Semua Bab Finding Nami ( INDONESIA ) : Bab 51 - Bab 60
147 Bab
51. Kembali ke Hawai
"Aku ingin menengok, Bunda, Yah. Doni bilang, Bunda sedang sakit."Dimas terdiam mendengar permohonan dari James. Sebenarnya Felicia tidak sakit karena penyakit. Namun karena rasa rindu kepada James setelah dua tahun Dimas mengusirnya. Bagaimanapun Felicia dari dulu sangat menyayangi James karena James adalah satu-satunya putra mereka. Namun untuk membuat James bisa menjalani kehidupan yang lebih baik. Terpaksa menggunakan cara kekerasan dengan cara mengusirnya supaya James cepat sadar dan tidak membuat mereka khawatir."Masuklah, temui ibumu. Selama dua tahun ini ibumu selalu bersedih karena kau tidak mau datang untuk mengunjunginya.""Tentu aku ingin mengunjunginya, aku hanya takut kalian tidak mau menemuiku."Dimas masih dengan ekspresi wajah yang sama. Dingin dan tak terbaca. "Kami belum memaafkanmu, tapi karena hari ini aku tidak tega melihat keadaan ibumu yang sakit. Aku izinkan kau untuk masuk ke dalam. Cepat masuk agar ibumu senang dan penyakitnya segera sembuh." Ternyata dug
Baca selengkapnya
52. Kecurigaan Patrick
Bibir James langsung tersenyum melihat Nami yang tertidur dengan tenang di ranjang. Ada kebahagiaan tersendiri melihat gadis itu tidur di dalam rumah sewanya. Langkah kaki James tidak bisa dikendalikan untuk mendekati Nami. Tangannya langsung mengelus rambut Nami yang panjang sebahu.'Lembut, halus, masih sama seperti dulu.' batin James. Namun kemudian sisi hatinya mencibir karena begitu mudahnya dia melupakan dendam yang harusnya dibalaskan.'Tahan James, tahan. Bagaimana bisa lo begitu mudahnya luluh.' umpat James dalam hatinya. Dan kini sisi liarnya keluar. Melihat Nami yang saat ini hanya memakai celana pendek sebatas paha atas. Kulit putihnya yang mulus terlihat menggoda sehingga James bergàirah untuk menyentuhnya. Hampir saja James menyentuh paha Nami jika ia tidak ingat kalau saat ini bukan waktu yang tepat untuk menyentuh Nami lebih jauh. Bisa-bisa Nami marah dan sulit untuk didekati oleh James.James meletakkan tas punggungnya di meja lalu mencuci tangan dan kembali ke ranjang
Baca selengkapnya
53. Semakin Dekat
"Aduh," Patrick mengadu kesakitan karena Nami mencubit perutnya."Jaga matamu, Patrick!" Aku tidak suka kalau kamu memandangku seperti itu." "Aku tidak memandangmu mesum. Aku hanya ….""Hanya apa?""Hanya … tidak ada, Nami, sungguh." ucap Patrick untuk menutupi pikiran mesumnya yang membayangkan tubuh mungil Nami, basah oleh keringat sehingga kaos yang dikenakannya mencetak bentuk tubuhnya. "Sekarang kamu ingin ke mana?" tanya Patrick yang mengikuti langkah Nami."Aku sudah berkata padamu, kan? Kalau aku ingin membeli sarapan untuk nenek.""Oh iya, aku lupa. Baiklah aku akan mengantarmu.""Tidak usah, kau meremehkanku, ya? Aku sudah tinggal lama di sini tapi kamu masih ingin mengantarku seperti anak kecil.""Pikiranmu tidak peka Nami, tawaranku itu hanyalah alasanku untuk berdekatan denganmu. Bagaimana kalau pagi ini kita kencan?" tanya Patrick konyol."Pikiran apa itu? Pagi-pagi kamu sudah membuatku kesal." keluh Nami."Hei, tunggu!" teriak Patrick yang ditinggalkan oleh Nami.'Sial
Baca selengkapnya
54. Apakah Kamu Sedang Jatuh Cinta?
"K-kak Oliver," Nami tergagap memanggil nama James.James menatap Nami dalam lalu menyingkirkan anakan rambutnya yang berada di dahinya. Gerakan tangannya begitu pelan dan jari-jarinya sempat menyentuh kulit wajahnya Nami. Jantung Nami seolah berhenti berdetak. Rasa asing yang menelusup di dadanya begitu menyiksa."Nami," James memegang dagu Nami lalu mendekatkan wajah mereka berdua. Suara jantung keduanya terdengar keras, saling bersahutan seperti irama sebuah lagu.Nami menutup kedua matanya. Kedua tangannya mengepal erat. Jantungnya semakin berdebar dan tubuhnya menegang. Suara deru napasnya juga terdengar jelas.Kali ini James sudah tidak tahan lagi, ia ingin mencium Nami. Melihat kepasrahan Nami membuat James semakin ingin melanjutkan niatnya. Bibir mungil Nami ingin segera dikulumnya.'Ya Tuhan, kenapa aku diam saja. Kenapa tubuh ini pasrah. Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku.' batin Nami yang tidak tahu dengan perasaannya yang begitu mudah jatuh ke dalam pesona James begi
Baca selengkapnya
55. Kau Mau Pergi Ke Mana?
"Pfft…." Nami menyemburkan spaghetti yang di mulutnya karena tebakan James hingga ke piring yang berisikan spaghetti."Maaf, aku tidak sengaja." Nami berusaha membersihkan bekas Spaghetti yang disemburkannya."Sebaiknya jangan dimakan, ganti dengan spaghetti yang baru." Nami segera berdiri dan panik ingin mengganti spaghetti yang berada di piring. Ia merasa tidak enak karena spaghetti yang sedang mereka nikmati terkena semburan mulutnya."Nami tenang, tenang lah. Tidak apa-apa, spaghetti ini masih bisa dimakan.""Tapi…." Nami menatap James dengan penasaran. Bolehkah dirinya berharap jika James menyukainya sehingga spaghetti yang tersembur oleh mulutnya tetap dimakan tanpa rasa jijik."Tambah lagi," James menyodorkan piringnya kepada Nami."Kak Oliver, Kakak …." Nami tidak sadar jika James sudah melahap habis spaghetti yang berada di piring."Aku masih lapar," James menjilat bibir bawahnya. Wajah Nami langsung memerah, seperti terbakar karena ulah James yang memesona."B-baiklah" Nami s
Baca selengkapnya
56. Kakak, Bilang Apa?
Nami terkejut karena melihat keberadaan James yang sudah berada di belakangnya."Aku sudah berdiri di sini dari tadi." James yang tidak sabar menunggu kedatangan Nami, memutuskan untuk mencari keberadaan gadis itu. James dari jauh mengamati Nami yang baru saja pulang dari pesta bersama neneknya. Ia sangat kecewa karena Nami mengingkari janjinya. Padahal Nami pulang ke rumah lebih awal. Namun tidak mau mengunjunginya. James menghabiskan waktunya di luar rumahnya Nami sambil memikirkan rencana berikutnya.Tidak disangka satu jam kemudian James melihat Nami keluar dari rumahnya. James diam-diam mengikuti Nami dari belakang. Ternyata Nami menuju ke rumahnya dan semua yang dikatakan Nami tadi didengar jelas oleh James. Tentu saja James merasa senang karena Nami sedang memikirkannya."Kak Oliver, kenapa kakak ada di luar?""Aku tidak bisa tidur sehingga mencari udara segar sambil menikmati pantai.""Oh," Nami lalu terdiam."Lalu kenapa kamu berada di luar?""A-aku hanya….""Nami kehabisan ka
Baca selengkapnya
57. Balas Dendam
"Nami," James tubuhnya menegang karena saat ini Nami membuka matanya sambil menatap James."A-aku," James kehilangan kata-kata. Seharusnya iya mengecek keadaan Nami. Apakah gadis itu benar-benar tidur atau pura-pura saja. Namun dengan cerobohnya iya mengatakan rahasia pentingnya."Kak Oliv, panggil Nami sekali lagi namun kemudian mata gadis itu tertutup lalu kepalanya jatuh di dadanya James. Jantung James berdetak lebih kencang dengan pelan-pelan ia menyentuh bahunya Nami sambil mengguncangnya pelan."Nami, Nami, kamu tidak tidur, kan?" tanya James yang merasa was-was."Nami," James meremas pundak Nami untuk menguji kesadaran gadis itu. Namun hanya suara embusan napas yang keluar dari mulutnya Nami yang sedikit terbuka.James seperti tidak percaya, baru saja dirinya sangat khawatir karena Nami bangun setelah mendengar pengakuan rahasianya. Namun sekarang gadis itu sudah terlelap dalam tidurnya bahkan tidak bisa dibangunkan. Mungkinkah Nami mempunyai kebiasaan seperti ini? Yang kalau s
Baca selengkapnya
58. Mimpi Buruk
"Tidak!" Nami berteriak keras hingga membangunkan James yang sedang tidur memeluknya."Nami, ada apa?" tanya James sambil mengerjapkan matanya."K-kak Oliv.""Tidurlah, di luar masih gelap." James merasa nyaman tidur memeluk Nami sehingga ia tidak sadar dengan perkataannya dan anehnya, Nami mengikuti kata-kata James untuk kembali tidur. Keduanya saling memeluk dengan nyaman hingga pagi menjelang.Pagi harinya James yang bangun terlebih dulu. Sedangkan Nami masih dengan nyaman tidur terlelap di pelukannya James. Bulu lentik mata Nami bergerak naik turun seiring dengan deru napasnya. James menatapnya dengan tatapan kagum. Entah sejak kapan, James merasa memiliki Nami. Ia menganggap gadis itu adalah miliknya dan Nami sudah menggenggam perasaannya.'Sial,' umpat James dalam hati karena sisi hati buruknya datang lagi mengingatkan ia untuk balas dendam.'Aku tidak mengingat apapun di masa laluku. Aku ingin mengingatnya, hidupku terasa hampa tanpa ingatan.' Kata-kata Nami teringang-ngiang d
Baca selengkapnya
59. Hilang
James terdiam. Ia berkonsetrasi mendengarkan cerita Nathalie selanjutnya."Kakak bilang, kita bertunangan dan aku meninggalkan kakak di Altar pada detik-detik terakhir waktu kita akan menikah." Nami mengeratkan tangannya di cangkir yang berisikan kopi."Mimpi itu sangat nyata dan hatiku terasa sesak saat mengingatnya.""I merasa ….""Nami," James langsung menggenggam tangan Nami. Ia tidak suka melihat Nami bersedih. Untuk sementara ini, James juga tidak ingin secepat ini ingatan gadis itu kembali."Itu hanya mimpi, mimpi buruk yang bisa dialami oleh semua orang termasuk aku. Jadi jangan kamu pikirkan. Itu semua tidak nyata, kita terpisah oleh jarak dan tidak saling mengenal semuanya. Tidak mungkin kita saling mengenal, ok?"Nami menatap wajah James. Kedua mata Nami terlihat sendu seperti menginginkan perlindungan."Ingat, itu adalah mimpi." tegas James."Tambah lagi, makan yang banyak. Aku tidak suka memeluk gadis kurus." "Kak Oliv!" Teriak Nami lalu menarik tangannya dari genggaman
Baca selengkapnya
60. Ancaman dari Amanda
"Kak Oliver," gumam Nami setelah dirinya menyembulkan kepalanya ke permukaan laut."Ya Tuhan, selamatkan Kak Oliver." Nami Berdo'a sambil menangisi James yang hilang dibawa gulungan ombak."Kak Oliver," Mata Nami terbelalak saat melihat tubuh seseorang mengambang tidak jauh dari dirinya berada. Ia segera berenang mendekati tubuh tersebut."Terima kasih, Tuhan." Nami mengucap syukur saat membalik tubuh tersebut yang ternyata adalah James. Ia segera menarik tubuh James lalu membaringkannya di atas papan surfing. Karena tidak kuat, Nami hanya bisa meletakkan separuh tubuh James di atas papan surfing. Nami segera mendorong papan surfing mengikuti ombak yang membawa mereka ke tepi pantai.Dengan sekuat tenaga, Nami menarik kedua tangan James untuk mencapai pantai. Namun Nami yang bertubuh kecil tidak kuat menarik tubuh James yang tinggi hingga Nami jatuh terduduk."Kak Oliver," karena terlalu khawatir, Nami lupa untuk meminta bantuan dari penjaga pantai. Ia tetap berusaha menarik tubuh Jam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status