All Chapters of Selir Adipati: Chapter 41 - Chapter 50
161 Chapters
Lorong Rahasia
Jenderal masih saja menyatukan bibirnya dengan Ayu. Mereka semakin berpelukan dan menikmatinya. Entah kenapa Ayu merasakan rindu dan semakin mengeratkan pelukannya. Jenderal menciumnya sambil mengarahkan tubuh Ayu menuju sebuah tembok yang jika di tekan bisa terbuka. Jenderal terus melumat bibir Ayu hingga membawanya menuju ke ruangan rahasia yang bisa terarah ke ruangan aula manapun. Lorong berbagai arah berada di pintu rahasia kamar Adipati.Ayu masih menikmati bibir Jenderal. Namun, dia menatap sekitar dengan terkejut. Bola matanya terus berputar melihat jalan rahasia yang bisa di gunakan kemanapun dia inginkan untuk mengamati aktifitas istana."Apa ini?" batinnya masih sambil menyatukan bibirnya dengan Jenderal yang idak sadar membawanya ke sana. Padahal hanya dirinya dan Adipati yang mengetahui jalan rahasia itu.Ayu sama sekali tidak melepaskan bibir Jenderal yang masih bersatu penuh hasrat. Dia selalu menariknya kembali jika Jenderal akan melepaskannya. B
Read more
Mengejutkan
Ayu semakin tersenyum akhirnya dia mengetahui siapa yang sudah mengirim pemanah untuknya. Namun, satu hal yang sangat membuatnya terkejut, pemanah itu adalah adik Jenderal. Dia diam menatap ibu Suri yang mengakuinya. Salah satu pejabat istana sangat resah berbicara dengannya karena dia sudah diketahui oleh Jenderal terlibat dalam rencana terhadap Ayu.“Kena kau …” gumam Ayu pelan. Dia kembali melepaskan kedua matanya yang menempel di lubang menembus ke ruangan ibu Suri.Ayu berdiri tegak menatap Rose. “Apa yang kau dengar?” tanya Rose sambil memegang pundak Ayu. Wajahnya terlihat resah.“Dia, wanita tua itu yang sudah melakukannya. Tapi …,” ucap Ayu berhenti. Rose mengkerutkan keningnya. “Tapi apa?” tanya Rose terus menatap tegang.“Pemanah itu adalah adik kandung Jenderal yang sudah dipenggal oleh kakaknya sendiri,” kata Ayu yang membuat Rose menutup mulutnya dengan kedua tangannya
Read more
Mulai Curiga
Ayu semakin diam mendengar pertanyaan Intan. Dia memalingkan wajahnya segera. Intan tetap memburunya. Intan tidak membiarkan Ayu menghindar darinya.“Selir, kau jangan berpaling! Jawablah semua pertanyaanku!” Intan menarik lengannya dengan keras.“Untuk apa aku harus menjawab sesuatu yang tidak harus aku jawab?” ketusnya.“Selir, aku adalah Putri. Kau harus hormat!”“Putri, aku membantumu agar kau memiliki Patih, laki-laki yang kau cintai itu. Tapi, kau membuatku merasakan sesuatu yang sangat resah. Aku sudah melakukan yang terbaik denganmu maupun Adipati. Kalian masih saja mencurigaiku. Sekarang, keuntungan apa yang akan aku peroleh jika aku bersama Jenderal. Kepalaku yang akan terpasang di lapangan dengan tertancap di tombak?” jelas Ayu sambil melirik Rose yang paham dengan maksud untuk membantunya.“Putri Intan, kami sangat menghargai Adipati. Setiap hari kita bersama selir Ayu. Bahkan, setia
Read more
Penolakan
“Brak …”“Jenderal?”Adipati kembali menempelkan kedua matanya dengan sangat serius di lubang mengarah kamar Ayu lewat lukisan yang menempel tepat di hadapan ranjangnya.“Kenapa dia masuk dengan mudah ke kamar Ayu?” batin Adipati masih saja mengawasi dengan sangat tegang.Ayu melotot melihat Jenderal, begitu juga Rose bersama Siti yang langsung berdiri dari duduknya. Spontan, Rose mendekati Jenderal yang akan mendekati Ayu.“Jenderal ada keperluan apa mendatangi kamar selir?”Jenderal masih saja kebingungan dengan apa yang dia lihat. Ayu masih menatapnya tegang. Jenderal segera tegak berdiri menghentikan langkahnya. Bola mata Ayu menyamping tepat menuju lukisan. Dia sangat berharap jika Jenderal juga mengerti maksudnya.Jenderal masih saja mengernyitkan kedua matanya, berusaha mengerti dengan suasana aneh dalam kamar Ayu.“Jenderal, maafkan aku. Bagaimana kondisi semu
Read more
Sakit Hati
Jantung Ayu berdetak kencang. Jenderal mengambil pedang yang tersangkut di pinggangnya. “Tang …” Pedang itu sudah terlepas dari tempatnya. Jenderal mengangkatnya sangat tinggi. Ayu masih saja membuka kedua matanya. “Jika memang nyawaku harus berakhir seperti ini, aku akan menerimanya dengan baik,” batin Ayu semakin menundukkan kepalanya. Namun Jenderal masih saja tegang mengangkat pedang.Adipati tetap saja diam tegang menatap Ayu. Jenderal segera mengarahkan pedangnya. Namun, tidak dia sangka Adipati memegang pucuk pedang tajam Jenderal hingga darah segar menetes sampai mengotori lantai dari tangannya.“Adipati …”Jenderal segera melepas pedang miliknya. Ayu mengangkat wajahnya. Spontan Ayu  mengambil saputangan miliknya yang terselip di jarit. Ayu meraih tangan Adipati yang masih mengalirkan darah segar.“Panggil tabib, Jenderal!” teriak Ayu sangat panik. Jenderal segera berlari memanggi
Read more
Rencana Ibu Suri
Patih berlari menuju kuda hitam miliknya yang masih terikat di pohon halaman istana. Dia melepas tali, segera melompat di atas punggung kuda, menghentakkan kakinya.“Hiya …”Kuda Patih belari kencang mengejar suruhan Ibu Suri yang akan mengambil kain alas masih tertinggal di bukit. Kain alas saksi dari penyatuan tubuh Jenderal dan Ayu saat itu dengan begitu indah pertama kalinya.“Hiya … hiya …”Patih masih saja terus menarik tali kemudi kuda untuk membuat kuda itu semakin belari kencang. Dia memandang jalanan bukit yang berliku untuk menuju atas bukit mencegah semua pengawal yang dikirim Ibu Suri. Patih melewati jalan pintas yang sering dia lewati saat bersama Jenderal.“Aku harus sampai terlebih dahulu sebelum pengawal Ibu Suri,” teriaknya sambil terus mengendarai kuda yang semakin berlari kencang.Di ruangan aulanya. Ibu Suri dengan sangat tegang menunggu kabar dari pengawal rahasia
Read more
Penyusup
Ibu Suri masuk ke dalam ruangan aula putri dengan tiba-tiba. Patih menutup mulut Intan. Dia menariknya menuju belakang almari yang cukup besar berisikan buku kesukaan Intan jika dia menghabiskan waktu membaca disana.Patih meraih baju yang tergeletak di lantai dengan perlahan. Mereka segera memakainya. Ibu Suri terus mengamati sekitar ruangan. Dia mengernyit tidak menemukan Intan yang masih bersembunyi.“Pelayan, apakah Intan memang berada di sini?” tanyanya kepada pelayan yang memberitahukan jika Intan berada di sana setelah menemuinya dalam keadaan tegang.Ibu Suri ingin menemui Intan untuk membicarakan perdebatan yang mereka lakukan. Bagaimanapun juga, perasaan seorang ibu tidak akan tenang jika bertengkar dengan anak mereka terutama putri. Ibu Suri sangat menyayangi Intan. Dia sangat bahagia mendapatkan anak kedua perempuan yang selalu menemaninya ketika Raja melakukan tugas. Bahkan Raja bersama selir yang selalu saja bergonta-ganti tiap malam, m
Read more
Kembali Lolos
Ayu melotot terkejut melihat Adipati yang mencium bau parfumnya. Jenderal mengkerutkan keningnya segera menatap semua arah. Dia sangat kawatir saat itu tidak sengaja membawa Ayu menuju ruangan rahasia yang seharusnya tidak dia lakukan. Jenderal masih diam maju beberapa langkah di hadapan Adipati dengan sangat serius menatap semua arah“Jangan sampai kau barada di sini, Ayu,” batin Jenderal dengan tatapan tajam ke semua arah lorong.Adipati berjalan pelan melangkah melihat arah lorong yang menuju kamar Ayu. Dia terus melangkah. Ayu berjalan cepat bersama Rose segera menghindar. Namun, saat dia akan menuju lorong kamarnya, Ayu berbelok menuju lorong yang terarah ke dalam kamar Adipati.Rose menarik lengannya, menggelengkan kepalanya. Ayu memberi kode dengan menganggukkan kepalanya segera. Rose masih tidak mengerti dengan apa rencana Ayu kepadanya. Rose hanya mengikuti langkahnya. Ayu menekan tembok lorong pintu Adipati yang menembus ke dalam kamar mand
Read more
Rencana Baru
Wati semakin bersemangat menceritakan tentang Ayu bersama Rose kepada Ibu Suri yang serius mendengarkan setiap ucapannya. Dia saat itu sedang bersiap untuk memenuhi permintaan Ibu Suri yang membutuhkan kain kebaya baru untuk dirinya. Wati berjalan untuk masuk ke dalam aula wanita setelah dia berada di luar istana mengambil kain kenbaya pesanannya. Wati menghentikan langkahnya saat pengawal berlari mencari asal mula suara batu yang di lempar Rose.Wati semakin berjalan mendekat. Dia sangat terkejut melihat Rose menarik Ayu bergegas keluar dari kamar Adipati. Sedangkan dirinya mengetahui jika Adipati sedang mengadakan rapat di aula pejabat.“Kenapa kalian berlari tergesa-gesa? Dan untuk apa kalian berada di sana?” tanya Wati dalam batin. Dia semakin terkejut saat segera melangkah menuju kamar Adipati dan melihat pintu yang masih saja terbuka sedikit. Wati menatap di dalam dan tidak melihat Adipati atau siapapun juga.“Aku akan segera melaporkan i
Read more
Terlihat Pelayan
Jenderal mencengkeram leher Ayu hingga wajahnya hanya berjarak satu centi dengan wajah Ayu yang membalas tatapan Jenderal. Tatapan yang sangat menusuk berbeda dari biasanya. Ayu tidak pernah melihat Jenderal menatapnya seperti itu.“Kenapa kau berada di dalam lorong itu?” tanya Jenderal semakin tegas kepada Ayu.Ayu masih diam tidak menjawab. Jantungnya berdetak kencang. Ayu tidak menyangka Jenderal bisa mengetahuinya. Kehebatan Jenderal dalam hal bertarung dan instingnya yang sangat tajam semakin Ayu percayai. Rumor itu sudah tersebar sebelum dia menuju ke istana. Kini Ayu membuktikan sendiri bahwa rumor itu memang benar.“Ayu, katakan?” tanya Jenderal sekali lagi, membuat Ayu akhirnya tersenyum.“Ya, aku berada di dalam lorong itu. Bagaimana bisa aku membiarkan laki-laki yang ada di dalam hatiku akan melawan penyusup. Apakah aku akan menjadi tenang?” kata Ayu menahan air mata yang sudah memenuhi ruang matanya.
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status