Lahat ng Kabanata ng (A)Gus Nazril: Kabanata 31 - Kabanata 40
55 Kabanata
Bab 31 : Akad
Nazril Point Of View.   Setelah sholat subuh tadi gue sudah enggak bisa tidur lagi. Rasanya gini amat ya mau nikah? Lebih deg-degan daripada nunggu pengumuman kelulusan. Semalam gue dan seluruh keluarga sudah berada di hotel tempat acara. Meskipun kamar kita dalam satu lantai tapi gue belum ketemu Ralin sejak kemarin. Seminggu ini gue sengaja tidak menghubunginya, kata Mas Abimana sensasinya akan jauh berbeda. Gue coba saja, semoga semingguan enggak bertukar pesan dia enggak lupa sama gue. Ya enggak bakalan lah! Dia kan cinta banget sama gue! Satu jam kemudian gue sudah siap dan langsung menemui umi abi untuk minta restu mereka. Umi mencium keningku berulang kali, matanya sudah berkaca-kaca. "Jadi suami yang bisa mengayomi istri, ketika kamu mengucap ijab qabul berarti kamu sudah siap mengambil semua tanggung jawab akan hidup istri kamu." Ujar abi menasehati gue. Beberapa saat suasana haru menyelim
Magbasa pa
Bab 32 : Cinta Terbaik
Acara ngunduh mantu di pesantren tidak jauh beda seperti acara-acara sebelumnya. Hanya ada acara singkat dan alhamdulillah banyak keluarga kyai kenalan Abi yang berkenan datang dan memberikan doa untuk kami. Tapi acara kali ini agak sedikit lebih besar karena banyak tamu yang datang. Mungkin karena pernikahan gue adalah pernikahan terakhir dari generasi cucu simbah, itu berarti masih lama lagi pesantren akan punya hsajatan pernikahan, ya lihat saja keponakan gue masih pada piyik-piyik begitu.Tadi pagi-pagi sekali semua keluarga pulang, gue dan istri pulang ke rumah Mama Rani karena segala proses disiapkan di sana, mulai dari rias dan lain-lain. Gue sebenarnya enggak pengen ada acara besar di pesantren, cukup satu kali saja di hotel kemarin cuma kata umi nanti dikira gue anak pungut karena semua pernikahan cucu simbah diadakan acara serupa, ya sudah mengalah saja.Sore ini acara sudah selesai, tapi kesibukkan masih cukup padat di sini. Gue masih ngobrol bareng saudara-
Magbasa pa
Bab 33 : Komitmen
Ralin Point Of View.   "Itu Nazril kenapa Lin? Kok kaya lesu begitu?" Aku hanya tersenyum geli mendengar pertanyaan mama. Malu sama mama kalau harus kasih tahu alasanya. "Capek mungkin. Ralin ke kamar dulu ya Ma!" Aku bergegas menyusul Mas Nazril yang sudah naik ke kamar. Kita baru pulang dari jaga siang. Tapi sebelumnya aku belok ke dapur dulu untuk membuatkannya kopi hitam. Seminggu sudah aku menyandang status sebagai istri seorang Ahmad Nazril. Sejauh ini hanya bahagia dan senang yang aku rasakan. Mas Nazril sosok suami yang sangat baik untukku. Sudahlah ya enggak usah diceritain lagi bagaimana baiknya dia. Dia sedang mandi ketika aku masuk. Aku membereskan baju kotornya dan merapikan tempat tidur. "Ini kopinya Mas, aku gantian mandi ya!" Kataku saat dia keluar dari kamar mandi. "Jangan wangi-wangi mandinya!" Katanya dengan lesu. Aku merapatkan bibir menahan tawa dan segera masuk
Magbasa pa
Bab 34 : Cemburu
"Kok enggak diangkat Mas?" "Kalau sampai tiga kali baru aku angkat. Tengah malam gini ngapain hubungi suami orang, kalau darurat pasti telepon lagi." "Iya-iya Mas, enggak usah sambil nangis begitu jawabnya." Aku tertawa geli melihat ekspresinya, mungkin dia kira aku akan marah. "Aku khawatir kamu salah paham Lin, baru kita bahas eh sudah nongol saja orangnya." "Baru juga aku katakan kan Mas, aku percaya sama kamu!" "Kok kamu manis sih Lin??" "Idih, enggak jadi ah! Aku mau ke bawah dulu!" Obrolan kami terputus karena bunyi ponsel Mas Nazril dan lagi-lagi dari Kak Lya. "Telepon lagi tuh Mas!" "Kamu yang angkat saja!" Katanya sambil menyerahkan ponsel padaku. Dengan sedikit ragu aku mengangkat telepon Kak Lya. "Assalamualaikum!" "Waalaikumsalam, Ralin?" "Iya Kak, ada apa?" "Oh, maaf ganggu Lin malam-malam. Cuma mau kasih tahu teman seangkatan ada yang meninggal.
Magbasa pa
Bab 35 : Honeymoon
Siang ini aku mengantar umi dan abi menghadiri acara pernikahan saudara. Aku sendiri yang menyetir mobilnya, karena tadi malam Mas Nazril berangkat ke Singapura bersama Prof. Danu. "Kalau capek gantian Abi Lin!" Ucap Abi. "Enggak usah Bi, sudah dekat kan?" "Habis perempatan itu, kiri jalan." "Iya Bi!" "Besok jadi kamu nyusul Nazril?" Tanya umi. "Insyaallah Umi, mau kasih kejutan ceritanya." Besok pagi setelah turun jaga aku akan berangkat ke Singapura. Rencananya mau kasih kejutan untuk Mas Nazril, agak mendadak juga sih, kemarin aku iseng tanya sama Mas Edo bisa enggak tukar jadwal. Dan setelah tahu alasanku, dia malah dengan senang hati tukar jadwal denganku. Malahan lebih semangat dariku. "Jadi Nazril belum tahu Nak?" "Hehe belum Umi." "Wah pasti besar kepala itu anak!" Sahut abi. "Kayaknya tiap hari besar kepala itu anak kamu Mas!" "Giliran yang jelek-jelek anakku ya Rin!" Umi
Magbasa pa
Bab 36 : Garden By The Bay
Sore ini gue dan Ralin pindahan ke hotel yang menjadi paket honeymoon dari Prof. Danu. Gue merasa bibir gue kering banget karena sejak kedatangan Ralin tadi gue enggak bisa berhenti senyum. Indahnya hidup gue, alhamdulillah.Rasanya damai banget di sini berdua dengan Ralin, jauh dari Semarang jauh dari hiruk pikuk kerjaan. Dan yang pasti jauh dari Lya. Gue masih kepikiran dengan Lya, gue bukan mau kepedean atau apa. Tapi kalau boleh jujur gue khawatir banget dengan perasaan Ralin, entah kenapa gue merasa Lya dan Angga belum beres hubungannya, awas saja kalau mereka bikin gue repot lagi.Gue juga lagi kepikiran omongan Prof. Danu kemarin. Rumah sakit kita mendapat satu kehormatan katanya karena dipilih oleh salah satu pejabat tinggi BUMN yang mau operasi transplatasi ginjal. Operasinya akan melibatkan beberapa pihak kedokteran ginjal termasuk residen dan tim dari rumah sakit tempat gue dan Ralin kerja secara orang penting yang mau operasi, padahal menurut gue e
Magbasa pa
Bab 37 : Merlion Park
Malam kedua di Singapura hanya kita habiskan di kamar untuk istirahat karena seharian tadi gue dan Ralin mengunjungi banyak tempat wisata di sini. Banyak hal yang gue lakukan bersamanya dan tentunya banyak kebahagiaan yang kami rasakan.Saat ini, selepas selesai isya gue dan Ralin memilih menonton film. Gue tiduran di pangkuannya dan dia sibuk nonton sambil nyemil buah kesukaanya. Gue harus berbesar hati mengalah pada pilihan filmnya yang isinya cowok-cowok cantik yang hobi perawatan, gue harus cari tahu siapa yang meracuni pikiran Ralin sampai dia jadi suka nonton drama korea, padahal sebelumnya dia lebih suka hollywood."Eh Mas, video call orang rumah yuk! Bagaimana kabar Mbak Syifa, sudah lahir belum anaknya." "Iya ya, pakai hp kamu. Paketku habis!""Subhanallah, bagaimana ceritanya penjual pulsa sampai enggak punya paket data begitu?""Ya kemarin spam chat ke kamu, enggak ada balasan.""Haha, enggak usah lebay deh!"Ralin be
Magbasa pa
Bab 38 : Ulang Tahun
Tengah malam gue dan istri baru sampai rumah, sesuai rencana kita pulang ke pesantren. Rasanya badan ini pegel semua tapi rasa bahagia mampu mengalahkan rasa capeknya. Abi dan umi masih terjaga, seperti biasa umi sedang memijit abi di ruang tengah. Sepertinya Salma dan Bang Arkan belum pulang dari rumah sakit."Istirahat sana Lin, pasti capek dan ngantuk kan?" Ucap umi ketika kami berdua ikut duduk bersama mereka."Ralin saja nih yang disuruh istirahat, padahal Nazril yang paling capek lho Umi, enggak di pesawat enggak di taksi nahan orang tidur terus!""Haha Mas Nazril ih, malu-maluin! Enggak ikhlas?" Sahut Ralin."Ikhlas banget, cuma pegelnya tetep, kayaknya enak dipijit seperti abi.""Kamu mau minta pijit saja pakai muter-muter Ril!" Sahut abi."Hehe biar efek dramanya lebih terasa Bi!""Uripmu kok kakehan drama, Ril!" Ujar Umi."Ya sudah sana kalian istirahat, Abi sama Umi juga mau tidur." Titah umi."I
Magbasa pa
Bab 39 : Insecure
"Kamu kenapa sih Beb? Kok lesu banget kayaknya?" "Enggak apa-apa Gis! Lagi capek saja, banyak kerjaan." "Cerita deh sama aku, kamu pucet banget. Jangan-jangan lagi ngidam??" "Ngidam apaan Gis! belum!" "Terus??" Aku menarik nafas, Gisel memang enggak bisa dibohongi. "Aku lagi bingung banget ini Gis! Papa minta aku dan Mas Nazril tinggal di rumahnya walapun berapa hari sekali." "Masalahnya dimana? Enggak apa-apa kan cuma nginep doang." "Ya enggak tahu, rasanya enggak enak saja Gis di sana. Aku enggak mau ganggu keluarga papa." "Ya elah, kamu juga keluarganya kali Lin! Kamu khawatir sama Lya dan Nazril ya?" Aku hanya tersenyum, karena tebakan Gisel benar. "Kamu kenapa jadi enggak percaya sama Agus? Dia itu sudah mentok ke kamu, aku saja percaya sama dia." "Bukan begitu Gis, tapi bagaimana ya! Susah jelasinnya." "Kalau menurut aku, sesekali coba deh kamu menginap di sana. Siapa tahu hubungan
Magbasa pa
Bab 40 : Kejutan
Pagi harinya aku pulang bersama Mas Nazril, dia mendapat dispensasi libur satu hari karena pingsan kemarin, besok pagi dia harus kembali pulih karena besok adalah jadwal operasi. "Nanti siang aku harus ke rumah sakit lagi." Ucapnya ketika memasuki rumah. "Bukannya dapat libur sehari Mas?" "Iya tapi ada yang harus diselesaikan, enggak enak kalau harus limpahin semua tugas ke Mbak Wuri dan Edo." "Mereka pasti ngerti Mas, kamu lagi sakit kan?" "Habis operasi ini kita ambil cuti ya, biar bisa ganti waktu kita yang banyak tersita oleh persiapan operasi." "Aku bukannya protes karena waktumu lebih banyak untuk kerjaanmu Mas, cuma aku khawatir sama kesehatan kamu." "Iya Lin, Makasih. Tapi aku beneran harus kesana nanti siang." "Terserah kamu Mas!" "Lin!" Dia memegang tanganku. "Aku mau bantuin Bik Lasmi masak." Aku memilih turun ke dapur, menghindarinya sebentar. Aku takut terbawa perasaan dan membuat ak
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status