All Chapters of Love Sugar Daddy: Chapter 151 - Chapter 160
198 Chapters
151.Mertua dan Menantu
    Keributan yang dilakukan Andreas menggegerkan media, yang Joy lakukan tidak tanggung-tanggung. Seolah pemuda tersebut siap untuk menantang maut, juga segala konsekuensi dari amukan Andreas. Baik Zeroun juga Olivia yang melihat berita atas pembatalan kontrak secara sepihak tersebut menghela napas berat.     “Astaga, apa yang bocah bodoh itu lakukan?” keluh Olivia, “dasar anak nakal,” lanjutnya berdecak kesal. Wanita tua tersebut bangkit dari duduk lalu menuju ke arah jendela ruang perawatan. Menatap lurus ke arah bawah, dimana banyak petugas medis juga pengunjung berjalan hilir mudik.      “Kau terlalu mencemaskannya Olf, Aku percaya kepada Joy, dia pasti punya alasan tersendiri untuk melakukan hal tersebut. Kau tidak perlu khawatir,” kata Zeroun menerangkan. “Lagi pula pengamatannya lebih jeli dibandingkan kita, bukan,” lanjut Zeroun terkekeh.      “Kau benar, apa tidak bisa putra kita
Read more
152.Makan Malam
     Brak! Prang! Trang! Andreas menggebrak meja lalu, membaliknya hingga semua benda di atas meja berjatuhan. Sang istri dan juga putrinya memandang ke arah sang papa, saat ini mereka berada di ruang makan. Andreas yang hendak makan malam kembali meradang melihat saham perusahaan anjlok semakin berkurang. Hampir sebagian besar rekan bisnisnya menarik kembali investasi saham yang mereka tanam. Andreas mengacak-acak rambutnya sendiri. Sang istri juga Rosa, putrinya menatap kebingungan.      “Ada apa, Papa?” tanya Rosalind.      “Joy Zeroun itu sangat arogan, padahal sudah begitu lama aku bekerja sama dengan Zeroun tanpa kendala. Karena masalah kecil dia memutus kerja sama, sekarang sebagian besar investor menarik saham mereka,” decak Andreas berkacak pinggang.         “Kau pasti berbuat sesuatu sehingga mereka begitu,” keluh Nyonya Andreas menyilangkan tangan. &nb
Read more
153.Rencana Menggoda
     Malam telah larut, kediaman Zeroun nampak sepi, para pekerja pastilah sudah tidur atau mungkin mereka sibuk di ruang belakang. Stela dengan bahagia berjalan tanpa alas kaki menuju ke ruang kerja sang suami. Gadis tersebut menghela napas panjang nan berat, dia merapikan rambutnya, menyibakkan ke belakang. Malu sebenarnya, bagaimana tidak, wanita tersebut tengah mengenakan lingerie warna hitam. Lingerie lama yang pernah dia kenakan usai resepsi pernikahan. Mengingat masa lalu yang sebenarnya penuh dengan yah, cerita yang panjang tidak bisa dijabarkan dengan kata. Bahkan Stela sendiri entah dapat keberanian dari mana untuk melakukan hal memalukan tersebut. Pakaian yang begitu sexy, dia kenakan, gila. Memang gila akan tetapi sudah kepalang tanggung. Saat ini Stela berada tepat di depan pintu ruang kerja Axelle.      “Baiklah Stela, persiapkan dirimu baik-baik,” kata wanita itu sedikit menarik ke bawah mantel lingerie itu hingga meloro
Read more
154.Menggoda Suami
     Stela menatap lekat wajah gagah Axelle yang tepat berada di atasnya. Wajah yang sangat mempesona, bukankah sebuah anugerah dia dapat bersua dengan sang suami. Masa yang telah lalu ketika dirinya masih berusia sembilan belas tahun, dimana harapan, masa depan masih terlihat gemilang, Stela bukan gadis yang pandai secara akademik, akan tetapi dia memiliki kelebihan lain sejak menginjak usia tujuh belas tahun, dia menekuni hobinya menjadi seorang author komik. Ada beberapa karya berseri yang sudah dia terbitkan. Semua berjalan lancar berkat bantuan Arsen, kepala editor yang dulu menanganinya, juga seorang kawan baik setelah Mirza. Dari penghasilan tersebut Stela mampu berdiri sendiri dengan uang hasil keringatnya. Gadis malang yang harus menjadi asisten rumah tangga di kediaman papa kandungnya, jika mengingat itu Stela pun sedih. Akan tetapi, dia sadar benar apa yang dilakukan Zayn tidak lebih dari melindungi sang putri kecilnya. Kematian sang bunda karena kecel
Read more
155.Lingerie Hitam
      Remang lampu cahaya kamar menyala, ditambah sorot cahaya rembulan yang masuk lewat ventilasi udara juga jendela kaca. Hembusan angin malam menyapa mesra, memberikan sensasi tersendiri bagi kedua insan yang masih bergumul di atas ranjang. Hawa panas menjalar ke seluruh tubuh siring sentuhan-sentuhan tangan yang menjamah semakin intens. Gorden jendela warna putih berkelebat tersapu angin, dimana dua jendela kamar tidak ditutup dan dibiarkan terbuka. Beberapa saat yang lalu ketika Axelle berada di kamar mandi, Stela masuk dengan pakaian yang membuat jiwa lelakinya semakin memuncak. Ibarat korban yang masuk ke dalam kandang pemangsa dengan suka rela. Axelle meraih tubuh Stela, mencium setiap inci lekuk tubuh berbalut lingerie warna hitam. Desahan yang lolos dari bibir Stela membuat Axelle semakin menggila.      Tubuh mungil Stela menggeliat, menerima perlakuan Axelle, gelayar aneh menjalar seluruh tubuh yang mulai memanas. Rasanya sungguh
Read more
156. Semoga
    Langkah kaki Axelle pelan menuruni tangga namun, dia berubah waspada ketika mendengar suara. Bedebum! Suara benda jatuh di area belakang. Axelle, melangkah lebih cepat namun, tetap waspada. Lelaki itu mengendap-endap masuk ke arah dapur, memperhatikan dengan seksama bayangan hitam, berdiri di dekat kompor. Axelle bernapas lega, rupanya Joy yang sedang berada di dapur tengah membuat secangkir kopi. Harum semerbak menguar ke segala penjuru ruang. Axelle berkacak pinggang dan tersenyum dengan kepala menggeleng.      “Apa yang kau lakukan disini malam-malam?” tanya Axelle.      “Hai, Kak,” sapa Joy, “aku sedang mandi,” seloroh Joy lalu tertawa kecil melihat sang kakak nyengir. “Tentu saja aku membuat kopi, Kak,” kata Joy kemudian.      “Tadi kau bilang akan ke club malam milik Zayn bersama Roland,” kata Axelle meraih satu gelas panjang.      “Ah, tadi asiste
Read more
157. Siapa Sebenarnya?
    Lily sudah menghabiskan beberapa bungkus Cheetos yang entah dari mana dia ambil. Saat Joy sudah menyelesaikan pekerjaan, menutup laptop lalu menatap ke arah gadis tersebut. Joy melebarkan mata, melihat meja penuh berisi bungkus Cheetos, juga beberapa kaleng soft drink. Dia menatap ke arah Lily yang tengah meneguk minumannya. Tanpa risih sedikit pun Lily menatap Joy yang masih melongo.     “Tubuhmu kerdil tapi kau banyak makan, tidak takut berat badan naik?” tanya Joy menatap pipi dan bibir Lily yang terdapat remah-remah.     “Saya bukan kerdil,” desis Lily memanyunkan bibir.      Lily mengangkat tangan hendak mengelap bibir, Joy menampik tangan tersebut, dia lalu menarik box tisue di tengah meja menyerahkan kepada Lily. Gadis muda itu tersenyum kemudian mengambil tisue untuk mengelap mulut. Joy menatap wanita di dekatnya itu lalu terkekeh kecil.     “Tuan Muda sudah se
Read more
158.Menghangatkan
    Axelle keluar dari kamar mandi untuk dengan mengenakan handuk kimono. Rambutnya basah kuyup pertanda lelaki tersebut baru usai mandi. Dia mengernyitkan kening, melihat ranjang kosong. Ada kekhawatiran langsung menyergap hati. Lelaki tersebut mengedarkan pandang, dia menggigit bibir lalu bernapas lega kala melihat bayangan Stela nampak di depan pintu jendela balkon, tertutup gorden. Axelle melangkah mendekat ke arah balkon. Tirai warna putih itu berkelebat tertiup angin, menutup wajah Axelle. Lelaki tersebut, menyibakkan tirai di wajahnya, terlihat Stela berdiri dengan kepala mendongak ke atas, tubuhnya bak terguyur cahaya rembulan, pemandangan eksotis, yang membuat Axelle tertawan.     “Apa yang kau lakukan disini, Sayang?” tanya Axelle memeluk sang istri dari belakang. Axelle menyusupkan kepala ke ceruk leher bagian kanan sang istri, mengecup lembut.     “Menatap rembulan, bukankah indah, Mas,” ujar Stela. &nb
Read more
159. Ingin
   Andreas berdiri di depan gedung perkantoran milik Zeroun Grup. Dia tersenyum ketika melihat Axelle berjalan menaiki tangga. Lelaki tua tersebut lalu melangkah mendekati Axelle. Axelle tidak terkejut dengan kehadiran Andreas juga Arsen di kantornya. Entah apa yang hendak kedua orang tersebut lakukan, lelaki tersebut membalas senyum ketika Arsen tersenyum.      “Hai, adik ipar,” sapa Arsen melambaikan tangan.      Senyum Axelle menghilang ketika mendengar Arsen memanggilnya ‘adik ipar’ terdengar aneh dan tidak terbiasa. Arsen memang kakak iparnya namun, melihat lagi, mengingat, membuat dia bingung bagaimana harus bersikap. Harga dirinya terluka dipermainkan seorang yang baginya ‘bocah kecil’ Arsen menghela napas berat lalu menatap kedua orang di hadapannya. Arsen masih terlihat tengil sedangkan lelaki tua yang berdiri di belakangnya nampak angkuh, tatapannya enggan.      “Kenapa kalian ber
Read more
160.Wanita itu!
    Beberapa orang berjajar di depan emperan sebuah toko, ada penjual minuman, membeli penyegar tenggorokan di kala siang yang panas tidak terkira. Belakang penjual minuman tenda tersebut ada sebuah bangunan toko bunga, di sana Stela sekarang berada, di dalam toko bunga bersama Lily melihat bunga-bunga indah bermekaran. Seorang wanita berpakaian sexy dengan dress scuba warna merah lengan sabrina. Wanita tersebut memperhatikan Stela dari seberang jalan, di dalam sebuah mobil warna hitam. Setelah beberapa saat, dia keluar mobil, mengenakan kacamata hitam, menyeberang jalan, langkahnya tegap dengan kepala sedikit mendongak ke atas. Wanita itu masuk ke dalam toko, berhenti di belakang Stela juga Lily yang tertawa girang mengamati beberapa tanaman bunga dalam pot yang terlihat segar.      “Kau Stela, bukan?” tanya wanita tadi.      Stela menoleh lalu menatap wanita tersebut, matanya melebar dengan mulut melongo memben
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status