahan, dia menapaki tangga hingga akhirnya sampai di dalam kamarnya. Rose duduk tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia menangis tersedu-sedu. Air matanya terus mengalir membasahi wajahnya hingga menetes di lantai. Siti segera mengambil air minum dan menyodorkan kepada Rose yang tidak segera menerimanya.“Seharusnya aku tidak memerintahkannya. Aku merasa sangat bersalah kepadanya.” Rose masih saja tidak men
Baca selengkapnya
Menemukan
Jenderal masih saja saling berhadapan dengan Patih. Mereka saling diam menatap. Jenderal hanya bisa menarik nafas sangat menyesal atas keputusan terburu-buru yang dia lakukan untuk pelayan yang sudah dia penggal. Dalam hatinya, dia masih saja tidak percaya jika akan salah sasaran menghukum seseorang yang justru sangat berjasa kepadanya atas kesembuhan Ayu.“Jenderal, kita harus kembali ke kamar Adipati. Masalah ini sudah selesai.” Patih segera mengikuti Jenderal yang akhirnya berjalan mendahuluinya menuju aula Adipati. Dia terus berjalan masih dalam tatapan dinginnya. Patih hanya diam melangkah tidak bersuara. Langkah kakinya sangat cepat hingga Jenderal sampai di kamar Adipati dan segera masuk ke dalam."Ayu," batinnya.Jenderal menghela nafas lega saat melihat Ayu sudah siuman. Adipati tidak hentinya membelai wajah Ayu yang masih di penuhi keringat. Adipati mengambil kain halus yang di bawa pelayan dengan mangkok yang berisi air bersih hangat. Dia
Baca selengkapnya
Terkejut
Jenderal segera masuk ke dalam ruangan ibu Suri. Dia berdiri tepat di hadapannya. Ibu Suri merasa sangat tegang menatap Jenderal yang mulai memerah di kedua matanya. Dia sangat tahu jika pasti Jenderal akan tahu perbuatannya.Jenderal mulai mengangkat tangannya. Dia memegang kantong khas miliknya. Bola mata ibu Suri mengikuti arah kantong itu. Dia masih saja diam mengatur nafasnya. Dia sebenarnya bergetar melihat Jenderal. Namun, dia menutupinya. Ibu Suri berusaha tenang menghadapinya.“Kau tahu, jika perbuatanmu menyalahi aturan, Jenderal,” katanya kaku.“Maafkan, hamba hanya akan mengembalikan kantong yang hamba temukan. Kantong ini tepat berada di posisi pemanah yang mengenai selir Ayu. Hamba sangat yakin jika ini adalah milik ibu Suri,” ucap Jenderal tegas namun, sedikit pelan.Jenderal berjalan menuju ke depan meja yang berada di antara dia dengan ibu Suri. Dia meletakkan dengan sedikit melempar kantong milik ibu Suri hingga t
Baca selengkapnya
Diam-Diam
Ayu menatap pelayan yang memanggilnya untuk menemui ibu Suri. Dia kemudian melihat Rose yang mengarahkan kepalanya agar Ayu masuk ke dalam kamarnya. “Aku akan ke sana sebentar lagi,” jawab Ayu kepada pelayan yang masih saja menundukkan kepalanya.Ayu berjalan menuju kamarnya kembali. Dia menaiki tangga berhenti di tengahnya. Dia menatap Bunga bersama Wati yang berpura-pura tidak melihatnya. Ayu terus memandang mereka. “Aku tahu, pasti kalian yang menyebabkan pelayan itu terpenggal,” batinnya kemudian melanjutkan menaiki tangga hingga masuk ke dalam kamarnya.“Apa yang harus aku lakukan, Rose?” tanya Ayu sambil menatap luar jendela kamarnya. Dia menghirup udara yang sangat segar menerpanya. Harumnya embun membuatnya sangat tenang. “Aku tidak akan tepat waktu pergi ke sana. Biarkan ibu Suri menyebalkan itu menunggu,” katanya masih sambil memejamkan kedua matanya. Kali ini dia mengeluarkan kedua tangannya hingga bisa merasak
Baca selengkapnya
Bisikan Mengejutkan
Ibu Suri terus memandang Ayu yang sangat membuatnya terkejut. Perkataan yang terlontar di mulut Ayu, membuat seisi ruangan melotot ke arahnya, termasuk semua pelayan. Bahkan Rose dan Siti bersamaan mengernyit dan saling menatap, tidak mengerti dengan maksud perkataan Ayu barusan.“Jadi, kau mencintai Jenderal?” tanya ibu Suri sekali lagi memastikan apa yang dia dengar.“Saya menyayanginya, bukan mencintainya. Bagaimana tidak, saya akan menganggapnya biasa. Jenderal yang selalu membawaku kepada orang yang sangat aku cintai. Anak anda sendiri ibu Suri, Adipati.”Di balik kayu jati pembatas yang merupakan tempat persembunyian Adipati, terlihat senyuman yang terpancar dengan bangga di wajah tampan Adipati. Dia sempat kawatir dengan apa yang di katakan Ayu. Adipati menarik nafas lega.“Aku mencintai dengan hati. Tubuhku sangat damai di dalam pelukannya. Getaran itu sangat membuatku bahagia. Aku seakan menjadi seperti kupu-kupu yan
Baca selengkapnya
Pertaruhan Membahayakan
Ayu berjalan meninggalkan Wati yang mengepalkan ke dua tangannya. Semakin berjalan, langkah kaki Ayu melambat. Siti segera menangkap tubuh lemas Ayu. “Ayu, kau masih saja tidak sehat,” ucapnya.Ayu memegang kepalanya yang terasa pening. “Pegangi aku saat akan sampai di pintu aula wanita. Aku tidak mau jika mereka melihat aku lemah. Setelah sampai, aku akan tetap berjalan dengan tegap.” Ayu masih saja berusaha menahan rasa sakit yang berada di dalam tubuhnya.“Baiklah,” jawab Siti.Sementara Rose masih menatap sekitar. Mereka berjalan sambil berpegangan. Wajah Ayu semakin pucat. Langkah kakinya sangat berat untuk melangkah. Namun, keinginannya terlihat kuat, semakin membuat Ayu memaksakan diri melangkah.“Ayu …,” suara serak keras memanggilnya tiba-tiba. Kedua matanya terbelalak lebar melihat Ayu yang sudah tidak bisa lagi menumpu tubuhnya. Jenderal dengan segera menangkap tubuh lemas Ayu. Nafas Ayu se
Baca selengkapnya
Memenangkan Pertaruhan
Pintu kamar Ayu terbuka sangat lebar. Ayu mengangkat kepalanya. Dia juga menegakkan tubuhnya yang semula agak membungkuk. Rose membuka kedua mata lebar-lebar tidak percaya dengan apa yang di lihat di hadapannya. Kini dia merasa tenang. Bibirnya mulai melebar memperlihatnya senyumannya.Rose, bersama Ayu dan Siti membungkuk seketika. “Selamat datang, Adipati,” ucap Rose dan Siti bersamaan. Sementara Ayu masih saja tersenyum belum mengucap kata apapun juga. Adipati melangkah masuk ke dalam. Pintu kamarnya masih saja terbuka lebar. Semua selir level atas melihat kedatangan Adipati dengan wajah kaku mereka.“Kenapa kau lama sekali tidak datang ke kamarku?” tanya Adipati menarik tubuh Ayu hingga berada dalam pelukannya.Ayu mengangkat tangannya hingga melingkar di leher Adipati. Dia mengeratkannya. Ayu menatap tajam semua selir dengan senyuman sinisnya. Kini dia kembali menatap wajah Adipati. Bibirnya mulai mendekat perlahan. Dia sengaja melak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status