Semua Bab My Crazy Boss (Indonesia): Bab 11 - Bab 20
188 Bab
Ch. 11 Menebus Kesalahan
"Lu emang nggak pernah pacaran gitu?" tanya Arnold penasaran, ia melirik gadis itu sekilas."Kudu gue jawab ya, Bos?" Sisca sedikit risih, apaan sih pakai tanya soal itu? Pasti bakal dibully dia nanti."Harus dong, gue nggak mau ya ntar pas lu harus nemenin gue meeting atau kemana gitu ada yang cembokur, gue dipukulin, wajah gue yang ganteng ini jadi bonyok, ogah lah!" jawab Arnold asal."Hello ... please ya bisa nggak sih nggak over percaya diri macam ini? Kesel gue sama elu!" Sisca sontak mencak-mencak, alay banget sih orang satu ini? Rasanya sekali-kali ia benar-benar ingin memukul kepala bosnya itu dengan batu atau benda keras lainnya."Gini-gini gue yang gaji elu tahu nggak!" guman Arnold mengingatkan, nampak bibirnya manyun."Iya deh iya, bos mah bebas ya?" Sisca mencebik dasar emang rese orang satu ini."Nah itu tahu, jadi nurut aja deh lu! By the way, lu ada pacar nggak sih? Kalau ada bilang kalau
Baca selengkapnya
Ch. 12 Rencana Ke Jakarta
"Ett ... mau macem-macem lu?" hardik Sisca ketika Arnold muncul masih dengan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya."Sembarang, gue mau tanya, underwear gue kemana semua?" guman Arnold sambil berkacak pinggang."Oh, masih diruang cuci, Bos. Sudah kering kok," jawab Sisca santai, ia lanjut memasak sarapan."Ambilin dong!" perintah Arnold tegas."Astaga, ambil sendiri kenapa sih, Bos?" gerutu Sisca sambil melirik sosok itu sekilas."Di sini gue apa elu sih yang jadi bos?" Arnold hanya geleng-geleng kepala, nggak ada akhlak bener nih personal asisten satu ini."Oke gue ambilin, elu lanjutin nih masakan!" ujar Sisca sambil melirik tajam ke arah laki-laki yang masih berdiri di depan pintu dan bertelanang dada itu."Gila ya lu!" teriak Arnold kesal, "Gue ambil sendiri deh, dasar nggak ada akhlak bener!"Sisca mencibirkan bibirnya, sebodoh amat, dia sedang masak. Jadi biarlah dia am
Baca selengkapnya
Ch. 13 Sisi Lain
"Astaga, Sis!" Arnold memekik keras ketika tahu dimana mereka akan makan siang itu. Gila aja makan di tempat kayak gini!"Apaan sih Bos? Kayak lihat setan deh!" Sisca mencibir, mau protes soal tempat makan? Sisca tampol nih! Dia sendiri kan yang tadi bilang kalau nggak masalah?"Kita mau makan di sini?" pekiknya lagi.Nah kan, benar kan? Dia pasti protes tentang tempat makan yang hendak mereka datangi untuk makan. Pasti seumur-umur anak konglomerat itu belum pernah makan di tempat yang seperti ini bukan? Jadi ia syok dan terkejut bukan main melihat bagaimana tempat yang hendak mereka datangi untuk makan siang."Lha tadi kan gue udah bilang kan Bos? Katanya nggak apa-apa?" kini gantian Sisca yang protes."Ya tapi kan ....""Please deh, tadi kan gue udah bilang, dan jangan khawatir higienitas dijamin kok, rasanya enak juga!" tukas Sisca kesal, pokoknya ia mau makan di sini, lagipula kalau makan di sini kan h
Baca selengkapnya
Ch. 14 Kenapa?
"Jangan lupa cari penitipan kucing, elu kudu ikut gue meeting!" guman Arnold ketika mereka sudah dalam perjalanan pulang ke rumah. Pokoknya Sisca harus ikut dia ke Jakarta, ia akan sangat membantu Arnold di sana nanti."Iya deh iya," Sisca bersandar di kaca dengan malas, hari ini kepalanya agak pusing, banyak sekali berkas-berkas yang harus ia urus, ternyata pekerjaan Arnold itu tidak seenak yang ada dalam pikiran Sisca. Tidak seperti yang ada di sinteron atau drakor yang nampak begitu keren dan mengasyikkan."Eh, elu kenapa sih?" Arnold menoleh sekilas, tampak sosok itu begitu kuyu bersandar di kaca."Puyeng pala gue, Bos. Kerjaan elu seabrek juga ya," Sisca memijit keningnya perlahan."Emang, elu kira jadi direktur itu enak? Tinggal duduk-duduk doang, tanda tangan, meeting, terima duit macam di novel-novel gitu? Hah halu itu namanya!" dengus Arnold sebel."Harus main otak juga, Sis. Nggak dapet proyek, salah ambil ke
Baca selengkapnya
Ch. 15 Kenapa?
Sisca mengerjapkan matanya, ia terkejut ketika mendapati ia tengah tertidur di sebuah kamar yang asing baginya ini. Ini kamar siapa? Sisca bergegas bangkit, ia memeriksa seluruh pakaiannya, utuh! Tidak terjadi apa-apa. Ia kemudian turun dari ranjang dan keluar dari kamar itu.Rupanya ia masih di rumah bosnya! Tampak Arnold duduk di depan televisi dengan MacBook di hadapannya. Jadi tadi ia tidur di rumah bosnya itu? Tapi bukankah tadi ia berada di dapur? Duduk di meja makan sebelum kemudian ia tidak teringat apa-apa?"Sudah bangun?" tanya Arnold tanpa beranjak dari depan layar MacBook miliknya."Kok gue bisa ada di kamar lu sih, Bos?" tanya Sisca heran, ia ingat betul ia tadi ada di dapur, kenapa bisa pindah ke kamar sih?"Itu kamar tamu, bukan kamar gue!" jawab Arnold yang masih belum beranjak."Sama aja kali, Bos! Ini rumah elu!" guman Sisca kesal! Ngeselin banget sih orang satu ini!"Iya deh, diem-diem d
Baca selengkapnya
Ch. 16 Cewek Paling Rese!
Sisca hanya geleng-geleng kepala ketika ia melihat sosok itu masih terlelap di bawah selimutnya. Jam segini dan dia masih tidur? Sisca bergegas masuk ke kamar itu, lalu mengguncang lembut bahu Arnold. "Bos, bangun woy!" guman Sisca sambil setengah berteriak. "Apaan sih, bawel lu!" gerutu sosok itu tanpa membuka matanya. "Ini sudah siang, elu mau ke kantor nggak sih?" suara Sisca makin kencang, astaga ini orang kebo banget sih! "Bentaran, masih ngantuk nih!" Arnold tidak peduli, ia masih memeluk gulingnya tanpa sekalipun beranjak dari posisinya. "Ah bodo! Telat bukan urusan gue juga kan! Sono lanjut tidur aja sono!" Sisca hendak pergi dari kamar itu ketika kemudian tangan itu menariknya. "Eh ... eh ... eh ...," tubuh Sisca terhuyung j
Baca selengkapnya
Ch. 17 Dokter Hewan Itu
Sisca sudah memasukkan kucingnya ke dalam tas berbentuk roket transparan itu, ia sudah siap membawa kucingnya ke tempat penitipan yang kemari direkomendasikan oleh temannya. Molly sudah siap ia bawa ketika kemudian sosok itu muncul dari depan pintu."Mau kemana Sis?" tanya sosok itu santai, ia datang dengan kaos oblong dan celana kolornya, sangat berbeda dengan penampilannya kalau ke kantor, yang sebar modis, rapi, wangi dan keren."Nih nganterin Molly ke hotel," jawab Sisca santai, ia sudah menggendong tasnya dan meraih kunci motor."Idih, gituan aja dipelihara," Arnold mengerucutkan bibirnya."Daripada pelihara elu, ngeselin, mending pelihara ini lah!" balas Sisca lalu menjulurkan lidahnya.Arnold hendak membalas ketika kemudian ia malah diusir dengan sangat menyebalkan oleh sang pemilik rumah."Hush, sana keluar! Rumah mau gue kunciin!" usir Sisca sadis membuat Arnold geleng-gele
Baca selengkapnya
Ch. 18 Cemburu?
Arnold duduk di kursi yang ada di depan terasnya, sejak tadi ia melirik arlojinya, kemana itu si Sisca? Nganterin kucing aja lama amat sih? Kan dia jadi kesepian! Eh tapi bukankah itu bagus? Artinya dia nggak harus sakit kepala karena sikap rese gadis itu bukan? Tapi jujur, Arnold merasa sepi tanpa gadis itu, kenapa rasanya jadi rindu?Arnold memutuskan untuk bangkit dan masuk ke dalam rumah, tidur sejenak lah mumpung personal asisten somplak itu sedang tidak ada, kalau ada pasti dia tidak bisa tidur bukan? Jadi lebih baik menikmati momen kesendiriannya ini dengan memanjakan mata dan tubuhnya.Sementara itu Sisca masih begitu asyik mengobrol dengan Rizal mengenai perawatan kucing dan lain sebagainya, terkadang mereka tertawa bersama, dengan Molly yang tampak sudah beradaptasi dengan kandang milik klinik yang tentu berbeda dengan kandangnya di rumah."Sis, kamu sudah makan? Makan siang sama-sama yuk! Aku yang traktir deh, gimana?
Baca selengkapnya
Ch. 19 Misteri Dokter Hewan
"Memang kenapa sih kalau gue pacaran sama dokter hewannya?" tanya Sisca risih, orang satu ini apaan sih? Lama-lama nggak jelas."Yaa nggak apa-apa sih," Arnold tampak garuk-garuk kepala sambil cengengesan, "Eh elu udah packing buat besok? Kok koper gue kosong?"Packing buat besok? Memang besok mau kemana? Sisca mencoba membuka satu persatu file ingatan dalam otaknya dan ia baru ingat kalau besok itu ...."Astaga!" Sisca menepuk kepalanya dengan gemas, berangkat besok pagi kenapa ia sampai lupa sih packing buat dirinya sendiri dan bosnya itu?"Gue mandi duluan deh, habis ini gue packing, jangan khawatir." guman Sisca sambil mengacungkan dua jarinya.Arnold mengangguk pelan tanda mengerti, "Oke, gue balik duluan. Gue tunggu ya!"Sisca mengangguk, ia kemudian buru-buru masuk ke dalam rumahnya. Arnold hanya menatap sekilas sosok itu, jadi beneran dia pacaran sama dokter hewan? Dokter he
Baca selengkapnya
Ch. 20 Obrolan Malam
Sisca sedang menyetrika baju-baju Arnold yang kusut karena berantakan itu. Hatinya dongkol setengah mati. Sebanyak ini? Harus ia setrika ulang semua? Bosnya itu memang gila! Apa sih susahnya kalau ambil baju itu diangkat? Nggak di tarik? Nggak ada akhlak memang!Lihat saja kalau sampai berantakan lagi, dia belum tahu kalau Sisca ngamuk kayak gimana!Sisca masih sibuk menyetrika baju-baju itu ketika di sofa ruang tamu, Arnold sejak tadi mondar-mandir menanti sesuatu. Sesekali matanya melirik jam dinding, sesekali juga matanya melirik ke layar ponselnya. Hingga kemudian suara motor yang berhenti di depan rumahnya itu membuat wajahnya berubah cerah.Ia bergegas melangkah keluar, tampak laki-laki dengan jaket hijau-hitam itu sudah berdiri di depan pintu rumahnya."Dengan Mas Arnold Sebastian Argadana?" laki-laki itu tampak menenteng plastik putih di tangan kanannya dan smartphone di tangan kirinya."Bet
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status