Semua Bab My Crazy Boss (Indonesia): Bab 141 - Bab 150
188 Bab
Ch. 141 Jelita - Dirly (5)
Dirly benar-benar menuruti permintaan Jelita, berbulan-bulan mereka jalan tidak ada satupun yang mengendus hubungan mereka, Dirly sekalipun. Mereka tidak nampak dekat, jarang terlihat bersama. Ya ... ketika di kantor mereka seperti itu, tapi itu tidak berlaku ketika mereka di luar kantor.  Jelita memarkirkan motornya di halaman parkir gedung apartemen Dirly, melepas helm dan membawa plastik besar yang sejak tadi bertengger di lantai motor matic-nya. Seperti biasa, hari minggu selalu Jelita habiskan dengan kekasihnya itu. Sekedar jalan-jalan, makan di luar, pergi ke luar kota atau yang terbaru, Dirly mengundang Jelita datang ke apartmen miliknya.  Jelita sudah sering berkunjung ke tempat tinggal sang kekasih. Sekedar membersihkan unit itu, memasak beberapa makanan untuk Dirly dan sekedar beristirahat di sana. Meskipun begitu, untuk kunjungannya yang kali ini, Jelita sedikit merasa dag-dig-dug. Pasalnya baru kali ini mereka akan berduaan di unit yang hanya pu
Baca selengkapnya
Ch. 142 Jelita - Dirly (6)
"Nah, apa susahnya sih ke dokter?" Jelita tersenyum ketika mereka melangkah keluar dari ruang praktek dokter di salah satu klinik yang kebetulan buka di hari minggu. "Susah lah, aku nggak mau!" Dirly tampak mencebik. Dokternya seksi tadi kata Jelita, buktinya? Om-om, perutnya gendut lagi! Sungguh zonk sekali! Tawa Jelita pecah, membuat Dirly makin cemberut. Mereka melangkah ke tempat pengambilan obat, menyerahkan resep itu dan duduk di kursi yang tersedia. "Macam anak TK, nggak diapa-apain, kan, tadi sama dokternya? Cuma diperiksa aja, Sayang!" Jelita mencubit gemas pipi Dirly, membuat lelaki itu kembali memanyunkan bibirnya. "Katamu tadi dokternya seksi, mana?"  Jelita sontak menoleh, menatap kekasihnya yang berwajah masam itu kemudian menggebuk gemas punggung Dirly, membuat lelaki itu sontak terkejut dan melonjak karena kaget. "Mau gantian ngecengin dokternya gitu? Iya?" Jelita menatap tajam Dirly yang makin pucat, wajah itu son
Baca selengkapnya
Ch. 143 Jelita - Dirly (7)
Jelita menjerit keras-keras ketika merasakan benda itu mulai merangsak masuk ke dalam inti tubuhnya. Rasanya begitu pedih, perih dan menyakitkan! Keringat membanjiri wajah dan tubuh Jelita. Kedua tangannya mencengkeram kuat lengan Dirly yang sama berkeringatnya. Definisi berkeringat bareng, bukan?  "Sshhhh ... sempit banget, Sayang!" Dirly mendesah tertahan, wajahnya memerah dengan mata terpejam dan  mulut setengah terbuka.  Terlihat jelas dia begitu menikmati momen penyatuan mereka, berbeda dengan Jelita yang terisak di bawah kungkungan tubuh kekar itu. Ia makin memperkuat cengkeraman tangannya ketika benda itu makin dalam di dorong masuk. Memenuhi inti tubuh Jelita untuk yang pertama kalinya. Jelita merasakan betul benda itu merobek sesuatu di dalam inti tubuhnya, membuat dia sontak membelalakkan mata efek sensasi sakit yang teramat sangat di dalam sana.  "Sssaakkitt! Please, Ko ... ini sakit banget!" Jelita merintih dengan air mata meni
Baca selengkapnya
Ch. 144 Jahat?
Arnold menipuk jidatnya dengan gemas. Gila emang kucing garong satu itu! Jadi sekretarisnya ini sudah berhasil dia embat? Kalau biasanya sekretaris selalu ada affair sama pimpinan perusahaan, sekarang malah affair-nya sama anak magang? Bukan main! Jelita tampak terisak, menunduk di kursi yang ada di depan Arnold. Sementara Arnold kini memijat pelipisnya perlahan-lahan sambil menghirup udara banyak-banyak. Kenapa harus sekretarisnya? Bukan apa-apa, Arnold juga tidak berminat pada Jelita, tapi selama mempimpin perusahaan ini, Arnold suka kinerja Jelita. Dia cukup cekatan dan membantu banyak pekerjaan Arnold. Kalau sampai cecungguk itu cuma mau main-main saja, tentu Arnold yang tidak enak pada Jelita, bukan? Mereka saudara sepupu! "Dia tidak memberitahu mu masalah rencananya balik ke luar negeri?" tanya Arnold yang sejak awal sudah curiga, kenapa Jelita tampak begitu syok dan terkejut dengan kabar rencana Dirly yang hendak pulang melanjutkan pendi
Baca selengkapnya
Ch. 145 Speechless!
Dirly masih tidak mengerti sebenarnya, tapi karena Jelita sudah mati-matian tidak mau dia ganggu, akhirnya dia mengalah dan keluar sendiri dari ruangan sang kekasih. Kepalanya mendadak pusing. Ada apa lagi ini? Ada masalah apa sampai Jelita bersikap seperti itu? Sampai dia menangis macam itu? Dirly segera menuju ruangan Arnold. Bukankah tadi sepupunya itu sudah menunggu kedatangannya? Dirly segera menekan knop pintu, melangkah masuk tanpa menunggu dipersilahkan. "Kebiasaan!" desis Arnold sambil mencebik, Dirly  memang selalu seperti itu, jadi protes bos itu hanya dibalas senyum lebar oleh Dirly. "Kenapa lagi, Ko? Gue balik kamis ya?" gumam Dirly lantas duduk di kursi yang ada di depan meja Arnold. "Lu yakin mau langsung pergi? Nggak merasa perlu nyelesein masalah lu dulu?"Senyum Dirly sontak lenyap, ia menatap Arnold dengan seksama. Wajah bos itu nampak santai, tapi dari sorot matanya ... Arnold tahu betul bahwa ada se
Baca selengkapnya
Ch. 146 Speechless (2)
"Kau pikir aku sejahat itu?" Dirly tersenyum, mengelus lembut rambut Jelita yang masih terisak di dalam pelukannya. Bahu Jelita masih naik turun teratur, membuat Dirly menghela nafas panjang.  "Aku nggak pernah main-main, ya mungkin dulu aku tukang main-main, tapi sekarang semua beda, Jel! Aku serius sama kamu." kembali Dirly bersuara, melepaskan dekapan lantas memaksa Jelita mendongak.  Tampak wajah itu berurai air mata. Matanya memerah, membuat Dirly tersenyum getir melihat betapa hebat gadisnya itu menangis.  "Udah ah, aku nggak suka lihat kamu nangis gini! Senyum dong!" desis Dirly setengah memaksa, jemarinya terulur menyeka air mata yang masih belum berhenti mengalir.  Jelita menyeka air mata dengan jemarinya sendiri. Matanya menatap Dirly yang masih tersenyum setengah menggoda ke arahnya.  "Jujur sebenarnya ini itu mau aku buat surprise, eh malah di buka duluan sama si Kampret." gerutu Dirly kesal. Gegara
Baca selengkapnya
Ch. 147 Dia, Siapa?
"Sudah mesumnya?" sindir Arnold sambil terbahak ketika Dirly masuk ke dalam ruangan kerja Arnold. Dirly mencebik, tertawa kecil lalu kembali duduk di hadapan Arnold. Wajahnya sumringah, tentu Arnold tahu apa alasannya, bukan? "Mesum kata lu? Gue nggak segila itu, Ko!" kisah Dirly sambil menggeleng perlahan. "Halah, muka-muka macam lu, mana bisa gue percaya!" Arnold menyodorkan map-map tadi ke hadapan sepupunya itu. "Tadi mau gue anter tapi elunya berdua lagi ena-ena, takut ganggu!"Dirly tergelak, tertawa terbahak-bahak melihat bagaimana masam wajah Arnold yang mencebik. Jadi bos besar ini tadinya mau mengantar dokumen ke ruangan kekasihnya dan tidak jadi karena takut menganggu momen Dirly dan Jelita? Hmmm ... Arnold memang sepupu paling best yang pernah Dirly temui! "Kampret! Gue nggak sampe ena-ena, Ko. Ketahuan Om Gunawan habis gue ntar, nganu di kantor dia." Dirly tahu diri kok, ini bukan miliknya. Kecuali kalau kantor d
Baca selengkapnya
Ch. 148 Kemana (?)
“Kemana, sih?” Arnold mengumpat, ia menatap layar ponselnya dan kembali menekan tombol itu guna menghubungi Sisca.Sejak tadi teleponnya sama sekali tidak diangkat oleh Sisca, padahal siang tadi mereka masih saling berkabar lewat chat. Lantas sekarang, kemana Sisca? Sibuk apa dia sampai telepon darinya diabaikan seperti saat ini?Arnold mendengus kesal. Tidak biasanya Sisca seperti ini. Mendadak, sebuah perasaan tidak enak menyergap Arnold, membuat Arnod lantas membuka daftar kontaknya dan mencari nomor yang lain. Siapa lagi kalau bukan nomor Astrid? Orang kepercayaan Sisca yang selama ini membantu Sisca menggelola caffe mereka.“Halo Pak Arnold? Pak mau tanya, ibu sama Bapak, nggak?”Sontak Arnold membelalakkan matanya. Bahkan Astrid saja menanyakan keberadaan Sisca kepadanya? Jadi dia tidak tahu di mana Sisca berada? Astaga! Ada apa ini?“Saya nelpon kamu juga mau tanya itu, As! Ibu kemana? Ini saya hubungi sama seka
Baca selengkapnya
Ch. 149 Misterius
"Sudah lama kenal dengan keluarga dia? Berapa lama mereka menjalin hubungan?"Kaki Linda sontak menjadi dingin. Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini? Kalau Linda bilang mereka baru saja jadian, itu sama saja menjebak Linda sendiri. Mereka baru saja jadian, bagaimana Linda lantas kenal dengan keluarga Sisca? Kalau Linda jawab mereka sudah jadian lama, kenapa kemarin Linda setuju Arnold di jodohkan dengan Scarletta? "Hey, melamun?"Linda tersentak, ia mengangkat wajahnya, menatap sang suami dengan seksama. Gunawan nampak menantikan jawaban darinya. Harus Linda jawab apa? "Kemarin aku ke Solo, pas kamu ada tugas ke luar negeri.  Kebetulan orang tuanya juga sedang di Solo. Kita mengobrol banyak hal."Nampak raut wajah Gunawan berubah. Alisnya berkerut, menatap sang isteri dengan seksama. "Baru sejak bertemu kamu bahkan sudah berani menyimpulkan bahwa dia berasal dari keluarga baik-baik, Lin?"Ska
Baca selengkapnya
Ch. 150 Misterius
"APA?" Dirly memekik mendengar apa yang Arnold katakan. "Lu jangan bercanda, Ko!"Jelita yang tadi tengah fokus mengetik sontak menoleh, menatap Dirly yang wajahnya tampak menegang itu. Ada apa? Perlahan Jelita bangkit, mendekati Dirly yang berdiri di dekat pintu ruangannya. Karena tadi Dirly memang hendak keluar dari ruangan sangat kekasih, hingga kemudian ponsel Dirly berdering dan dia mengangkat panggilannya. Wajah Dirly masih begitu tegang, dari yang Jelita dengar dia memanggil dengan sebutan 'Ko', itu artinya dia tengah mengobrol dengan sepupunya yang tak lain dan tak bukan adalah bos dari Jelita. "Terus?" suara Dirly nampak panik. "Posisi lu di mana? Lu mau balik ke kantor atau perlu gue susul?"Kening Jelita berkerut, apakah ada suatu hal buruk yang terjadi? Apa yang terjadi pada si bos itu? "Oke kalau gitu, gue tunggu."Tampak Dirly menurunkan ponsel dari telinga, menatap Jelita yang berdiri tidak jauh dari tempat D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status