Semua Bab Benaran Mantan?: Bab 41 - Bab 50
51 Bab
Selamat tinggal
Kamu hanya seseorang dalam memori yang hanya pantas untuk di kenang bukan kembali mengulang Naya melangkah kan kakinya memasuki sebuah danau yang dulu sangat sering ia kunjungi bersama Fano di waktu libur. Setelah berpisah dengan Bian tadi entah kenapa hati nya tergerak untuk melangkah ke tempat kenangan nya bersama Fano ini. Mungkin saja karrna tiba-tiba tadi Bian sedikit mengungkit tentang Fano. Dapat Naya lihat, Danua yang dulu ja kunjungi itu begitu banyak perubahan saat ini. Tak ada lagi yang tersisa kesamaan dari yang dulu hanya air danau nya yang masih sama karena nggak bisa di ganti. Sebuah pohon rindang dengan kursi panjang di bawah Nya menjadi daya tarik bagi Naya untuk segera mengistirahatkan dirinya disana. Dulu di bawah pohon itu juga merupakan tempat favorit nya bersama Fano tapi bedanya sekarang di situ sudah ada kursi panjang. Naya duduk di kursi itu sambil beberapa kali menghirup uda
Baca selengkapnya
Hari Libur
Entah kenapa godaan untuk selalu mengingat mu itu selalu ada tanpa jenuh Hari ini adalah hari minggu, hari libur yang sangat di nantikan. Naina sudah siap di dalam mobil menunggu sang papa yang sejak tadi belum juga usai berperang dengan pakaiannya itu. Sudah beberapa kali Naina menyuruh untuk papanya menikah lagi namun jawaban papa tetap sama. Entahlah secinta apa papanya kepada sang mama sehingga saat wanita cantik itu pun telah tiada ia tetap setia dengan kesendiriannya tanpa berniat mencari pengganti. Jika membayangkan hidupnya kelak saat sudah dewasa seperti mama dan papanya pasti ia akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini. Naina jadi penasaran bagaimana papanya itu saat bertemu atau bahkan pacaran dengan mamanya. Pasti momen itu adalah hal yang paling membahagiakan bagi sang mama. "Ah Naina jadi iri jika membayangkan kalian di imajinasi ku." Gumam Naina dalam hatinya sambil terseny
Baca selengkapnya
Bertemu
Entah apa jadinya pada hati ini saat mengetahui kebenaran dari semuanya saat kita kembali bertemu Tapi tanpa di duga sebelumnya, langkah kaki Naya berhenti. Naya diam membeku ditempat nya itu. Bahkan matanya juga tidak berkedip sama sekali saat berpas-pasan dengan seseorang yang selalu menganggu nya selama ini. Orang itu juga sama, sama-sama terkejut dan tak percaya apa yang sedang di lihat oleh Mata nya sendiri. Kedua nya larut bersamaan tatap mata yang sama sekali tidak berkedip itu, seolah-olah sedang berbicara tanpa perantara mulut. "Fan-o." Ucap Naya terbata-bata. Lidah nya tiba-tiba saja kelu menyebutkan nama Fano itu. "Naya." Kini giliran Fano pula yang bersuara. Berbanding terbalik dengan Naya yang nampak sedikit shock itu. Fano malah nampak begitu bahagia saat ini. Baru selangkah Fano berjalan untuk mendekati Naya tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat mata nya menangka
Baca selengkapnya
Kehancuran Fano
Ketika takdir dan waktu berkerja sama dalam menghancurkan diriku, disaat itulah kamu harus tahu bahwa hancurnya diriku itu karena kamu Sesampainya dirumah, Fano langsung menuju lantai dua dimana kamarnya berada tanpa mengucapkan apapun pada Naina. Naina menaikkan alisnya karena merasa bingung dengan keadaan papa nya itu yang tiba-tiba saja berubah. Padahal tadi saat mereka pergi dan belanja di mall papanya itu masih baik-baik saja. Lalu apa yang sebenarnya sedang terjadi? Ibu Fano yang melihat Naina kebingungan langsung menghampiri cucu nya itu. "Ada apa sayang?" Tanya Ibu Fano sambil mengusap lembut puncak kepala Naina. "Nggak tau sih Nek, papa tiba-tiba aneh." "Aneh? Aneh kenapa hm?" Tanya ibu Fano, sebenarnya ia melihat semuanya saat mereka baru saja turun dari mobil. Ibu Fano melihat wajah Fano yang berbeda. "Nggak tau Papa itu kenapa setelah bertemu sama
Baca selengkapnya
Siapa?
 Rasa penasaran dan teka-teki entah kenapa berjalan beriringan dalam hidup gue saat ini. Tentang kamu, dia dan kita yang telah berlalu. Sejak pulang ke rumahnya Naya tak sedikitpun Bergerak dari tempat tidurnya. Ia terus saja memikirkan pertemuan nya bersama dengan Fano tadi. Beberapa pertanyaan terus saja berputar di otaknya saat ini mengingat dengan jelas ucapan gadis kecil yang memanggil Fano dengan panggilan papa. "Apakah itu anak Syasa? Apakah mereka sudah menikah dan dikaruniai seorang anak? Ah, pasti nya hidup mereka telah bahagia selama beberapa tahun ini." Naya menggeleng kan kepalanya cepat menghapus setiap dugaan yang muncul. Bagaimanapun ia tak ingin terlalu cepat menyimpulkan semua yang terjadi hari ini. Tapi bayangan wajah Naina yang begitu mirip dengan Syasa begitu menghantui dirinya sendiri. "Ck! Mengapa gue harus repot-repot memikirkan semua itu? Ast
Baca selengkapnya
Kebenaran nya
"Kemari sayang," ucap ibu Fano pada Naina sambil menepuk kasur empuk disampingnya itu. Naina melangkah untuk mendekat ke arah nenek nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Mimik wajah dari sang nenek yang terasa beda dari biasanya membuat Naina merasa bingung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dan tak ia ketahui sama sekali. Senyum wanita yang sudah tua itu begitu manis. Jarang sekali ia melihat neneknya bisa tersenyum seperti saat ini. Bukan jarang malah lebih tepatnya tidak pernah. Namun saat hanya dengan menyebut nama wanita itu, sisi lain nenek nya dan sang papa yang tak pernah ia ketahui muncul begitu saja. "Berapa umurmu sekarang sayang?" Tanya ibu Fano saat Naina sudah duduk disampingnya. "Hampir delapan tahun nek." Jawab Naina. Kembali wanita itu mengembang senyumnya hingga menampakkan bentuk keriput di matanya. "Kau sudah sangat besar ternyata, tap
Baca selengkapnya
Sesuatu Yang Aneh
Dari banyak hal, membenci mu setelah menoreh luka adalah hal yang tak bisa gue lakukan sampai saat ini. Naina terdiam menatap sarapan yang ada di atas meja. Kata-kata yang diucapkan oleh nenek nya tadi malam begitu memukul dirinya sampai ke dasar hati yang paling terdalam. Rasanya ia sungguh ingin tertawa saja sekarang, menertawakan kebodohan nya selama ini. "Sayang kamu kenapa? Sakit ya?" Ucap Fano yang langsung membawa Naina kembali pada kesadaran nya semula. Naina menatap papanya di hadapannya itu, ia juga tidak tahu harus menunjukkan ekspresi dan bersikap seperti apa di hadapan papa nya saat ini. Tak mendapat kan jawaban apapun dari Naina, Fano bergerak menghampiri Naina yang duduk tak jauh
Baca selengkapnya
Harus pergi?
Beberapa hal datang tanpa kita tahu maksud sebenarnya tapi kita tahu ada sesuatu yang harus kita temukan dari semua itu. Fano berada dalam ruangannya, sejak tadi ia mencoba untuk fokus pada kerjaannya itu melupakan semuanya, namun entah kenapa bayangan wajah Naina terus saja menghantui nya. Anak nya itu seperti sedang melakukan pemberontak dengan cara sangat halus sekali. Tapi ia juga tidak tahu apa sebabnya, seingatnya ia dan Naina tidak terlibat dalam perdebatan apapun itu. Jika pun mereka terlibat perdebatan, Naina akan mengunci diri di dalam kamar dan tak akan bicara apapun padanya. Tapi tadi, Naina masih memanggil nya dengan panggilan papa dan masih menggenggam tangan Fano dengan begitu erat. Tak ada tanda-tanda Naina marah padanya tapi kenapa rasanya itu ada yang berbeda dengan anak yang sudah ia besarkan bertahun-tahun lamanya? Fano mengingat apa saja kegiatan yang telah m
Baca selengkapnya
Suasana Tempat Reunian
Gerbang yang menjulang tinggi itu dihiasi lampu warna-warni disana. Tak lupa juga balon warna warni juga ikut turut serta meramaikan keindahan dekorasi yang dibuat oleh sekolah melalui anak-anak OSIS yang bergerak sesuai bidangnya. Sekolah sudah begitu ramai sekali yang datang, reunian kali ini benar-benar terasa begitu berbeda dari reunian yang dilakukan setiap tahunnya. Jika tiap-tiap tahun yang datang mengisi acara hanya sedikit maka kali ini para alumni yang datang benar-benar di luar dugaan sehingga bagian konsumsi harus bergerak cepat untuk menambah makanan dan jamuan untuk para hadirin yang datang. Benar-benar merupakan reunian yang paling berbeda dari biasanya. Seluruh anak OSIS kesana sini menyiapkan banyak kekurangan itu. Tak Mereka sangka bahwa alumni yang hadir akan benar-benar ramai melewati batas target mereka. "Buset dah, tumben banget reunian kali ini Ramai. Biasanya tiap tahun sepi,
Baca selengkapnya
Dilema
Fano sampai pada parkiran mobil, di hadapannya saat ini berdiri sebuah bangunan dimana ia pernah menimba ilmu dulunya. Ia masih bingung antara masuk atau tidak, entahlah terasa begitu gugup sekali saat ini. Pikirannya saat ini hanya satu saja, bagaimana ia akan menjawab pertanyaan demi pertanyaan semua orang nantinya. Jika nnati orang bertanya tentang Syasa, apa yang harus ia jawab? Sudahkah dirinya ini siap untuk masuk dan bertemu dengan banyak orang dari masa lalu nya itu? Beberapa pertanyaan terus memenuhi isi kepalanya saat ini hingga membuat ia tak tahu harus bagaimana. Apakah ia harus pulang saja? Jika iya, maka kedatangan nya kesini itu untuk apa? Hanya untuk melihat bangunan yang pernah ia tempati dulu yang mempunyai banyak sekali kenangan antara dirinya dan juga Naya? Lama sekali Fano terdiam di dalam mobil, matanya terus saja me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status