All Chapters of Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin: Chapter 21 - Chapter 30
41 Chapters
Chapter 21
   Pov Arya. Sudah cukup, Dita terlalu menginjak harga diriku. Mentang-mentang dia anak CEO tempat aku bekerja, dia berlaku semena-mena. Setelah rumah dia jual, mobil di ambil, sekarang aku dipecat dengan tidak hormat. Sepertinya dia murka saat tahu aku mendatangi Alif. menurutku perempuan itu akan kalah kalau bicara soal anak. Karena itu aku mendatangi Alif dan sedikit memberikan penjelasan padanya, yang menurut Dita aku meracuni pikiran anakku sendiri.  Ternyata Dita beda, dia bisa mengatasi semuanya. Tak pakai kekerasan, tak pakai otot, dan hanya mengandalkan otak. Tapi, aku yakin dia tak akan menceraikanku, toh dia cuma minta cerai sekali, setelah itu dia masih saja berbaik hati untuk memperkerjakan, aku dan Fitri. Walau serasa jadi budak, karena tugas yang diberikan si botak ga ada habisnya. Menyesal iya, tapi kesal juga sangat. Setelah ini entah apala
Read more
Chapter 22
   Setelah seminggu dirumah, Alif kembali ke Pondok, kali ini Papa dan Om Binsar juga ikut, sekalian refreshing katanya. Kami hanya mengantarkan tanpa berlama-lama, karena besoknya adalah hari Senin, hari memulai semangat baru. "Dit, bagaimana hubungan kau dengan Haris?" tanya Om Binsar yang tengah membawa laju mobil kembali ke Jakarta. "Hubungan apa, Om?" tanyaku. "Yaah, macam tak tau nya kau itu!"  Aku menatap ke arah jendela, apa perlu aku sampaikan kepada Om Binsar apa yang waktu itu aku lihat di kantor Haris. Tapi Om Binsar orangnya serem, kalau suka ya suka. Kalau benci langsung dikata, tak ada pencitraan dalam kamusnya.  "Kami hanya sebatas hubungan kerja aja Om, seperti yang Om tahulah, dia bantu aku. Aku bayar jasanya, udah itu aja!" "Tak ada rasa sedikit pun rupanya kau? H
Read more
Chapter 23
 Fitri terus saja meronta-ronta ingin menghajarku. "Kalau tau kamu wanita kejam! Tak akan Sudi aku menjadi madumu, Mbak!" teriaknya."Kamu kira aku Sudi juga menjadi madumu?gak ada yang minta kamu jadi maduku, kamu aja wanita yang gila harta sampe mau mencuri suami orang demi menjadi kaya dalam sekejap mata! Mimpi kamu terlalu tinggi! Bangun! Dunia tak semudah itu. Sekarang aku serahkan lelaki ini sepenuhnya untuk mu! ambil!" ucapku santai.Fitri meronta hebat, pegangan Mas Arya terlepas dari tangan Fitri. Perempuan itu dengan cepat hendak menjambak kerudung yang aku kenakan. Aku tak tinggal diam, dengan cepat juga aku menahan tangannya dan memelintir ke belakang."Aduuh duh Mbak, sakit... sakit Mbak, Sial*n kamu Mbak!", teriaknya.Sekarang posisiku ada dibelakang Fitri, mengunci gerakan tangan nya. Sekali gerakan lagi saja, tangan ini bisa saja patah yang akan membuat si empunya meraung kesakitan."Dita..Dita! tolon
Read more
Chapter 24
   "Dit, habis masa Iddah buru-buru lah kau cari suami lagi, kasian aku nengok kau, urus sendiri usaha Papa kau ini. Tapi cari yang benar-benar amanah, ga kayak kemarin. Baru nebeng kaya sama bini saja sudah betingkah pulak!"  Aku hanya tersenyum getir menanggapi Om Binsar. Saat ini kami sedang diperjalanan menuju Hotel Grand Heimat, ada pertemuan dengan beberapa kolega.  "Tenang Om, ga akan lama ponakan Om ini jomblo, percayalah." Kataku percaya diri, padahal aku sendiri sebenarnya tak tenang, bukan karena status jombloku. Tapi dengan pertanyaan yang selalu ditanyakan tak hanya oleh Om Binsar, tapi beberapa teman juga kolega, rata-rata menyodorkan calon untukku, aduh! Sementara aku tak tahu bagaimana dan dimana nanti hati ini akan berlabuh. Reza? haaa bisa jadi, eh. "Haris? gimana? belum klik hati kau sama dia? tampan kutengok," ujar Om Binsar.
Read more
Chapter 25
Pov RezaBagaimana tak bahagia, sekian tahun akhirnya aku kembali ke Jakarta. Akan bertemu pujaan hati yang belum sempat aku utarakan cinta ini padanya.Aku pulang kampung karena Bapak meninggal, dan dijalan ponselku dicopet. Semua nomor hilang, termasuk nomor gadis itu. Gadis unik, cantik, mandiri dan terkesan cuek. Farahdita Ayu Maharani, namanya. Sekian tahun aku menahan rindu. Karena aku harus merawat Ibu yang sudah tua dan sakit-sakitan. Aku meninggalkan semua harapan dan cita-citaku demi, Ibu.Untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak, Ibu meninggal. Aku seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Menahan sendiri lara, karena saudaraku satu-satunya Mbak Hana, sudah punya kehidupan sendiri diujung Indonesia sana. Di Papua dia juga bekerja sebagai tenaga medis. Hingga saat Ibu meninggalpun dia hanya bisa menangis dari jauh. Karena sulit nya akses untuk keluar."Mbak, doakan dari jauh saja Za," isaknya saat itu.Kini, aku kembali. Mencari jejak-jejak cinta masa lalu yang
Read more
Bab 26
Dengan hati berdebar aku mengetik pesan itu untuk Dita, pesan yang menyatakan bahwa aku akan menemui Papa nya dalam 3 bulan lagi, setelah masa Iddah nya selesai.Pesan itu sudah dibaca, tapi tak kunjung dibalas. Hatiku resah, Ya Allah semoga jawaban dari Dita adalah jawaban terbaik setelah selama ini aku melangitkan do'a.Ting!Pesan dari Dita masuk, senyumku sedikitmemudar. Bukan penolakan bukan juga diterima. Aku harus sabar menunggu. Dita ada benarnya juga, mungkin jarak yang memisahkan akan menumbuhkan rasa rindu.Aku menyanggupi permintaannya. "Pa, maafkan saya. Mulai besok saya tak bisa menemani Papa, nanti akan saya minta Dokter Via merawat Papa, selama saya tak ada. Beberapa bulan ini saya akan mengajukan cuti dan akan ke tempat Kakak diPapua sana."Wajah Papa Adi, terlihat kaget."Lho ada apa? kok mendadak begini?"Aku akhirnya menceritakan semuanya kepada beliau. Walau terlihat agak berat, Papa akhirnya setuju.Aku terbang menuju Papua, dan menempuh perjalanan yang lumayan
Read more
Bab 27
Acara reuni itu terlihat sangat meriah, semua alumni datang dengan membawa anggota nya masing-masing. Aku mencoba mencari keberadaan Dita. Yap! sesuai rencana Dita duduk dimeja paling depan bersama Papa nya. Perlahan aku menyelinap ke balik panggung dan menyampaikan rencanaku yang sudah kuatur sedemikian rupa dengan Papa dan Mia. Mia mulai naik ke atas panggung. "Perhatian...! Perhatian gaes! Ada sesuatu yang super super duper pentiiing yang akan kita saksikan bersama pada momen acara reuni kita kali ini...!" Suara Mia memecah kehebohan malam itu, suasana mendadadak senyap. Semua mata tertuju pada Mia. Jantungku seakan bertalu-talu, oh My jangan sampai demam panggung, dokter manapun akan sulit mengobati nya. Apalagi aku juga seorang dokter, huuuh haaah aku menarik nafas dalam dan melepaskan pelan, tenaaang tenaang Reza, ini baru sesi lamaran, bukan malam pertama, ups! "Tak perlu berlama-lama, kita panggil kan Pak dokter kita, sahabat pemalu yang kadang malu-maluin hahaha," suara
Read more
Bab 28
"Bismillah..." bisik Dita yang masih terdengar jelas olehku. "Suatu kehormatan bagi saya pribadi, mendapat kejutan ini. Jujur tak pernah menyangka Dokter Reza yang telah menjadi sahabat saya dari jaman kuliah dulu, senekat ini bicara di panggung. Untuk itu saya akan menjawab permintaan Dokter Reza tadi dan jawaban saya...mohon maaf..."Dita menarik nafas dalam-dalam. Semua terdiam, mata terfokus pada satu arah. Keringat dingin mulai bercucuran, apalagi Dita terdiam lama sambil memegang cicin yang sedari tadi dia mainkan. " Mohon maaf, saya tak bisa untuk menolak, Bismillah saya bersedia!" Dita tertunduk wajahnya merona, dan aku? rasa nya ingin memeluknya Sekarang juga, Astaghfirullah.. Dita memamerkan cincin yang ada dijari manis nya. Ya Allah, bukankah itu cincin yang aku beli untuk nya waktu itu, saat kami masih sama-sama kuliah. Bahkan harganya saja tak lebih mahal dari harga lipstik yang Dita pakai. Ya ampun, aku terhura eh terharu. Dita memakainya, berarti.... Suara tepuk ta
Read more
Bab 29
Aku resah, pesanku untuk Reza belum dibaca, apalagi dibalas. Walau waktu tunggu masih ada 2 bulan lagi. Tapi aku ingin memberikan kejutan pada Papa, dengan menjawab permintaan Reza sekarang juga. Papa seperti kehilangan semangat sejak kepergian laki-laki gagah itu. Sebegitunya kah Papa pada Reza.Hingga acara reuni dilaksanakan pun, tak ada tanda-tanda dari Reza akan hadir disanaAku membuka sebuah kotak yang masih kusimpan rapi. Kubuka dan sebuah cincin pemberian Reza terlihat masih ada disana. cincin yang dulu membuat hatiku berbunga-bunga dan patah secara bersamAku kira Reza akan langsung melamarku setelah kami lulus kuliah, nyatanya dia menghilangkan dalam waktu lama, dan kembali lagi saat aku tak lagi bisa menghadiahkan hal istimewa dalam hidupku untukny"Nak, sudah rapi?" Papa menatapku dari balik pintu yang sudah terbuk"Sudah Pa," Aku memakai cincin itu, entah kenapa aku ingin dia datang hari ini. Walau sekedar melihat wajahnya saja. Ternyata hati ini masih sama, seperti saat
Read more
Bab 30
"Eh, Mbak masih siang udah nempel-nempel aja!" kata Fitri.Aku cuek aja."Udah ga sabar Fit, habis ini nikahnya resmi, ga kaleng-kaleng apalagi ngumpet-ngumpet kek pejabat yang korupsi," kataku, sambil terus mepet-mepet ke lengan Mas Reza.Mas Reza menyambut hangat bahkan mencium puncak kepalaku, mesra. Bwang, ini cuma akting plis jangan berlebihan, nyetrum tau ga!"Hayo, Dek kita pulang!" Mas Arya tampak kepanasan, apa perlu musik di pernikahan ini diganti jadi 'Hareudang... Hareudang... herudang...Vanassszzz vanazzzzz...." Ga mau ah, Mas! aku belum makan! belum minta besek juga sama Mbak Dita, bagaimanapun kamu kan berhak mendapatkan besek Mas."Mas Reza menatapku, satu alisnya terangkat. Aku hanya mengangkat bahu aja, dari pada angkat kaki, rugi dong, mending di Pitung ini aja aku angkat dan buang ke kali."Apaan sih kamu, malu-maluin aja!" bentak Mas Arya sambil memegang tangan Fitri."Mas, setop! kalau gitu ijinkan aku minta suatu permintaan sama Mbak Dita?" katanya sambil me
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status