All Chapters of (A)Gus Nazril: Chapter 1 - Chapter 10
55 Chapters
Bab 1 : Namanya Agus?
Papa Calling... Aku memilih mendiamkan panggilan dari papa, ini sudah jam 8 malam dan barangkali itu sudah panggilan ke 10 dari beliau. Aku bukan lagi kabur-kaburan dari papa seperti anak remaja yang tidak dituruti kemauannya. Aku hanya sedang menghindari komunikasi dengan papa, aku tetap menyayanginya walaupun berkali-kali beliau menyakitiku, bagaimanapun dalam tubuhku tetap mengalir darahnya. Dan nama belakangnya masih melekat erat di namaku, Ralintang Maharani Nasution."Dok! hpnya bunyi!" Aku menoleh pada Putri seorang perawat yang malam ini jaga bersamaku. Aku hanya menggerakkan bahuku tanda aku tidak peduli, aku lebih memilih makan mi instanku."Untung pasiennya enggak lihat ya Dok! Kalau lihat kita makan mi instan, auto di semprot balik kita!" ujar Putri lagi sambil tertawa.Aku ikut tertawa, teringat beberapa saat yang lalu aku mengedukasi pasien yang masuk UGD karena mengeluh nyeri perut untuk tidak mengkonsumsi mi instan l
Read more
Bab 2 : Welcome To Our Party
~~~~~~~~ Apa sebutan yang cocok untuk orang yang menekuni suatu bidang tapi sebenarnya bukan itu yang selama ini dia inginkan?Selama kurang lebih 2 tahun setelah lulus aku bekerja di rumah sakit ini, salahku sejak awal karena memilih menjadi dokter. Tidak ada yang memaksaku hanya saja aku tidak punya pilihan lain selain menjadi dokter hanya agar papa melirikku.Aku tidak tahu apa yang salah dengan diriku sampai membuat papa seperti tidak menganggap kehadiranku. Aku tidak pernah menuntut hartanya yang banyak, aku tidak pernah meminta papa membayari pendidikanku sampai aku lulus dokter, aku tidak pernah meminta fasilitas yang selalu beliau berikan meskipun tidak pernah aku pakai.Aku hanya butuh satu pelukan dan tepukan di punggungku. Aku hanya butuh ucapan 'Papa bangga nak sama kamu' ketika aku berhasil, aku hanya butuh pelukan papa disaat aku sedih. Hanya perhatian yang aku butuhkan, bukan yang lain.Ironis ya, ketika banyak orang bi
Read more
Bab 3 : Bahagia Itu Sederhana
*****Bahagia itu sederhana.Sering kali kita dengar kalimat itu, tapi apakah benar bahagia itu bisa dengan mudah diraih? Sepertinya aku setuju.Nyatanya aku bisa tertawa bahagia bersama para pengasuh hanya dengan melihat tingkah anak-anak yang sangat polos dan lucu.Setelah 3 hari maraton jaga malam akhirnya aku bisa libur dua hari. Aku menghabiskan hari liburku ini dengan membantu para pengasuh mengurus anak-anak lucu ini.Bertahun-tahun aku kesepian hanya tinggal berdua dengan mama dan saat ini aku enggak perlu khawatir lagi karena kehadiran anak-anak ini. Di depan rumahku persis ada bangunan tinggi menjulang yang dijadikan sekolah TK dan PAUD juga daycare."Siapa yang tadi pagi sholat subuhnya enggak telat?" tanya Umi Nuri salah seorang guru PAUD."Ilyaaaaas!!" Bocah lucu di pangkuanku ini berteriak kencang sambil mengangkat tangannya tinggi."Alhamdulillah, Ilyas pinter. Istiqomah ya Nak! Hayo siapa lagi?"Dan anak
Read more
Bab 4 : Bertemu Mama
Aku memang biasa masak dan membawakan teman-temanku tapi entah kenapa belum pernah sesemangat ini menyiapkan makanan. Mungkin karena ada yang minta secara khusus, biasanya aku hanya asal bawa dan teman-teman dengan antusias menikmatinya.Kali ini aku masak nasi bakar, ikan bakar kecap, sambal kemangi dan tentunya satu kotak salad yang aku buatkan khusus untuk Mas Nazril. Ya bukannya ada apa-apa, selama ini tidak ada yang pernah request secara khusus jadi aku seperti dapat kehormatan sendiri begitu."Lin, besok turun jaga kan?""Iya Mam, kenapa?" jawabku sambil menata makanan yang sudah selesai aku masak."Temanin Mama ya, mau beli AC sama laptop. Tadi Mbak Asri kasih tau AC sama laptop di daycare rusak!""Oke Mama, siap!"Aku selesai menyiapkan makanan lalu memilih berbaring di sebelah mama yang masih sibuk dengan laptopnya."Mandi sana Lin, hampir maghrib ini!"Aku mencium pipi mama lalu b
Read more
Bab 5 : Sisi Terapuh
"Mama! Ralin lagi nyetir lho!" Protesku karena sejak tadi dari parkiran toko sampai dekat rumah topik bahasan mama hanya Mas Nazril."Ya Mama juga lihat kalau lagi nyetir. Baik banget ya teman kamu itu.""Hmm!""Seru ngobrol sama dia, untung tadi ada teman kamu kalau enggak pasti Mama milihnya sampai malam!" kata mama sambil tertawa geli, diam-diam aku juga bersyukur karena tadi mama dibantuin milih sama Mas Nazril. Kalau enggak, mungkin saat ini mama masih betah nangkring di sana.Dan aku beneran takjub sama mamaku sendiri, sejak awal aku ikut kasih pertimbangan milih laptop enggak pernah diterima sampai aku bosen. Nah giliran Mas Nazril yang kasih masukan terus kasih dua pilihan mama langsung pilih salah satunya tanpa pikir panjang. Sudah begitu dapat diskon lagi, katanya Mas Nazril punya voucher enggak kepakai."Kapan-kapan kalau Nazril jemput Ilyas suruh mampir ya!""Ya Mama bilang saja ke Bu Asri atau siapa, Ralin kan enggak setiap saat
Read more
Bab 6 : Salah Paham
Sehari sejak kejadian Mas Nazril melihatku menangis, aku sengaja ke UGD untuk melihat responnya. Seperti yang sudah-sudah, teman-temanku akan menjauh perlahan setelah mengetahui sisi terlemahku. Awalnya mereka akan selalu menghindar saat aku sajak makan atau kegiatan lainnya dengan alasan sibuk, kemudian lama-kelamaan mereka akan benar-benar menjauh dan menghilang.Malamnya aku sempat berdoa agar Mas Nazril adalah orang yang berbeda dengan teman-temanku dulu entah kenapa aku ingin sekali bisa menjadi temannya karena selama aku kenal dia, aku merasa dia adalah pendengar yang baik. Bukan berarti aku berharap mempunyai hubungan lebih, jujur hati kecilku juga ingin mempunyai sahabat untuk berbagi suka dan duka seperti kebanyakan orang tentunya selain mama dan Gisel.Tapi sepertinya Allah sudah kasih peringatan sejak awal, Mas Nazril benar-benar menghindariku seperti awal mulanya teman-temanku dulu meninggalkanku. Waktu aku masuk ke UGD dan menyapa Putr, Mas Nazril hanya te
Read more
Bab 7 : Dia Kembali
Ralin point of view. "Evaluasi Nadi!!" Teriakku pada Putri dan Teguh yang hanya terdiam."Dok!" Panggil Putri lirih sambil memegang lenganku. Aku tidak peduli, aku terus memompa jantung pasien.Walaupun Rasanya seluruh badanku sudah ingin menyerah, keringat sudah membasahi baju kerjaku tapi mendengar anak pasien yang terus memanggil ayahnya dari luar rasanya ada nyeri di hatiku. Aku melihat gambaran diriku waktu seusianya, menangis memanggil papa yang tak pernah pulang lagi ke rumah mama."Dokter!!" panggil Teguh agak keras. Aku tetap tidak peduli, aku yakin pasien ini akan bertahan."Kembalilah Pak, kembali!!! Kembali untuk anakmu!" Ucapku dengan nafas tersengal pada pasien yang tidak mungkin mendengar kata-kataku, aku masih terus memompa jantungnya tidak peduli air mataku yang terus mengalir."RALIN!!"Aku bahkan tidak peduli teriakan itu, aku tetap memompa jantung pasien. Pasien ini harus kembali, ana
Read more
Bab 8 : Menentang Rasa
"Jadi aku melewatkan banyak hal nih?"Gisel menyuarakan rasa penasarannya ketika aku selesai sholat shubuh. Semalam Gisel bilang kesini jam setengah 2 malam dan aku baru sadar kehadirannya satu jam kemudian. Aku benar-benar tidak tau lagi caranya bersyukur punya sahabat sebaik Gisel."Apaan?""Semalam siapa yang tidur di sofa?" tanyanya lagi sambil menyenggol lenganku."Hah? Memang siapa?""Semalam waktu aku sampai sini ada cowok yang tidur di sofa nemenin kamu! Tahu begitu aku enggak usah kesini saja, malah gangguin malam romantis kalian!""Jangan berlebihan deh Gis!""Beneran, terus dia denger aku datang langsung bangun. Tanya aku siapa, awalnya agak enggak percaya sama aku, terus aku tunjukkin pesan dari mama kamu, baru dia pamit pulang. Gentle banget sih Lin! Sumpah cocok banget kalian, dia muka bangun tidur saja gantengnya enggak luntur. Akhirnyaaaaa, Ralinku punya pacar!"Gisel terus nerocos sambil meme
Read more
Bab 9 : Lembaran Baru
Mas Nazril benar-benar menjemputku di minggu pagi ini, tapi kali ini aku lebih santai karena dia mengajak murid favoritku, Ilyas. Tadi dia juga meminta izin sama mama dan sepertinya mama sudah mengetahui rencana Mas Nazril sebelumnya."Ilyas memang enggak rewel kalau ikut tapi enggak sama bundanya?""Kamu mau kita berdua saja apa bagaimana ini maksudnya?""Alus benar buaya kalau ngomong!"Dia tertawa lebar lalu sebelah tangannya mengusap rambut Ilyas yang ada di pangkuanku."Ilyas sama saya lengket banget, asal dibawain susu aman dia. Malah dia yang nangis pengen ikut tadi, saya pikir kamu sudah tahu Ilyas dan enggak akan keberatan kalau dia ikut.""Sama sekali enggak Mas! Kangen sama anak ini, sudah lama saya enggak main ke sekolah!""Itu kamu yang kebangetan, di depan rumah doang enggak pernah main. Kalau saya pasti pilih jadi gurunya anak-anak atau jadi pengasuh sekalian!""Sebegitu sayangnya sama anak-anak!""Enggak
Read more
Bab 10 : Jailangkung
"Dok Ed, sahabatnya kemana sih?" Tanya Putri di tengah-tengah acara makan siang kita."Siapa? Si Agus?""Haha, iya Dok!""Oh, biasalah diajak kencan sama Profesor Danu." Jawab Mas Edo sambil melirikku, entah lirikan apa itu.Mas Nazril memang lagi ke Bangkok bersama Prof. Danu untuk menghadiri seminar kesehatan, terhitung sudah satu minggu sejak kita pergi ke rumah Pak Hadi. Senin malam dia berangkat. Sejak saat itu juga aku jadi intens bertukar pesan dengannya, hampir setiap hari."Kok dr. Nazril bisa dekat banget sih sama Prof. Danu?" Tanya Putri lagi, ini cewek kalau tanya harus sampai akarnya. Aku memilih menyimak obrolan mereka sambil menghabiskan soto favoritku."Dulu waktu kita koas, Nazril langganan dapet dampratan malah, tapi mungkin karena Prof. Danu sudah ngincer otakknya yang encer kali ya, nyatanya setelah selesai iship Si Agus langsung ditarik ke Jakarta sama Prof. Danu. Dia diminta kerja di rumah sakit besar di bidang peneliti
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status