Leon memasukkan ponselnya ke dalam saku celana setelah selesai berbicara dengan asistennya, lalu masuk ke dalam ruangan sang nona.
"Siapa yang kamu telepon? Ini sudah tiga kali sepuluh menit," cecar Jessi saat Leon menghampirinya.
"Tiga kali sepuluh menit," gumam Leon sambil melihat jam yang melingkar di tangannya. 'Saya lupa kalau sudah berjanji hanya pergi sepuluh menit. Ini semua karena Daniel yang terlalu banyak berbicara,' gumam Leon dalam hati.
"Saya menelepon teman, Nona," sahut Leon.
"Bukannya tadi kamu mau menelepon orang tuamu?" Jessi memicingkan matanya. Ia curiga kalau Leon berbohong.
"Maksudnya setelah menelpon orang tua, saya menelpon teman," jawab Leon sembari tersenyum, lalu berjalan mendekati sang nona. "Apa Nona merindukan saya atau anda sedang cemburu?" bisiknya.
"Memangnya kamu siapa? Kenapa saya harus cemburu?" Jessi menggeser kursinya semakin dekat dengan meja kerjanya. Lalu, kembali mengerjakan pekerjaannya. 'Ken
Jessi berjalan cepat meninggalkan sang pengawal, ia tidak mau meladeni pengawalnya itu karena masih banyak pegawai yang belum pulang dan masih lalu lalang di dalam kantor itu. “Sepertinya Nona juga menyukai saya.” Leon tersenyum sambil berjalan cepat untuk membukakan pintu mobil. “Silakan masuk, Nonaku.” Leon tersenyum genit kepada wanita yang dicintainya. Jessi mendelikkan matanya dengan sinis kepada Leon, lalu segera masuk ke dalam mobil. ‘Dia selalu membuatku merona. Apa yang terjadi dengan diriku, kenapa aku menyukainya dia bersikap gila seperti itu?’ gumamnya dalam hati sambil menahan senyum. Wanita memalingkan wajah menghadap ke luar jendela untuk menghindar dari sang pengawal. Ia memejamkan matanya berpura-pura tertidur. Leon menoleh pada sang nona sebelum melajukan kendaraannya. ‘Dia bekerja terlalu keras.’ Sepanjang perjalanan Leon memikirkan bagaimana caranya mengungkapkan perasaannya terhadap sang Nona. Sesekali ia melirik w
“Leon … aku … aku juga menyukaimu, tapi kamu juga tahu aku tidak bisa menjalin hubungan dengan siapa pun karena itu akan menghambat karierku.”“Saya tidak akan menuntut anda untuk menikah, saya hanya ingin anda selalu berada di samping saya.” Leon kembali mencium jemari sang nona. “Saya akan melakukan apa pun untuk anda yang penting anda selalu bersama saya."“Kamu yakin tidak akan menuntut apa-apa dari saya?”“Satu, hanya satu yang saya minta. Jangan berkencan dengan Tuan Alan atau siapa pun lagi. Saya hanya ingin anda menjadi milik saya seutuhnya. Saya akan mengabulkan semua permintaan anda, bahkan jika anda menginginkan saya terjun ke jurang pun akan saya lakukan asalkan anda menjadi kekasih saya."Jessi tampak berpikir. Jika menolaknya ia khawatir Leon akan berhenti menjadi pengawal. Sejujurnya ia juga menyukai Leon, tapi ia takut berkomitmen karena takut mengganggu kariernya."Saya
Jessica mendekatkan wajahnya, lalu meraup bibir sang pengawal tampan itu dan menyesapnya dengan penuh gairah. Leon pun membalas ciuman itu dengan penuh hasrat.Sesekali keduanya melepas ciuman itu lalu kembali saling memagut setelah mengulas senyum.Suara kecapan bibir terdengar samar-samar berbaur dengan suara siaran televisi. Mereka sangat menikmati ciuman yang penuh cinta. Keduanya memejamkan mata merasakan kehangatan sentuhan benda lembut itu. Mereka saling memagut bibirnya dengan sangat lama.Sementara tangan Jessi menyusup di balik kaus yang dikenakan sang pengawal. Debaran dada laki-laki itu sangat terasa saat jemari lentik Jessi meraba dada bidang yang ditumbuhi rambut-rambut halus.Jessi melepas ciumannya, lalu menarik kaus Leon hingga terlepas. “Aku menginginkanmu, Leon.”Wanita itu membenamkan bibirnya di leher kekasih barunya sambil menggerayangi dada bidang sang pengawal.Jessica melakukan hubungan
Otot sang pengawal yang liat dan besar membuat Jessi merasa terpuaskan, walau ini bukanlah yang pertama baginya. Tapi baru kali ini ia melakukannya atas nama cinta."Leon ...." Jessica merintih sambil menggigit bibirnya. Bukan karena kesakitan melainkan karena kenikmatan.Rahang pengawal tampan itu menegang, wajahnya terlihat memerah dengan napas yang memburu, ia menghujam sang nona, lagi dan lagi, hingga mencapai puncak kenikmatannya.Jessi menyukai setiap gerakan yang dilakukan kekasihnya itu. Ia sangat menikmati percintaannya kali ini. Jessi dan Leon melakukannya karena cinta, bukan karena paksaan atau keharusan untuk memuaskan pasangan.“Sayang, terima kasih.” Leon mengecup kening Jessica setelah mencapai klimaks.“Jangan panggil sayang! Itu mengingatkanku kepada Alan dan Jimmy yang selalu memanggilku dengan sebutan itu.”“Baiklah, Liebe, terima kasih atas kebahagiaan yang kamu berikan kepada saya." Le
"Saya sudah berjanji tidak akan mengganggu pekerjaan kamu. Untuk itu saya akan menghukummu kalau kamu tidak mau bekerja." Leon membopong kekasihnya dan membawanya ke kamar mandi."Menyenangkan sekali mempunyai kekasih sepertimu." Jessi melingkarkan tangannya di leher sang pengawal sambil tersenyum."Sebenarnya tidak mandi pun kamu masih terlihat cantik, tapi kamu agak bau, Liebe.""Enak saja!" Jessi memukul dada Leon yang membuat laki-laki itu tertawa."Tapi, bau kamu memabukkan." Leon menurunkan Jessi di bawah pancuran air. "Apa perlu saya mandikan?""Tidak. Itu akan membuatku semakin terlambat. Sekarang pergilah.""Baiklah," sahut Leon. "Jangan lama-lama mandinya!""Sudah pergi sana! Kamu yang membuat saya lama.""Iya, saya keluar."Setelah keluar dari kamar mandi sang nona, Leon pergi ke luar rumah untuk menelpon asistennya.“Daniel, hapus semua video Nona Jessi. Saya tidak akan menghanc
“Saya habis mengeluarkan mobil.” Leon melingkarkan tangannya di pinggang wanitanya. “Ayo kita berangkat!” “Ini pertama kalinya aku berangkat kerja jam segini,” ucapnya sambil berjalan melihat jam yang melingkar ditangannya. “Maafkan saya, Nona. Semua ini karena saya," ucap Leon penuh penyesalan. Leon khawatir sang kekasih akan mengakhiri hubungannya karena baru sehari berkencan, ia sudah membuat wanitanya terlambat ke kantor. Jessi memeluk pengawal tampan itu. “Kenapa kamu minta maaf? Ini adalah hari pertama aku merasakan bahagia selain dari pencapaian pekerjaanku.” “Benarkah?” Leon langsung membopong Jessica dan membawanya keluar. “Kita akan semakin terlambat kalau kamu terus merayuku.” “Sepertinya aku harus berterima kasih kepadamu.” Jessi mengalungkan lengannya pada leher sang kekasih, lalu melumat bibir pengawal tampan itu dengan lembut, mereka berciuman sepanjang jalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya.
“Aku sedang buru-buru, Leon.” Jessi terus melangkah tanpa menghiraukan seruan pengawalnya.“Leon menarik tangan Jessica hingga wanita itu jatuh ke dalam pelukannya, lalu berbisik, “Lipstik anda masih berantakan.”“Apa?” Jessi menutup mulutnya dengan telapak tangan sambil celingukan ke kiri dan ke kanan.Ia akan malu sekali jika ada yang sadar dengan penampilannya. Untung saja ia tidak memakai lipstik berwarna merah yang pasti akan terlihat seperti sangat mencolok jika berantakan."Mereka pasti sudah melihat penampilanku yang aneh ini,” ucapnya yang merasa kesal sendiri. Begitu cerobohnya ia dengan penampilannya sendiri.Leon merangkul kepala Jessi untuk menutupi wajah cantik sang CEO yang terlihat aneh karena riasannya. Ia berjalan pelan supaya Jessi tidak terjatuh.“Pelan-pelan saja, Nona,” bisik Leon sambil menahan senyum.Para pegawai yang melihat adegan
“Hahaha … kenapa saya yang disalahkan? Tadi 'kan kamu sendiri yang mencium saya.”“Iya, kenapa kamu tidak memberitahuku sebelum keluar dari mobil!” Jessi mendudukkan tubuhnya di sofa, lalu membenarkan riasannya dengan cepat.“Saya tadi mau bilang, tapi kamu nggak mau mendengarkan.”“Sudahlah. Aku tidak pernah menang jika berdebat denganmu,” ucapnya setelah memoles kembali bibirnya. “Kenapa aku seceroboh ini pada penampilanku sendiri. Ini sangat memalukan.”“Jangan berbicara terus! Waktu anda tinggal lima menit lagi! Bergegaslah, Boss. Anda sudah sangat sempurna.” Leon mengacungkan kedua jempolnya pada sang kekasih.“Kamu benar sekali, Cintaku.” Jessi bangun dari duduknya, lalu menjawil dagu sang pengawal. “Akhir-akhir ini aku terlalu banyak berbicara. Ini semua karena tertular olehmu.”“Kenapa saya lagi yang disalahkan? Wanita m