All Chapters of Pernikahan Hampa: Chapter 21 - Chapter 30
63 Chapters
21. Pria Lain yang Mencintaiku
Sudah tiga bulan aku tinggal di kontrakan ini sendirian, Ririn terkadang menginap jika dia tidak sibuk. Usia kandunganku pun sudah menginjak 5 bulan. Perut ini mulai membesar tapi wajah makin tirus, mungkin karena banyak pikiran. Aku sudah berusaha menstabilkan hati, demi buah hati. Namun ternyata, pura-pura bahagia itu sulit. Kita bisa saja tersenyum di depan dunia tapi hati siapa yang tahu.Aku pergi ke mini market sore hari, membeli satu box coklat seduh dan teh celup. Selain itu, aku juga membeli susu Ibu hamil untuk nutrisi buah hati. Aku melirik ke arah samping, ada pria tegap tampan tapi jomblo sedang berbelanja juga. Aku memalingkan wajah, sebisa mungkin menghindar. Kenapa juga dia belanja di sini. Perasaan kontrakanku jauh dengan jangkauan keluarga dan teman."Flora? Flora tunggu! Kamu Flora 'kan?" Dean mengikuti dan menegurku, aku tidak kuasa membalikan badan."Aku tahu kamu Flora dari pakaianmu." Dean memberi jarak, dia menungguku mengaku duluan.
Read more
22. Amanda Menginap Bersama Lucas?
Aku pergi ke rumah Lucas lagi, karena harus mengambil berkas penting milikku yang tertinggal. Bodohnya aku karena lupa hal penting semacam itu. Berkas yang isinya terdapat akta dan ijazah. Lucas sedang kerja, sementara aku masih punya kunci rumah yang dari dulu memang ada duplikatnya. Rencananya, aku akan mengendap seperti pencuri. Bedanya, kalau pencuri membobol pintu tapi aku bisa langsung masuk karena pegang kuncinya.Tertegun sejenak di depan rumah, aku merasa hati bergetar hebat mengingat rumah ini satu tahun kurawat dengan penuh perasaan. Aku berdiri di pintu gerbang, sekilas terlihat tanaman tidak seasri dulu, rumput liar tumbuh dengan cepat, apa Lucas tidak menyewa tukang kebun saja. Masa harus tanganku yang menjadikan huniannya indah. Aku mendengkus, sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk masuk karena ternyata mobil ada di garasi, itu artinya Lucas tidak berangkat kerja. Apa dia cuti? Tapi cuti untuk apa? Dia rajin, tidak mungkin s
Read more
23. Amanda dan Lucas Shopping
Aku menyantap Batagor kuah seorang diri di kontrakan ini. Aroma batagornya khas ikan tenggiri, dan kuahnya pedas segar karena ditambah sedikit perasan limau. Tidak sulit mendapatkan makanan ini, cukup dengan berjalan kaki ke sebrang, dan di sana ada penjualnya mangkal. Batagornya belum kuhabiskan. Akan tetapi, ada suara orang mengetuk pintu. Selama ini, tamu yang datang hanya Ririn. Aku tertegun, karena biasanya Ririn akan berteriak memanggilku. Suara cempreng Ririn akan terdengar hingga ruangan tengah.Perlahan, aku mendekati pintu. Mencoba menggeser badan sedikit ke arah jendela, tapi orang yang dibalik pintu tidak terlihat wajahnya. Yang jelas, badanku bergetar saat tahu yang mengetuk pintu ini seorang pria tegap. Aku mencoba mengingat, siapa tahu ini kurir paket, tapi aku tidak pesan barang online apapun. Aku berjongkok enggan membuka pintu, hanya bisa orang itu pergi dengan sendirinya."Flora! Kamu di dalam? Buka pintunya! Jangan bikin orang khawatir.
Read more
24. Lucas Akhirnya Tahu Aku Hamil
Aku membayar di kasir untuk baju Baby Doll yang sudah kubeli, kulihat dari kejauhan Lucas dan Amanda masih berbelanja. Tidak malu, ya si Amanda itu dibelanjain sama suami orang. Untung aku sudah pergi dari rumah Lucas.Aku segera bergegas masuk ke kafe ice cream. Aku memesan porsi lumayan besar. Kata dokter kandungan, berat janin masih kecil dibanding usianya. Aku harus banyak makan protein dan olahan susu. Aku memesan kombinasi rasa green tea dan vanilla, dengan toping coklat cair dan taburan choco chips. Menyendok dengan ukuran besar, membuka mulut lebar-lebar demi membuat sensasi penuh di mulut. Enak.Lucas sedang senang-senang tanpaku. Aku pun harus bisa senang-senang tanpanya. Kami akan saling melupakan. Kisah ini akan tertulis dalam sejarah kelam pribadiku. Satu-satunya hadiah yang aku dapat dari Lucas adalah seorang anak. Aku dengan alami mengelus perut, ini adalah darah daging Lucas.Aku pulang. Keasyikan belanja membuatku pulang lebih siang
Read more
25. Lucas Ingin Menginap Bersamaku
Lucas menatap ke arahku dengan lekat. Tatapannya tajam membuat tubuh terasa kaku. Aku tidak nyaman atas prilakunya, dia selalu berkuasa atas diriku dengan semena-mena."Aku lelah, aku ingin istirahat. Kamu pulang saja sana temui pacarmu jangan temui aku lagi!""Aku ada di sini karena kamu istriku.""Sebentar lagi Amanda juga jadi istrimu 'kan?""Tapi saat ini aku butuh kamu, Flora.""Butuh buat apa lagi? Kalian sudah bahagia. Aku juga sangat bahagia bisa lepas darimu. Aku bahagia tinggal di sini.""Aku tidak percaya kamu bahagia tinggal di tempat sempit dan pengap seperti ini. Kamu pasti bohong!""Biar sempit tapi nyaman. Daripada aku tinggal di rumahmu kaya di Neraka, tahu."Ingat! Kamu sudah satu tahun mengurus rumah itu. Berarti kamu penunggu nerakanya kalau gitu."Aku melempar Lucas dengan boneka yang ada di sampingku. "Lancang banget, sih."Lucas menangkap boneka yang aku lempar padanya dia pun perlahan mende
Read more
26. Lucas Ada di Kamarku
"Tolong cepat pergi dari sini. Aku hanya mengijinkanmu untuk numpang mandi, bukan numpang tidur!" Aku berkata pada Lucas yang sudah berbaring sambil memejamkan mata di kasurku. Lucas memakai celana pendek, dia berbaring sangat santai dan nyaman di kasur tanpa persetujuanku. Bukan Lucas namanya kalau tidak bertindak sesuka hati, untung tidak loncat kesana-kesini, hiraukan semua masalah di bumi ini. Dengan kipas angin yang sudah dia pindahkan lebih dekat ke sampingnya. Ya, di kamar memang ada kipas angin."Aku tahu kamu tidak tidur, pergi dari kasurku, cepat!"Lucas membuka mata, wajahnya nampak segar, karena memang dari tadi tidak tidur. Dia tidak menatap ke arahku, seolah aku ini tembus pandang. Tangannya menggapai nakas yang terdapat foto pernikahan kami. Dia melihat potret itu sambil tersenyum, lalu berkomentar. "Kamu cantik."Aku memicingkan mata, dasar pria modus, memangnya dengan bilang aku cantik terus aku jadi rela dimadu. Jangan mimpi. "Kamu
Read more
27. Aku atau Amanda yang Lucas Mau
Aku terbangun tengah malam. Melirik ke samping, Lucas sudah tidak ada. Tadi, setelah Lucas ketiduran aku pun juga tidur karena lelah. Kami tanpa sengaja tidur berdua lagi, tapi kini dia sudah tidak ada rupanya. Ternyata bukan hanya Lucas yang menghilang, kipas angin di kamarku juga ikut menghilang. Pantas saja gerah.Aku menggeliat, kemudian bangkit dari ranjang dengan perut yang kosong belum terisi sejak sore. Aku terlalu lelah hingga mengabaikan perut sendiri. Akhirnya aku pun melangkah menuju luar kamar, setelah sebelumnya berdiam diri karena setengah kesadaranku masih belum terkumpul sepenuhnya.Di ruang tengah aku mendapati kipas anginku beserta orang yang sudah mencurinya dari kamar. Lucas bersila kaki sambil membuka laptopnya. Di sampingnya ada satu piring nasi goreng, entah kapan dia beli nasi tersebut, mungkin saat aku tidur.Perutku berbunyi. Terlebih, saat melihat nasi goreng di samping Lucas. Lucas melirik ke arahku. "Hallo, Flora. Kamu
Read more
28. Amanda Meresahkan Banget, sih
Aku sedang merapikan pakaian, karena Alan sudah menjemputku. Dia datang bersama Ririn. Ririn membantu merapikan perlengkapan lain dan membersihkan kontrakan sebentar."Baju siapa ini, Flo? Kamu bawa masuk laki-laki ke kontrakan? Jangan macam-macam, kamu sedang hamil Dan kamu pun belum resmi bercerai dari Lucas." Alan berkata sambil mengangkat kemeja dan celana milik seorang pria.Aku yang sedang memasukan pakaian ke dalam tas mendongak menatap Alan. Baju itu milik Lucas yang tertinggal. Atau mungkin, Lucas sengaja meninggalkannya supaya aku mencucinya dan dia gunakan untuk ganti pakaian kalau ke sini lagi."Hei, jawab aku, Flo. Kamu pacaran dengan pria mana?""Itu baju milik Lucas, Kak.""Serius? Jadi Lucas ke sini? Apa dia menyakitimu, Flo?""Enggak, dia hanya membujuk aku kembali tinggal bersamanya, sekalian memintaku untuk mau dimadu dengan Amanda.""Jangan mau, Flo. Serakah banget, sih Lucas. Kamu kurang apa coba, sampai dia nyari wanita
Read more
29. Bahagia Hidup tanpa Lucas
Satu bulan aku tinggal di sini. Bertahan menghidupi diri sendiri sambil membawa bayi yang masih di dalam perut. Aku belajar mengikhlaskan masa lalu, menata masa depan untuk bisa hidup dengan layak bersama buah hati. Sedikit berhasil, hatiku mulai damai. Kegiatan baruku yang lumayan padat sudah berhasil melenyapkan serpihan-serpihan memori masa lalu yang menyakitkan. Berawal dari pengkhianatan aku beranjak bangkit.Aku bekerja di percetakan milik Alan. Job description yang diberikan Alan untukku juga tidak terlalu melelahkan. Rekan-rekan di sini juga baik padaku. Mungkin, karena mereka tahu aku adiknya Alan. Aku merasa beruntung memiliki kakak sebaik Alan. Jika di tempat lain pasti aku tidak mungkin bisa bekerja, karena ijazah miliku saja masih ada di rumah milik Lucas, beserta berkas penting lainnya yang kadang aku butuhkan.Aku melirik jam tanganku jam lima sore. Sudah waktunya pulang dari 10 menit yang lalu. Aku merapikan mejaku sebentar, kemudian berniat p
Read more
30. Lucas Cemburu Setengah Mati
Dean mengatakan bahwa dia mencintaiku, dia bersimpuh sambil menggenggam erat tanganku. Hal itu membuat Lucas tersulut emosi. Entah sejak kapan Lucas berdiri di situ, degup jantungku tidak bisa stabil karena kehadirannya. Apalagi saat dia mendekat sambil mengepalkan tangan ke arah Dean. Jangan sampai mereka bertengkar di sini, hidupku makin tidak tenang jika hal buruk itu terjadi."Dean, sudah gua bilang tadi untuk lepaskan tangan Flora. Kenapa gak lo turuti? Cari mati, hah?" Lucas mengangkat kerah baju Dean. Aku meringis melihat ulah Lucas. "Lucas, lepaskan Dean!"Lucas menghajar Dean di depan mataku, membuat aku memekik dan kebingungan untuk menghentikannya. Aku mau mendekat pun takut jika emosinya sedang memuncak. Dean sama saja, malah ikut memukul Lucas dasar pria-pria brutal. "Akan aku laporkan kelakuan kalian pada Alan kalau berani berkelahi di tempat tinggalku." Aku berteriak, dan untungnya berhasil menghentikan mereka.Mata Lucas tida
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status