All Chapters of (A)Gus Nazril: Chapter 41 - Chapter 50
55 Chapters
Bab 41 : Ujian Cinta
"Maaf ya Lin! Aku enggak tahu kalau Lya juga akan kesana." Setelah makan di rumah Bang Iky tadi dia mengajakku pulang duluan dan saat ini dia menepikan mobilnya di pinngir jalan enggak jauh dari rumah mama. "Tadi siang kamu ingin bicara kan?" Tanyanya lagi, satu tanganya sudah menggenggam tanganku. "Apa masih penting?" "Penting sekali!" "Aku nungguin kamu pulang Mas! Aku khawatir banget, kamu paksain pergi disaat sakit." "Rencana dari rumah Bang Iky aku mau langsung pulang Lin, tapi tiba-tiba Lya datang aku enggak enak kalau langsung pulang." Aku tertawa pelan, tertawa miris tepatnya. Suamiku lebih mementingkan perasaan orang lain daripada istrinya yang khawatir di rumah. "Kemarin aku merasa bersalah sekali karena kamu sakit sampai pingsan tapi aku enggak ada buat ngurusin kamu, aku sama sekali tidak tahu, suamiku sendiri pun tidak berniat mengabariku." "Maaf hpku mati." "Hari ini, aku khawatir sekali de
Read more
Bab 42 : Sosis Solo
"Saya terima nikahnya Kamelya Ramadhani Nasution dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" "Saaaahh!!!" Bersamaan dengan riuh kata sah air mataku menetes. Mama memelukku memberi kekuatan. Aku tidak pernah membayangkan hari ini terjadi, hari dimana kakakku menjadi maduku sendiri. Mas Nazril terus menatapku, keputusan ini sudah kita sepakati. Ternyata Kak Lya sudah lama bercerai dengan kak Angga dan papa lagi-lagi punya keputusan yang tidak bisa di bantah. Papa ingin Mas Nazril menikahi Kak Lya atas permintaan Kak Lya. Aku salah, yang awalnya aku kira papa akan berubah ternyata malah semakin menyakiti hatiku. Dan Mas Nazril, orang terkhir yang aku harapkan akan menolak ide papa dan Kak Lya ternyata juga menerimanya. Aku sudah punya keputusan, setelah anakku lahir aku akan mengajukan gugatan cerai. Aku memang sangat mencintainya tapi aku enggak bisa hidup seperti ini. "Dok.. dokter.. dr.Ralin!!"   Ak
Read more
Bab 43 : Tanggung Jawab
Nazril Point Of View   Habis sholat maghrib gue masih berdiam diri di kantin rumah sakit. Gue bingung banget mau kemana, gue pengen banget pulang kerumah Mama Rani gue kangen banget sama Ralin tapi rasanya berat. Gue heran sama diri gue sendiri kenapa susah banget menurunkan ego. "Mau sampai kapan lo diem-dieman begini?" "Gue  enggak tahu Do!" "Bertahun-tahun gue kenal sama lo baru kali ini gue tahu lo itu gengsian. Enggak kasihan lo sama Ralin sejak kemarin lo nyuekin dia?" "Gue enggak nyuekin!" "Kenapa lo mendadak jadi kampret banget sih Gus? Kalau gue jadi Ralin ya sudah pasti bakal mikir macem-macem sama lo yang akrab lagi dengan mantan!" "Gue kerja kan? Lo lihat sendiri selama ini bagaimana sikap gue ke Lya, bagaimana gue selalu menghindar dari Lya!" "Iya gue yang lihat tapi bukan Ralin! Yang Ralin lihat itu adalah lo yang akrab lagi sama Lya, lo yang pingsan dijagain Lya dan lo y
Read more
Bab 44 : Ralin Kualat
Ralin Point Of View   "Tahu enggak Mas, karena terlalu banyak mikirin kamu dan Kak Lya kemarin aku mimpi kamu nikahin dia." "Mana bisa Lin? Kan enggak boleh nikahin kakak adik bersamaan!" Aku menenggelamkan wajahku di dadanya, sehabis shubuh kita kembali menarik selimut untuk sekedar mengobrol sebelum berangkat kerja. "Ya bisa saja orang cuma mimpi, tahu enggak aku tidur dimana pas mimpi itu?" "Di mana?" "Waktu kamu dipanggil ke depan itu buat nerima hadiah!" "Di aula? Pas banyak orang?" "Hehe, iya Mas! "Kamu duduk sampingan sama siapa? Kok bisa sih tidur di tempat umum begitu?" "Reza, Diah dan Putri. Aku sekarang jadi ngantukan banget Mas!" "Apaaaaa??? Reza lihat kamu tidur dong?" Ya ampun pagi-pagi sudah teriak mana lucu banget wajahnya. "Ya enggak tahu aku Mas orang tidur kan enggak sadar, tapi aku kan di tengah Putri sama Diah!"
Read more
Bab 45 : Ngidamnya Ralin
Ralin Point Of View   Aku merasa hari-hariku terlewati begitu cepat, kata orang kalau kita sedang bahagia waktu akan terasa lebih cepat kan? Itulah yang aku rasakan. Bulan lalu aku memutuskan untuk resign dari rumah sakit, sejak awal aku memaksakan diri tapi lama-kelamaan aku menikmati profesiku itu. Dan sekarang aku dihadapkan lagi dengan kebimbangan.  Mas Nazril tidak pernah memaksaku berhenti kerja, sudah aku bilang kan dia tipe suami yang super baik. Tapi dari situ aku tersadar bahwa aku mengorbankan banyak waktuku sebagi istri demi pekerjaan. Untuk keuangan, aku tidak akan pernah mempermasalahkannya, berapapun aku akan selalu bersyukur. Walaupun nantinya aku tidak akan lagi mendapatkan pemasukan sendiri, tapi sebagai gantinya aku punya banyak waktu untuk menjalani kewajiban sebagai seorang istri. Aku selalu kagum dengan wanita yang bekerja di luar sana yang juga bisa mengatur waktunya untuk keluarga. Mereka w
Read more
Bab 46 : Placenta Previa
"Seperti yang sudah saya sampaikan Ril, Placenta Previa. Memang dari waktu itu plasentanya tidak bergerak naik dan ini posisi anak kamu sungsang. Jadi ya kamu tau sendiri jalan satu-satunya adalah operasi!" Ujar dr. Farah. Ya Allah..... Gue menghela nafas panjang. Dalam keadaan kaya gini gue harus kuat karena gue yang paling bertanggung jawab mengambil keputusan. "Sekarang saya mau tanya sama kamu, mau di operasi di sini atau di tempat lain? Kalau operasi di sini bisa malam ini juga kita laksanakan asal semua persiapannya beres. Tapi saya kasih tahu dulu, ini tim yang akan ikut operasi." Dr. Farah menunjukkan nama-nama petugas yang akan mengoperasi Ralin. Gue beneran dilema ini. Astaghfirullah.... "Kalau diganti saya bagaimana Dok?" Dr. Farah tersenyum penuh arti. "Saya tahu kekhawatiran kamu, banyak kok yang menolak dioperasi teman sendiri karena mungkin malu begitu juga Ralin, dia pernah cerita sama sa
Read more
Bab 47 : Perjuangan
Gue masih mondar-mandir di depan ruang operasi, 5 menit yang lalu gue diusir sama dr. Alfaina keluar ruang operasi. Sejak Ralin mulai masuk gue sudah ikut sama dia, kasih dia dukungan tapi lama-kelamaan gue banyak omong jadilah gue diusir keluar dari kamar operasi. Ternyata bukan cuma Ralin yang jadi banyak omong kalau gugup, gue pun sama. Tadi gue gugup dan khawatir banget alhasil mulut gue enggak bisa diem.   Rencana operasinya mundur jadi sore hari karena harus menaikkan hb Ralin dulu dan sejak semalam dia harus berjuang melawan rasa sakit. Alhamdulillah selain Bude Nilna masih ada dua lagi pendonor dari Kang Madi dan saudara Mama Rani, jadi Ralin punya persedian 6 kantong darah. "Ril, duduklah! Tambah pusing Umi lihatnya!" Tegur Umi. "Iya Umi, gugup! Maaf!" "Ya semua juga gugup dan khawatir, kamu jangan bikin tambah puyeng!" Gue hanya nyengir, merasa bersalah. Saat ini gue ditemani mama dan umi, selain itu ada
Read more
Bab 48 : Pertemuan
Ralin Point Of View   Malam ini aku masih harus menahan diri untuk melihat anakku karena keadaan kami belum memungkinkan. Sejak dia lahir aku sama sekali belum bisa mennyentuhnya dan melihat wajahnya. Saat ini aku hanya tinggal berdua dengan Mas Nazril, dia masih tertidur. Kasihan sekali pasti capek banget sejak kemarin harus kesana kemari mengurusi aku. Mama, umi dan yang lainnya sudah pamit sejak tadi. Sebenarnya mama ingin tinggal tapi aku larang, beliau sejak kemarin juga banyak begadang menemani aku, mama orangnya enggak kuat kalau kurang tidur. Jika dipaksakan malah akan meriang berhari-hari. "Lin!" Aku menoleh ke arahnya, dia tersenyum lalu ke kamar mandi. "Aku sholat isya dulu ya!" Katanya setelah keluar dari kamar mandi. Sementara dia sholat aku sibuk membalas chat dari teman-teman yang mengucapkan selamat atas kelahiran anakku. Dan chat terbanyak datang dari Gisel, sejak kemarin dia terus
Read more
Bab 49 : Aqiqah
Hari ini di pesantren diadakan acara aqiqah anakku, tepat di hari ketujuh kelahirannya, Mas Nazril tetap menyembelih dua kambing walaupun anak kita masih di rumah sakit. Dua hari yang lalu alhamdulillah aku sudah boleh pulang dan setiap pagi aku selalu pergi ke rumah sakit mengantar ASI sekalian menjenguk Reyshaka. Acaranya hanya syukuran biasa dengan mengundang warga sekitar pesantren untuk ikut mendoakan anakku dan juga membagikan masakan aqiqahnya pada warga setempat. Karena hanya dua ekor kambing dan itu tidak mencukupi untuk warga pesantren, Mas Nazril membeli satu ekor sapi untuk disembelih dan dimasak untuk keluarga dan para santri. Sekali-kali menyenangkan hati para santri katanya, sebagai ucapan terimakasih juga karena selama ini para santri banyak membantu keluarga kita. "Lin, besok aku ada kerjaan ke Jakarta selama tiga hari." Kata Mas Nazril yang sibuk dengan laptopnya. "Berangkatnya hari ini Mas?" "Aaaaaa." Sebelum menjawab dia membuka mu
Read more
Bab 50 : Bukti
"Lin! Mama duluan ya! Enggak enak sama Tante Sinta dan keluarga!" "Ya sudah deh Ma, duluan saja sama Om Yuda nanti Ralin nyusul!" "Jangan lama-lama enggak enak kalau datangnya belakangan!" "Iya Ma!" Aku masih sibuk menyiapkan segala keperluan Reyshaka dan Mas Nazril. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Gisel dan Mahesa. Mama dan Om Yuda sudah pamit duluan, tadi di grup keluarga Bang Arkan bilang sudah mau jalan. Tapi lihatlah dua jagoanku, masih asyik bermain air di kamar mandi! "Mas!! Sudah belum mandinya? Yang lain sudah pada berangkat!" Teriakku dari luar kamar mandi. "Sebentar!!" "Dari 10 menit yang lalu kamu juga bilang sebentar!" Dia tidak menghiraukanku, malah asyik bermain dengan Reyshaka di kamar mandi, anaknya juga terdengar senang sekali bermain air, dia teriak-teriak dan tertawa. Kalau seperti ini sudah pasti akan terlambat, untung kemarin kita hadir di acara pemberkatan Gisel dan Mahesa jadinya kalau ha
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status