All Chapters of Imperfect Love: Chapter 101 - Chapter 110
126 Chapters
Cerewet
“Yakin pulang, ya?” Setelah membeli tiga buah ayam geprek seperti yang diminta Yasmen, Byakta masih saja mengajukan pertanyaan yang serupa. “Nggak mau minta beli makanan apa, gitu, Hun? Kamu, nggak pernah minta dicariin mangga muda, atau … rujak, yang asem-asem? Ngidak apa, kek, begitu? Masa’ nggak pernah minta yang aneh-aneh?”Sambil mengunyah ayam gepreknya, Yasmen menoleh heran pada Byakta. Yasmen menghabiskan makanan di mulutnya terlebih dahulu, barulah membalas ucapan sang suami. “Mas Bee itu kenapa, sih? Harusnya bersyukur aku nggak ngidam aneh-aneh. Emang mau, aku suruh beli rendang langsung ke Sumatra sana? Atau, aku minta beliin apel Malang, tapi harus langsung dari sana. Kalau nggak, aku mau minta coto Makassar tapi makannya harus di Sulawesi. Mau?”“Itu kelewatan namanya. Terlalu lebay.” Byakta jadi gemas sendiri dengan balasan Yasmen. “Maksudku … ya, sudahlah.”Sepertinya Yasmen benar. Bypangkuakta harusnya bersyukur karena sang istri tidak pernah ngidam yang aneh-aneh. Ia
Read more
Usulan Bira
“Sudah, Dok?” Sang dokter menghela dan sudah tidak heran lagi. Sama seperti pemeriksaan pertama Yasmen tempo hari, yang lebih heboh dan cerewet adalah kedua orang tua gadis itu, terutama Bira. Ini sudah keempat kalinya Bira bertanya dengan tidak sabar, mengenai jenis kelamin sang cucu yang sedari tadi tidak mau diajak bekerja sama. Sementara satu-satunya orang yang tetap anteng justru suami Yasmen. Pria itu hanya diam dan mendengarkan semua keributan yang dilakukan oleh kedua mertuanya. “Sebentar, ya, Pak.” Sang dokter lagi-lagi menghela. “Adek bayinya malu sepertinya,” ucapnya berusaha bercanda untuk mengusir ketegangan di dalam dirinya. Terkadang, memberi pelayanan pada pasien VVIP yang tidak sabaran seperti Bira, butuh kesabaran yang sangat luar biasa. “Gimana kalau kita istirahat lima menit?” usul Bira. “Sambil di sounding bayinya, biar malam ini kita bisa langsung tahu jenis kelaminya.” “Papi mesti, deh!” sambar Yasmen. “Nggak mau sabaran.” “Sama, kan, sama kamu?” balas B
Read more
Ngidam
“Hun?”Sejak keluar dari rumah sakit hingga sampai di rumah, Yasmen tidak terlalu banyak bicara. Sepanjang perjalanan pulang pun, gadis itu hanya membalas ucapan Byakta dengan kalimat yang pendek-pendek saja.“Apaaa?” jawab Yasmen dengan malas. Duduk di tepi ranjang, seraya melempar tasnya begitu saja. Yasmen merebahkan tubuh, lalu berbaring miring memunggungi Byakta.“Nggak enak badan?” Setelah meletakkan kunci mobil dan ponsel di nakas, Byakta segera duduk di samping Yasmen. Ia mengusap punggung gadis itu dengan perlahan, dan kembali berujar, “Dari tadi diam aja. Diajak papi mampir makan juga nggak mau. Kenapa?”“Aku mau anak cewek, Bee.” Yasmen berbalik perlahan, lalu membawa tangan Byakta ke pipinya. “Kayak Rara, sama anaknya Sila nanti. Kalau lahir, kan, bisa bareng-bareng juga mainnya.”“Memangnya kalau laki-laki, nggak bisa main bareng?”“Bisa. Tapi, kan …” Yasmen menghela pendek, sambil mengusap perutnya. “Beda, Bee.”“Gampanglah itu.”“Gampang gimana?”Byakta ikut menyentuh p
Read more
Dibagi Dua
Langkah Yasmen terhenti saat baru melewati pintu rumah. Mulai mencebik, terisak seraya memutar tubuh memeluk Byakta. “Nggak dapat gado-gadooo.” Satu tangan Byakta menutup pintu, dan satunya lagi mengusap punggung sang istri. Lebih baik seperti kemarin, tidak perlu ada acara ngidam, hingga tidak merepotkan seperti sekarang. “Besok, ya. Ini sudah malam, mana ada orang jual gado-gado. Kalau nasi goreng banyak.” “Mau gado-gado.” Suara Yasmen semakin lirih. Sesenggukan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan. “Entar anaknya ileran kalau nggak keturutan.” Byakta berdecak. Merasa heran karena Yasmen masih memercayai hal seperti itu. “Kata siapa?” “Kataku barusan.” “Semua bayi ileran, Hun.” Byakta kembali mengingat tingkah Rara yang suka memasukkan tangan ke dalam mulut mungilnya. Bila sudah begitu, maka daerah sekitar mulutnya pasti akan belepotan dengan air liur. Mengingat hal tersebut, Byakta jadi tidak sabar ingin melihat jagoannya segera lahir. “Tapi entar tambah ileran.” “N
Read more
Segaris Kabut
Cukup.Byakta ingin meneriakkan kata tersebut, tetapi tidak kunjung bisa terlontarkan dari mulutnya. Semakin ke sini, Byakta semakin pusing dengan permintaan Yasmen. Semua hal yang diminta sebenarnya masih ada dan terjangkau oleh mata. Akan tetapi, istrinya itu selalu meminta di waktu yang tidak tepat.Yasmen pernah menghubungi Byakta ketika ia sedang berada dalam rapat direksi penting bersama Bira. Istrinya itu meminta Byakta untuk membelikan makanan Korea, dan meminta dirinya mengantarkan sendiri ke rumah.Tahu begini, Byakta tidak pernah berharap istrinya itu akan ngidam sampai kapan pun.“Mau apa lagi sekarang?” Meskipun mengantuk, tetapi Byakta tetap mengusap punggung Yasmen yang belakangan ini sering mengeluh pegal.“Nyari asinan malam-malam begini di mana, ya, Bee?”Mulai lagi, kan. Di mana mau mencari asinan di jam sembilan malam seperti sekarang?“Ini sudah jam sembilan lebih, Hun.” Byakta harus mengatur intonasinya selunak mungkin, agar perasaan sensitif istrinya itu tidak t
Read more
Mau Dipeluk
“Duduklah, biar aku yang bikin susu.” Byakta mengambil alih wadah susu dari tangan Yasmen dan langsung membukanya. Ketika istrinya itu keluar kamar tanpa menoleh dengan intonasi bicara yang datar, Byakta paham ada satu hal yang sudah mengganggu perasaan Yasmen.“Aku bisa bikin sendiri.” Meskipun begitu, Yasmen hanya berdiam diri dan tidak mengambil kembali wadah susu dan gelas yang baru saja di ambil oleh Byakta. Yasmen justru mengerjap berulang kali, agar tidak ada air mata yang menitik di wajahnya.“Iya, aku tahu, tapi biar aku yang bikin malam ini,” ulang Byakta sudah menuangkan satu sendok susu ke dalam gelas. “Habis ini biar aku potongkan buahnya. Jadi kamu tinggal duduk manis, terus makan.”Yasmen mengangguk dalam diam. Ia pergi menuju sebuah sofa panjang, yang di letakkan di salah satu sisi dapur. Sejak Yasmen hobi menghabiskan harinya di dapur untuk memasak, ia meminta sofa panjang yang ada di ruang tamu agar dipindah ke dapur. Jadi, sambil menunggu gorengannya matang, Yasmen
Read more
Minta Macam-macam
Perasaan Yasmen bisa sedikit lebih lega setelah mendengar pernyataan sayang dari Byakta. Walaupun, Yasmen masih meyakini hati sang suami masih saja terpaut dengan kakak sepupunya. Secara nyata, Mai memang bukan ancaman karena Yasmen tahu wanita seperti apa kakak sepupunya itu. Namun, hal tersembunyi yang masih berada di dalam hati Byaktalah yang terkadang membuat Yasmen merasa kecil hati.“Bee …” Yasmen masuk ke kamar mereka di lantai bawah, tetapi tidak mendapati Byakta ada di sana. Hanya ada laptop terbuka yang tergeletak di tempat tidur, dan masih menyala. Mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, Yasmen akhirnya menyimpulkan suaminya saat ini sedang berada di dalam sana.Tiba-tiba saja, sebuah pikiran datang dan mengusik Yasmen saat melihat laptop Byakta di tempat tidur. Karena itu, Yasmen segera menghampiri dan membuka windows explorer baru dan mencari sebuah folder yang dulu pernah ia lihat dan buka.Namun, hingga beberapa saat Yasmen menyelidiki, folder yang dahulu penuh
Read more
Beli-beli
“Aku, juga mau stroller yang begini, tapi warnanya biru atau hijau buat cowok,” pinta Yasmen saat menyentuh sebuah stroller yang akan dihadiahkan pada Sila yang baru saja melahirkan bayi perempuan. Yasmen belum menjenguknya, karena menunggu hingga Sila pulang ke kediaman Sagara terlebih dahulu. Karena setiap bulan selalu datang ke rumah sakit untuk kontrol kandungan, Yasmen jadi bosan mencium aroma khas yang membuat perutnya mual.Yasmen hanya mual, tetapi tidak sampai muntah. Namun, hal itulah yang membuat dirinya enggan pergi ke rumah sakit, kecuali terpaksa.“Kenapa nggak bilang dari tadi?” Sudah sampai di depan kasir dan hendak membayar, barulah Yasmen mengutarakan keinginannya tersebut.“Tadi nggak pengen, tapi sekarang pengen,” jawabnya beralasan.Byakta menghela. Padahal, mereka menghabiskan waktu yang tidak sedikit ketika mencari sebuah stroller yang pas sesuai keinginan Yasmen. Kini, saat sudah dapat dan hendak pergi ke kediaman Sagara, gadis itu ingin membeli satu lagi untuk
Read more
Belum Capek
“Ada Rara.” Byakta menunjuk gadis kecil yang berada di gendongan Pras yang sore ini terlihat sangat rapi. Karena pria itu tidak memakai baju rumahan yang cenderung santai, maka Byakta menebak, Pras akan keluar bersama cucu kesayangannya tersebut. “Cepat banget besarnya.”“Itu artinya, Mas Bee sudah tambah tua.” Yasmen membuka sabuk pengaman, walau mobil Byakta masih berjalan pelan memasuki pekarangan kediaman Sagara. Melihat Rara ada bersama Pras, itu berarti di dalam sana juga ada Mai dan Raj yang sedang berkunjung.Sejenak, Yasmen menatap sang suami. Mengingat tidak ada lagi foto-foto Mai di dalam laptop Byakta, Yasmen setidaknya sudah bisa mempercayakan separuh hidupnya pada pria itu. Semoga saja, sosok Mai tidak hanya dihapus di laptop Byakta, tetapi juga dari hati serta pikiran pria itu.Ya, semoga saja.“Itu artinya, kamu sudah nikah sama orang tua,” balas Byakta lalu membelokkan roda empatnya dengan perlahan untuk parkir. Tidak ada mobil Raj ataupun Mai ada di pekarangan, Byakt
Read more
Kita, Keluarga
“Kalau Sila jahitannya banyak.”Mendengar Qai mengatakan hal tersebut, Yasmen jadi bergidik sendiri. Membayangkan dirinya berada di ruang persalinan dengan dokter dan perawat di sekitarnya. Belum lagi, dengan rasa sakit dari kontraksi sebelum persalinan berlangsung. Nyali Yasmen seketika ciut mendengarnya.“Disuruh jangan ngejan, tapi dia ngejan karena nggak kuat,” sambung Qai.Yasmen yang duduk di tepi ranjang di samping Sila, menoleh pelan pada Byakta yang duduk di sofa panjang bersama Qai. “Aku mau caesar aja, Bee. Nggak jadi normal.”“Mau operasi, mau normal, dua-duanya sama-sama ada resikonya,” kata Sinar yang duduk berseberangan dengan Yasmen. Bukan mau menakut-nakuti Yasmen, tetapi Sinar ingin memberi pandangan lain agar keponakannya itu bisa memikirkan semua hal dengan matang. “Jadi, pikirkan dulu baik-baik. Kalau memang mau operasi, mending cari tanggal cantik dulu. Kalau normal, kan, nggak bisa milih.”Yasmen mengernyit. Masih membayangkan bagaimana rasanya bila bagian inti
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status