All Chapters of Reefhitch : Echana (Her Runaways): Chapter 161 - Chapter 170
176 Chapters
Reassurance
"Ngapain pakai video call segala? Kangen ya?" godaku berusaha terlihat biasa saja saat video call sudah tersambung.Zean, yang masih terlihat tampan meskipun wajahnya tampak lelah di layar gawaiku, tersenyum lebar."Coba ulangi yang tadi, dong," pintanya dengan ekspresi memohon."Apanya yang diulangi?" tanyaku pura-pura tidak paham."Waktu Anna bilang kalau Anna sedih kalau aku sakit." Tuh,
Read more
Unfolding
"Kalau aku punya, kamu mau apa?" "Ditanyain kok malah balik tanya, sih?" protesku langsung. "Karena aku nggak ada keharusan buat jawab pertanyaanmu." Seketika, aku melempar tatapan tajam ke arah kak Naki. Namun, pria itu justru membalas tatapanku dengan seringai penuh percaya diri, seolah statement-nya barusan sudah pasti seratus persen benar. Tepat ketika aku hendak membalas ucapan kak Naki, Chris tiba-tiba berceletuk dengan polosnya. "Kalau misalnya kak Zean beneran bikin kak Rio keluar negeri buat belajar, terus masalahnya di mana, Kak?" Kini, aku menoleh ke arah Chris. Karena pemuda itu menatapku penasaran, dan aku tidak mendapati pertanda bahwa ada maksud terselubung seperti yang ditunjukkan oleh kak Naki di wajahnya, aku pun berusaha menjawab pertanyaan adik bungsuku dengan lebih tenang. "Yang jadi masalah buat aku itu nada bicara dan gesture-nya kak Naki yang seolah-olah mau bilang kalau Zean itu punya niat buruk, Chris." “Memangnya kamu nggak sadar? Posesifnya dia kan s
Read more
Love Language
Sudah beberapa detik berlalu, tetapi tidak ada yang berani menjawab. Aku yakin kalau benak kami punya imajinasi yang mungkin berbeda sebagai jawaban dari pertanyaan mama Jessica. Namun, tidak ada satupun dari aku, kak Naki, dan juga Chris, yang berani buka suara. Kami hanya saling melempar tatapan agar ada yang berinisiatif menjawab duluan.“Memangnya apa yang Papa lakukan, Ma?” Akhirnya kak Naki yang memecah keheningan.“Tidak ada yang bisa menebak? Atau kalian tidak berani?” tanya Mama balik sambil menahan tawa.“Papa nggak mungkin ikut nangis sama Mama, ‘kan?” ceplosku asal.Mama menoleh ke arahku sambil menatapku dengan pupil melebar. Kak Naki dan Chris juga spontan melirikk
Read more
Understanding
“Maaf, Ma. Aku angkat telepon dulu ya," pamitku sambil menunjuk ke arah gawaiku di atas meja.Mama ikut menoleh ke arah yang kutunjuk, baru kemudian ia melepaskan kedua tangannya yang tadi menangkup wajahku sambil tersenyum."Don't make him wait too long, Sweetheart," sahut Mama sambil menatapku penuh arti. Aku yang sepertinya tahu apa yang dimaksud oleh Mama, hanya bisa menjawab dengan cengiran canggung. Kemudian, aku segera berdiri dan meraih gawaiku. Namun, sebelum aku melangkah, aku kembali menatap ke arah Mama."Oh iya. Nanti aku boleh pergi ke acara pernikahan Dimas nggak, Ma?""Dimas …?"
Read more
The Wedding Party
Pesta pernikahan yang biasa kudatangi adalah pesta pebisnis yang mewah dengan sajian makanan, minuman, dan musik yang luar biasa. Mulai dari lokasi, dekorasi, bahkan hingga alat makannya juga terlihat mahal. Benar-benar pesta yang mencerminkan “kelas” sang tokoh utama acara, dan juga para undangannya. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana pesta para orang kaya yang secara tidak langsung memberiku tekanan berat untuk menjaga sikap.Tentu saja, karena yang diundang adalah yang terhormat Tuan Zean Ralph Kanatta. Aku yang hanyalah seorang masyarakat biasa ini datang sebagai pendampingnya saja. Jadi, jika aku sedikit saja melakukan hal yang tidak "pantas" di tempat itu, nama Kanatta sudah pasti akan ikut tercoreng .Secara fakta, aku memang selalu datang bersama Zean sebagai pasangan pestanya. Tetapi, selain menjadi pendampingnya, aku punya misi utama di pest
Read more
The Hospital
Resepsi pernikahan belum berakhir ketika aku dan Riichi pamit pulang duluan. Riichi beralasan bahwa ia ada rapat besok pagi. Entah itu benar atau tidak, tetapi teman-teman dan juga kedua mempelai mempercayainya. Jadi, aku, sebagai orang yang menumpang di mobilnya, otomatis ikut pamit pulang bersamanya.Thanks to him, kami jadi bisa melanjutkan misi rahasia kami lebih awal, and hopefully aku juga bisa pulang tidak terlalu malam. Bagaimanapun juga, aku masih merasa penasaran mengenai hadiah yang dimaksud oleh Zean. Namun, sebelum kami keluar dari gedung tempat acara resepsi dilaksanakan, tiba-tiba aku teringat sesuatu."Kamu nggak sekalian pamit sama kolega-kolegamu juga, Chi?" tanyaku iseng sambil melihat sekitar.
Read more
(My) Expectation
Kacau. Pikiranku sangat kacau. Bahkan pemandangan langit malam bertabur bintang yang tadinya bisa meringankan kecemasanku, sekarang sama sekali tidak berdampak.“Haaah ….” Lagi, aku menghela napas panjang ketika teringat kejadian beberapa saat yang lalu. Well, setelah mengetahui kalau pihak rumah sakit memiliki andil dalam kasus menghilangnya Chariz, aku sudah sedikit pesimis bahwa aku akan bisa melihat Chariz secara langsung. Pasalnya, aku masih mengenakan long dress berwarna baby blue, pakaian yang kukenakan untuk menghadiri acara pernikahan Dimas, pada saat membesuk. Baiklah. Ini memang salahku kare
Read more
The (Best) Present
Awalnya, aku memang ingin menyerah untuk menebak hadiah dari Zean. Sayangnya, rasa penasaranku jauh lebih besar. Jadi, meskipun aku terus berusaha mengalihkan pikiran, imajinasiku selalu kembali memikirkan segala kemungkinan yang bisa menjadi hadiah pria itu.“Kamu nggak kasih hadiah yang berbahaya ‘kan, Zean?” tanyaku curiga seraya melirik Zean tajam ketika kami berdiri di depan pintu rumahku.Pria yang berdiri di sampingku itu langsung menahan tawa setelah mendengar pertanyaanku. “Kalau Anna memang sepenasaran itu, bagaimana kalau kuberitahu saja apa hadiahnya?” tawarnya sambil menatapku menggoda.Segera, aku menggeleng tegas. “Nggak! Nggak usah! Jangan spoiler
Read more
(His) Betrayal(?)
Suasana di sekitarku perlahan menjadi senyap. Sambil menatapnya menyimak, aku berusaha fokus mendengarkan suara Zean.  “Lho? Kak Eka sudah pulang?” ASTAGA!Seketika aku terlonjak kaget. Kemudian, aku segera menoleh ke arah asal suara.Rencananya, aku hendak memarahi adik bungsuku karena memanggilku tiba-tiba dan membuat Zean mengurungkan penjelasannya. Namun, ketika aku melihat Chris yang sedang berjalan ke arahku sambil memberiku tatapan bingung, aku langsung membatalkan niatku. Memarahinya di lokasi yang masih bisa didengar oleh Papa Ian tidak akan memberikan kesan yang baik pada reuni kami. Jadi, aku hanya menghela napas panjang, berusaha menenangkan jantungku yang masih berdegup kenca
Read more
Open Up
Dari segala situasi yang pernah kualami, saat ini adalah momen terlangka dalam hidupku.  Bagaimana tidak? Orang yang selama ini berkoar-koar akan selalu memihakku, malah berada di seberang, tempat "lawanku" berpijak. Sementara sosok yang selama ini kupikir sama sekali tidak menyukai eksistensiku, malah mengeluarkan statement seolah ia berada di pihakku.  Well, secara keseluruhan, yang diucapkan Papa Ian memang terdengar normal. Netral. Tidak berpihak. Namun, pada saat yang sama, aku merasa sedang dibela. "Kau sudah makan malam?" Pertanyaan Papa Ian kemudian membuatku kembali terkejut.
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status