Semua Bab Hello, My Second Husband: Bab 11 - Bab 20
57 Bab
Detik-detik Terbongkar
Demi Tuhan! Bisa-bisanya si Bagas dan gundiknya tak tahu tempat dan situasi. Gebby bahkan tak habis pikir kalau mereka akan seberani itu. "Please, kirimin ke aku foto yang udah kamu ambil tadi, Ann. Jangan disebarin, kamu gak tahu apa-apa tentang kehidupan Sinar,"Gebby mengajak Anjani ke teras agar tak ada seorang pun yang mendengarkan pembicaraan mereka. "Ini bahaya kalau kamu ikut-ikutan. Karir kamu sedang bagus-bagusnya loh," "Tapi Mbak, aku sayang sama mbak Sinar. Aku yang baru ketemu si kembar aja langsung dekat dan juga sayang sama mereka," kilah Anjani. Gadis itu bersikukuh tak memberikan ponselnya kepada Gebby. Siapa tahu kalau Anjani yang mempostingnya akan langsung viral dan Sinar tak perlu bersusah payah membeberkan kebusukan suaminya. Gebby juga tetap bersikukuh menjelaskan untung-ruginya bagi Anjani kalau menggugah apa yang baru saja dilihatnya. Ia harus memberi penjelasan masuk akal agar artisnya tidak ngotot dan bikin ker
Baca selengkapnya
Bertemu dengan Anak-anaknya Sinar
Satu hal yang paling diyakini oleh Sinar di dunia ini, keajaiban. Ya, ia harap akan menemukan keajaiban setelah badai berlalu. Strateginya selama ini akhirnya membuahkan hasil juga. Ia sudah memiliki data video, dokumen foto, rekaman, hasil dari sadap HP tersangka, saksi dari beberapa orang dan Sinar juga memiliki saksi lain seperti Anjani, Gebby dan juga Gina. Itu sudah lebih dari cukup bukan?Saat ini Sinar sedang menuju rumah Arya Sagara, pria yang sudah membantunya banyak hal dalam penyelidikan. Sayangnya Gebby tak bisa ikut lantaran ada kencan buta dengan barista idaman.Kenapa mendadak jadi nerveous gini sih menemui pria lajang? Sinar menepikan mobilnya persis di depan halaman rumah Arya. Ada motor di samping taman mini, ah motor itu motor yang pernah ia naiki saat dengan Arya beberapa hari yang lalu.  "Assalamu'alaikum," ucapnya sambil memegangi tasnya. Ia mencoba melirik ke sekitar, siapa tahu Arya sedang berada di luar rumahny
Baca selengkapnya
Harus Tahu Diri Dong!
Aksara menatap penuh ke arah Arya, pria jangkung yang turun dari motor besar itu membuatnya sedikit ketakutan. Baru pertama kali bocah dengan tas BoBoiBoy itu melihat teman bundanya. "Dia teman Bunda, Ara. Kenalin namanya Om Arya," ucap Sinar sambil menuntun Aksara untuk bersalaman dengan Arya.Sedangkan Aurora hanya diam saja dan mengambil sesuatu dari saku tasnya, ternyata gadis kecil itu mengeluarkan permen karet yang ia dapatkan dari Lintang, temannya. "Om Arya, ini permen buat Om. Tapi Om juga harus panggil aku princees, tadi kan Om panggil kak Aksa pangeran,"Tingkah polos Aurora sontak membuat Arya langsung menyunggingkan senyum selebar-lebarnya. Baru kali ini ia mendapatkan perlakuan manis dari anak kecil. "Wah, terima kasih permennya, Princess Aurora. Kamu sangat imut seperti nama kamu,"Aurora langsung menghamburkan diri ke pelukan Arya. Gadis kecil itu memang mudah dekat dengan orang lain. Aurora saja sering diajak Bagas bertemu dengan te
Baca selengkapnya
Sama-sama Lembur
Mendengar namanya dipanggil oleh Arya, Sinar langsung menoleh ke arah pria itu dengan tatapan penuh tanya, maksudnya apa?"Coba kamu tanya sama istriku, siapa tahu dia punya teman yang masih jomblo. Kamu itu harus punya pasangan, Ar, biar ada yang nemenin tidur. Iya kan, Yang?" Bagas menyentuh lengan Sinar dan membuat wanita itu hanya tersenyum kaku. Memangnya punya istri cuma dijadikan teman tidur doang, pikir Arya. "Aku sih sebenarnya ada pandangan buat nikah, cuma sekarang itu lebih ke perbaikan diri aja. Siapa tahu nanti kalau aku sudah punya istri aku nggak bisa jaga diri dan jaga pandangan aku pada wanita lain. Jaman sekarang kan banyak tuh yang katanya cinta tapi ternyata mendua," terang Arya. Mendadak suasananya langsung hening seketika, Sinar ingin tertawa terpingkal-pingkalnya karena pria yang jadi pengacaranya tengah mengejek suaminya dan juga Sariti. Bagus Arya, kamu pintar juga jadi partner kerja.Akhirnya mereka sibuk dengan piki
Baca selengkapnya
Bye-bye Pasangan Laknat!
Hari ini tepat semuanya akan berakhir. Sinar bahkan sudah menyiapkan beberapa tas yang berisi pakaian anak-anaknya. Ia pun juga sudah mengurusi segala hal seperti surat perceraian yang akan datang kepada Bagas setelah Sinar sampai di Jakarta. Bagas tak pernah tahu kalau ternyata istrinya memiliki segudang cara untuk membongkar kebusukannya bersama Sariti. Pagi-pagi sekali, wanita itu bangun lebih pagi dari biasanya dan bahkan menyiapkan sarapan. Sariti saja kaget majikannya sudah sibuk di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan menyapu halaman depan. Sinar sengaja melakukannya karena ingin memberikan waktu lebih lama kepada Bagas dan anak-anak seperti sarapan bersama dan mengobrol, membincangkan mengenai pentas seni yang dilakukan di sekolah PAUD si kembar. "Pagi, Mas. Mandi dulu gih, terus kita sarapan bareng,"ajak Sinar. Ia melirik ke arah pembantunya. "Sar,bangunin si kembar juga ya, entar m
Baca selengkapnya
Welcome Jakarta!
Bubar jalan, selesai, titik. Baginya hubungannya dengan Bagas memang sudah berakhir. Sudah lebih dari sepuluh menit pria yang masih menjadi suaminya meneleponnya berulang kali dan mengiriminya puluhan banyak pesan. Ia tahu pasti sekarang Bagas kelimpungan mencari keberadaannya yang sama sekali tak terdeteksi dan hilang kabar. Ia pun sudah menghilangkan nomornya dan membuangnya ke tempat sampah lalu memberi nomor baru lagi di dekat minimarket menuju perumahannya. "Bunda, ini di mana?" tanya Aksara sambil melihat ke arah bundanya juga Arya. Mereka memang sudah sampai dekat perumahan, baru saja keluar dari salah satu mall di Jakarta untuk membeli mainan dan boneka si kembar. "Kita akan bertemu kakek dan nenek, sayang!" Sinar berusaha memberikan alasan paling masuk akal agar anak-anaknya tak salah paham. "Yeay!" sahut Aurora riang. Dilihatnya Arya yang sudah mengeluarkan koper beserta tas Sinar. Setelah ini Arya mun
Baca selengkapnya
Kangen Sinar
Karena sudah larut, Sinar lebih memilih untuk berbaring dan menemani anak-anaknya. Ia cukup pusing memikirkan alasan apa yang paling masuk akal memberitahu anak-anaknya tentang tidak ikutnya Bagas ke Jakarta. Kalau untuk alasan kerja, Aksara jauh lebih peka dan teliti. Anak laki-laki itu memang selalu tahu apa yang dikerjakan ayahnya saat liburan. Ia tak langsung percaya pada sang bundanya mengenai sibuknya ayahnya di Bandung. Melihat Aksara dan Aurora sudah terlelap, Sinar pun pelan-pelan beranjak dari ranjang dan mencoba mencari udara segar. Ternyata ia belum terbiasa berpisah dari Bagas terlepas seperti apa kelakuan suaminya itu. "Kenapa belum tidur?" bahu Sinar ditepuk  pelan oleh papanya. Ia merasa sangat bersalah karena rumah tangganya harus hancur dan digulung waktu. "Tadi mau tidur, tapi kayaknya enggak bisa, Pa."Papa-anak itu pun masih saling diam. Sinar tahu betul bagaimana perasaan papanya sekarang, betapa kecewa
Baca selengkapnya
Aksara Akhirnya Tahu
Arya mencoba merapikan pita suaranya. Ia mana pernah berbicara pada anak-anak sebagai seorang ayah, nikah aja belum. Tapi demi si kembar, Arya akan mencoba menghibur Aurora dan Aksara menjadi ayah mereka semampunya. "Halo, Ara dan Ra." Kebetulan Arya tau panggilan kesayangan Bagas untuk putra-putrinya, Sinar sudah memberikan ponselnya pada gadis kecil yang setiap hari menagih di mana keberadaan sang ayah yang tidak ikut mereka liburan. [Ayah!] suara Aurora otomatis membuat relung hati Arya tercubit. Tega dan bodoh sekali Bagas menghianati si little girl yang menggemaskan hanya demi goyangan sang pembantu.  "Ayah lagi sibuk kerja, Ra. Maaf ya belum bisa datang," ia masih menekan tenggorokannya agar suara aslinya tak nampak di telepon. Mungkin Aurora saking kangennya dengan Bagas sampai tak peduli dengan suara yang biasa gadis kecil itu dengar.Beruntung sekali Aksara tidak menyerobot telepon dari Aurora, bocah laki-laki itu pasti
Baca selengkapnya
Cerdiknya Aksara
Satu hal yang diyakini Sinar, rumah tangganya akan diambang kehancuran, hanya tinggal menunggu waktu saja. Ia sudah sepasrah-pasrahnya karena bertahan pun percuma bukan?"Tahu gak, katanya kalau setelah bercerai kita bakalan makin laku. Makin banyaaak banget yang antri buat jadi pengganti, apalagi kamu menakjubkan Sinar, seperti namamu," puji Senja. "Cantik saja nggak cukup, buktinya aku tetap diduain.""Jangan pesimis gitu dong! Lagian sekarang posisi kamu kan gantung, tapi orang tua Bagas kayaknya udah tahu kamu minggat. Biarin mereka ke sini, biar sekalian jelas. Kalau perlu kamu bawa pengacara kamu biar makin heboh!"Kalau soal tahu atau tidak, Sinar belum yakin pasti. Karena sampai sekarang ia sama sekali belum menghubungi Bagaskara, pria yang sudah merobek hatinya secara keseluruhan. Ia memikirkan kemungkinan paling buruk, salah satunya mental si kembar. Ia tak ingin Aurora dan Aksara punya kenangan pahit. Ah, kenapa rumah tanggan
Baca selengkapnya
Detik-detik Pilihan Bagi Sinar
Ingin rasanya Arya langsung terbang ke Jakarta sekarang juga dan menemui Aksara langsung, menjelaskan kepada bocah laki-laki itu bahwa ia sangat merindukan Aksara, Aurora dan tentu yang paling utama adalah bundanya. "Aku harus jawab apa?" tanyanya lebih kepada diri sendiri. Gebby malahan ketawa dan malah menyeruput minumannya tanpa memberi saran kepada Arya. "Ya tinggal jawab aja, oke little boy, aku siap bantu kamu dan juga bunda. Salam buat bunda ya kangen gitu katanya."Arya langsung menyipitkan mata karena tahu kalau Gebby tengah menggodanya. "Jangan macem-macem deh Geb, aku bener-bener nggak tahu harus bilang apa. Dia itu masih kecil, masih piyik, aku takut kalau nanti balasanku malah membuatnya makin mikir yang nggak-nggak. Nanti dikira aku lagi yang ngomporin Aksara buat benci sama ayahnya.""Ayahnya kan emang patut dibenci, Ar. Ya meskipun status Bagas masih ayah, yang namanya salah harus tetap disalahkan, kan? Aksara itu anak yang pintar,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status