Semua Bab Frozen in Love: Bab 21 - Bab 30
313 Bab
Sejenak Tanpamu [3]
Ternyata, tidak hanya Violet yang menganggap serius masalah Nindy. Teman-temannya yang lain pun sependapat. Bisik-bisik terdengar di sana-sini, menggumamkan rasa cemas dan iba. Tampaknya, seisi kantor mereka sudah menyadari ada yang tidak beres dengan hubungan asmara antara Nindy dan Randy.“Sudahlah, dia nggak mau dibantu! Aku sudah mencobanya beberapa kali,” tukas Violet. Dia mengedikkan bahunya dengan tak berdaya.“Kamu sudah bicara dengan dia, Vi?” tanya Fadia, karyawati dari bagian keuangan.Violet mengangguk tegas. “Bukan cuma sekali, tapi sudah beberapa kali.”“Dia bilang apa?” Ratna ingin tahu.“Kalian kira apa? Dia tidak mau mengaku kalau Randy menyakitinya. Dia bahkan pernah bilang kalau itu semua salahnya. Yah, mirip cerita korban-korban kekerasan yang sering kita baca,” urai Violet. “Aku gemas tapi nggak bisa melakukan apa pun.”Wajah-wajah di depan Violet me
Baca selengkapnya
Sejenak Tanpamu [4]
Berhari-hari kemudian, masalah Nindy masih menghantui pikiran Violet. Diam-diam perempuan itu mengutuki kebiasaannya menonton serial kriminal yang banyak mengangkat masalah seperti ini. Hal itu membuatnya tahu kalau pelaku kekerasan akan sangat sulit disembuhkan. Tidak ada namanya “hidayah” tiba-tiba yang mengubah perilakunya. Harus ada pertolongan dari sang ahli, psikolog atau psikiater. Tidak ada jalan instan.Namun akhirnya kesibukan pekerjaan mengambil banyak fokus. Saat ini, perusahaan tempatnya bekerja sedang membuka banyak lowongan kerja. Dan Nindy menjadi salah satu orang yang harus memeriksa dengan detail setumpuk lamaran pekerjaan di atas meja kerjanya. Amplop besar dan map yang kian meninggi saja setiap harinya.Saat pulang kantor di hari Jumat itu, Violet menghitung sudah berapa lama dia tidak bertemu Jeffry. Ternyata sudah berlalu nyaris seminggu. Jeffry akhirnya berhenti menelepon dan mengiriminya pesam via WhatsApp. Hal itu membuat Violet ten
Baca selengkapnya
Sejenak Tanpamu [5]
Violet mendorong troli berukuran sedang. Hari ini dia harus membeli perlengkapan mandi, teh, gula, dan camilan. Sejenak, gadis mampir di rak majalah dan melihat-lihat beberapa tabloid dan majalah wanita yang makin sedikit saja jumlahnya. Belakangan ini, banyak majalah dan tabloid terkenal yang terpaksa menghentikan produksinya dan beralih menjadi media online. Di antara beberapa pilihan yang tersisa, tidak ada yang mampu menarik minatnya.“Violet?” sapa seseorang. Violet mengernyitkan dahi sebelum membalikkan tubuhnya. Suara yang diyakininya milik seorang lelaki itu terdengar berat dan agak serak.“Quinn?”Lelaki yang berdiri di depan Violet itu tersenyum lembut. Seingat Violet, Quinn tidak setinggi ini. Namun saat mereka berdiri berhadapan begini, dirinya mendadak menjelma menjadi liliput. Mata Violet hanya sejajar dengan dada bidang kekasih Eirene ini.“Kamu suka belanja di sini?” Violet menatap keranjang jin
Baca selengkapnya
Kamu dan Rayuanmu [1]
Sabtu paginya Violet dikejutkan dengan kedatangan Jeffry ke tempat indekosnya. Lelaki itu tiba dengan dua porsi ketupat sayur padang yang cukup disukai Violet dan menunggunya di gazebo.Violet sebenarnya belum siap melihat Jeffry lagi. Namun dia tidak tega membiarkan pria itu sendirian. Bagaimanapun, hingga detik ini mereka masih sepasang kekasih. Karena itu, dia tak membiarkan Jeffry menunggu terlalu lama. Apalagi lelaki itu cuma duduk sendirian karena tak ada yang menemani. Kelly atau Wynona yang biasanya paling rajin mengobrol dengan Jeffry, sedang memiliki agenda masing-masing. Kelly dijemput Sherwin sejak pukul setengah tujuh. Sementara Wynona sepertinya malah masih tidur.Entah kenapa, ketupat sayur yang biasanya sangat enak itu justru terasa hambar di lidah Violet. Apakah perasaan kesalnya turut mempengaruhi indera perasanya? Entahlah. Dia dan Jeffry menyantap menu sarapan itu dalam keheningan.Diam yang canggung sempat menyebar di udara, membuat Violet m
Baca selengkapnya
Kamu dan Rayuanmu [2]
Violet menelan ludah dengan susah payah. Jeffry benar, tidak mudah mendengar keterusterangannya meski pria itu sudah minta maaf. Seakan ada yang menggumpal dan menyumbat tenggorokanmu begitu saja. Itulah yang dirasakan Violet saat ini. Kepalanya bahkan terasa berputar, tubuhnya seakan terangkat dari tempat duduknya begitu saja.“Vi, bicaralah! Jangan diam saja! Aku benar-benar tersiksa karena tidak bertemu kamu. Aku tidak mau seperti ini lagi. Aduh, tidak enak sekali pokoknya! Sudah cukup ya?” bujuk Jeffry. “Pokoknya, aku betuk-betul minta maaf karena sudah membuatmu merasa nggak dihargai. Padahal, aku sama sekali tak pernah bermaksud begitu.”Ekspresi Violet masih datar. Wajahnya tidak berubah sama sekali meski mendengar kata-kata dan suara penuh pemohonan dari Jeffry. Dia hanya diam sambil terus menatap kekasihnya.“Violet, kamu mau menyiksaku sampai kapan? Pokoknya, aku tidak mau lagi seperti ini. Aku akan berusaha berubah. Asal
Baca selengkapnya
Kamu dan Rayuanmu [3]
Jeffry hanya bertahan tidak jelalatan selama dua minggu. Selanjutnya, kembali mulai melirik tiap kali ada makhluk cantik atau seksi di sekitarnya. Tentu saja semua itu dilakukan dengan diam-diam agar tidak tertangkap basah oleh sang kekasih. Namun, Violet akhirnya menyadari hal tersebut dan merasa tak bisa berbuat banyak. Ya, dia tak mungkin mengubah Jeffry dalam waktu singkat. Kini, perempuan itu memilih pendekatan yang berbeda. Dia tak langsung memarahi kekasihnya dengan frontal. Violet mencoba bersabar.Bagaimanapun, Jeffry sudah mencoba dan itu layak mendapat apresiasi. Pelan-pelan Violet akan bicara dengan kekasihnya. Bukankah Jeffry memintanya untuk mengingatkan lelaki itu? Maka, Violet tak keberatan untuk melakukan hal tersebut.Namun, tampaknya ada perkembangan baru yang membuat Violet kian gemas. Belakangan, terjadi sesuatu yang tak bisa dikontrol gadis itu. Masuknya nama Eirene dalam hubungan mereka.Awalnya, Violet tidak terlalu memperhatikan bahwa be
Baca selengkapnya
Kamu dan Rayuanmu [4]
Entah karena menganggap sikap Violet telah melunak atau yakin kekasihnya tak lagi keberatan, nama Eirene mulai muncul dalam perbincangan. Di banyak kesempatan, Jeffry tak lagi canggung menyebut nama gadis cantik yang sudah memiliki kekasih itu.“Eirene itu sangat suka naik gunung. Dulu, dia selalu mengikuti kami saat mendaki.”“Oh ya?” Violet berpura-pura tertarik. Dia tak pernah menyukai aktivitas seperti itu.“Belakangan aku baru tahu kalau setelah kuliah, Eirene cukup sering ditawari jadi model, Vi! Tapi sepertinya dia tidak tertarik. Eireen memang sangat berubah. Maksudku, penampilannya. Kalau dulu kamu lihat bagaimana Eirene saat SMU, pasti sangat kaget melihatnya sekarang. Dulu dia gendut dan berjerawat.”Dalam banyak kesempatan, nama Eirene seakan mantra wajib yang harus dilantunkan Jeffry. Perempuan mana yang suka saat pacarnya malah membahas dan memuji-muji gadis lain?“Jeff, kenapa sih dalam setia
Baca selengkapnya
Quinn dan Violet [1]
“Setuju,” kata Marco. “Aku sempat ragu-ragu, Nef. Pengin ngomong sama kamu tapi takutnya nggak dapat respons seperti keinginan. Tapi kalau diam aja, rasanya kok terlalu menderita. Kadang, ternyata kita butuh dorongan dari orang-orang sekitar supaya lebih optimis dan berani ambil risiko. Paling nggak, itu yang kurasain.”Aku mengulum senyum sambil memandang berkeliling. “Kita ini pasangan yang mengenaskan. Ngomongin soal perasaan di warung tenda yang lumayan rame.”“Ya nggak apa-apa, Nef. Memang kita kayak begini, mau diapain?” sahut Marco.Mi rebus pesanan kami baru saja diletakkan di atas meja. Mi dengan tauge, tahu goreng, dan telur rebus itu disiram dengan kaldu udang yang harum bukan main. Mi rebus itu juga dilengkapi dengan bakwan udang yang sangat enak.Di luar, suara guntur kembali terdengar. Namun, hujan belum turun sama sekali. “Kayaknya kita nggak bisa lama-lama di sini, takut hujan,” u
Baca selengkapnya
Quinn dan Violet [2]
“Siapa, Vi? Jeffry lagi? Bukannya dia baru pulang?” Kelly keluar dari kamarnya, mendekat ke arah gazebo. Sedetik kemudian, pintu kamar yang dihuni Theta juga terbuka. Gadis itu mengekori Kelly. “Kamu kenapa duduk sendirian di situ? Tumben nggak merusuh di kamarku,” tanya Kelly dengan nada gurau.“Itu Jeffry?” Tetha mengulangi pertanyaan Kelly tadi.“Bukan Jeffry,” balas Violet. Tatapannya terarah ke SUV itu. Pintu mobil terbuka dan Quinn melangkah keluar. Lelaki itu mengenakan jins berwarna abu-abu dan kaus vintage dengan gambar mobil kuno di bagian depan.“Vi, itu bukan dewa yunani yang sedang iseng turun ke bumi, kan?” Tetha berdiri di dekat kursi yang diduduki Violet. Gadis itu hanya mengenakan tanktop dan celana pendek. Melihat itu, Violet segera tersadar dengan penampilannya. Dia hanya memakai celana longgar yang panjangnya sedikit di atas lutut dan kaus tanpa lengan yang biasa di
Baca selengkapnya
Quinn dan Violet [3]
“Jadi, kita bisa makan sekarang? Terus terang saja, aku lapar sekali,” Quinn menunjuk perutnya sendiri.“Baiklah. Aku mengizinkanmu makan,” gurau Violet.Untuk sementara, Violet menekan rasa ingin tahunya sekuat tenaga. Begitu isi sendok pertama berpindah ke rongga mulutnya, rasa lezat segera berpesta di sana. Gadis itu mengunyah dengan gerakan perlahan, seakan ingin menikmati tiap cita rasa yang dikecap oleh lidahnya. Nasi goreng dengan suwiran ayam berbumbu itu memang nikmat.“Enak?” tanya Quinn.Violet mengangguk. “Sangat enak. Kamu beli di mana, sih? Aku belum pernah makan nasi goreng ini.”“Di dekat tempat indekos lamaku. Di daerah Jalan Baru.”Violet terbelalak. “Lumayan jauh. Kamu masih kos di sekitar sana?”Quinn menggeleng. Pria itu mengunyah sisa makanan di mulutnya sebelum menjawab. “Sekarang aku tinggal di mes yang disediakan kantor. Nggak jauh d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
32
DMCA.com Protection Status