Semua Bab Terpikat Pesona Dokter Hot: Bab 31 - Bab 40
51 Bab
Bab 30
 Anggie memutuskan kembali ke tempat calon rumah barunya dengan Gibran atas usul Kayla. Mereka berencana menyelidiki dalang dibalik dua orang penjahat yang dibayar untuk menculiknya dan hal itu dimulai dengan sesuatu yang sudah direncanakan dan disusun sedemikian rapih oleh keduanya.“Rumahmu indah juga, ya, Anggie. Menarik dan seperti yang kamu impikan,” komentar Kayla begitu keduanya memasuki pekarangan halaman rumah.“Jangan bahas hal itu dulu. Nanti saja. Sekarang yang perlu dilakukan adalah menjalankan rencana kita membuat Mas Gib-gib percaya bahwa memang ada orang yang berniat menculikku,” kata Anggie dengan serius dan Kayla tentu saja menganggukinya.“Baiklah. Kalau begitu sekarang mari kita cek ke dalam, siapa tahu ada petunjuk,” jawab Kayla lantas membuat Anggie segera mengiringnya masuk.Kayla mengerutkan dahinya dan kemudian menatap tidak percaya Anggie ketika ia melihat bekas kecerobohan. “Kamu tidak mengunci pintu rumah ini saat pergi tadi?”
Baca selengkapnya
Bab 31
Gibran mengiring Anggie ke kamar mereka kemudian mendudukkannya di atas tempat tidur. Tangisannya semakin menjadi disertai sesenggukan, padahal sebelumnya Anggie tidaklah separah demikian. Membuat Gibran merasa sedikit kewalahan mendengarnya meskipun masih sabar dengan setia mengelusi kepala Anggie sambil merangkulnya.“Udah, ya, Nggie ... kan Mas Gib-gib sudah janji untuk menghajar penjahat yang ingin menculik kamu itu. Berhenti nangisnya, nanti mata kamu bengkak dan apa kamu tidak capek menangis terus sedari tadi, hah?” Tanya Gibran diakhir kalimatnya.Mendengar itu membuat Anggie segera mendongak melihat wajah Gibran sejenak, sebelum kemudian ia beralih menarik baju Gibran dan menghapus air mata beserta ingusnya yang sempat keluar pada baju Gibran tersebut.Melihat hal itu membuat Gibran melotot tajam. Beruntung saja Gibran mengingat Anggie ini adalah gadis kecil kesayangannya yang sudah tumbuh menjadi wanitanya dan kini menjadi istrinya, karena jika tidak Gibra
Baca selengkapnya
Bab 32
Reunian teman SMA-nya yang berlangsung mendadak membuat Anggie pergi menghadirinya tanpa izin. Kedua mahluk yang berteman akrab tersebut tidak pergi berdua saja, melainkan bersama teman kuliah mereka masing-masing yang nekat mereka kenalkan sebagai pasangan karena tidak ingin diledek tidak laku atau jomblo.Iya Anggie sebenarnya memang mempunyai Gibran sebagai pasangannya, tapi menurut Anggie mengajak Gibran menghadiri acara renuniannya mana mungkin pria itu setuju terlebih lagi keadaan pria itu sedang sibuk-sibuknya. Sementara Kayla juga memanglah mempunyai pasangan, mempunyai pacar, tapi sayangnya ia baru putus gara-gara Andrian yang selalu merecoki hubungannya dengan kekasih. Hal itu mengakibatkan pacarnya sering kali merasa tidak nyaman dan sering kali kewalahan akan tingkah Adrian yang katanya hanyalah sepasang adik dan kakak ipar, tapi malah bertingkah seperti kekasih posesif yang takut diselingkuhi.Kedua alasan tersebutlah yang membuat Anggie dan Kayla kompak m
Baca selengkapnya
Bab 33
Setelah perdebatannya dengan Gibran, Anggie mengambek tidur dalam kesempitan membelakangi Gibran. Karena lagi-lagi Gibran melakukan sesuatu yang sudah jadi kebiasaannya menguasai tempat tidur dengan berbaring di tengah dan kali ini Anggie tidak melakukan kebiasaannya tidur di atas Gibran.‘Bodoh amatlah gue kesempitan, ogah dekat-dekat sama pria tukang ngambek dan suka ngatur-ngatur satu ini. Huhh, pokoknya aku tidak mau dekat-dekat apalagi sampai menempel dengannya,’ gerutu Anggie membatin sambil mengeram kesal. ‘Eh, tapi tunggu dulu!’ sambung Anggie masih membatin dengan tiba-tiba bangkit dan membulatkan kedua bola matanya yang sebelumnya sudah terpejam.“Saat ini bukankah aku juga tidur disampingnya dan itu berarti kami juga sedang tidur berdekatan. Ah, tidak bisa dibiarkan ini!” Anggie tersadar kemudian bangkit menarik selimut dan bantalnya ingin pindah kamar.Akan tetapi Anggie mengurungkan niatnya, sebab saat sudah di depan pintu ternyata se
Baca selengkapnya
Bab 34
“Mas Gib-gib kerjanya yang semangat ya, jangan malas dan jangan lupa untuk selalu mengingatku.”Tepat setelah mengatakan hal itu Anggie dengan tanpa diduga mendaratkan kecupannya singkat di pipi Gibran. Membuat Gibran menatap tajam sambil mengerutkan dahinya memikirkan sesuatu. Dia tidak marah pada tindakan Anggie yang spontan menciumnya tanpa peringatan, hanya saja itu aneh, teramat aneh malahan.“Berani-beraninya kamu mencium pipiku?” Gibran mengintimidasi Anggie, tapi bukannya takut Anggie malah menyengir dengan aneh.“Hehehe ... tidak boleh cium pipi, ya?” Anggie mendekat pada Gibran kemudian berjijit untuk membisikkan sesuatu di telinga Gibran. “Euhmm, kalau cium yang lain boleh nggak?!!” tanya Anggie tanpa tahu malu menaik-turunkan alisnya menatap bibir Gibran dengan mesum.Hal itu mengakibatkan Gibran yang tak habis pikir langsung mendaratkan telapak tangannya di kening Anggie untuk merasakan suhu tubuhnya. “Kamu tidak sakit, tapi bertingkah aneh. Hm,
Baca selengkapnya
Bab 35
Anggie terbangun dengan wajah pucat dan pakaiannya sudah berganti dengan piyama tidur. Wajahnya makin memucat saat bayangan sesuatu membuat kedua bola matanya membola melotot disertai debar jantungnya yang terasa mulai bergemuruh hebat.Trauma yang belum sepenuhnya sembuh tiba-tiba menghampirinya membuatnya mulai berkeringat dingin. Anggie menatap sekitar kamarnya mencari bayangan dokter yang mengerikan, tapi tidak satu yang membuatnya menemukannya. Bahkan tidak ada satupun, peralatan medis dan jas dokter Gibran yang berada di dalam kamar tersebut. Beruntung saja, karena setelah mengetahui Anggie menderita trauma akibat pelecehan yang hampir menimpanya, Gibran memang sudah memindahkan peralatan medis, alat-alat kedokteran yang dimilikinya ke ruang kerjanya.Hal itupun membuat Anggie menghela nafas lega."Stimulasi pikiranmu agar selalu positif dan buang jauh-jauh pikiranmu mengenai kejadian buruk yang mengganggu pikiranmu
Baca selengkapnya
Bab 36
Hubungan antara Gibran dan Anggie semakin membaik. Keduanya kini tak ragu saling terlihat mesra dan dekat tanpa sungkan selayaknya pasangan pada umumnya.Hampir tidak ada lagi kecanggungan diantara keduanya dan hanya menyisahkan pertengkaran kecil ataupun sepele yang semakin mempererat hubungan keduanya. Hanya saja masih ada beberapa hal lainnya yang masih berpotensi menghambat hubungan mereka dan itu merupakan bagian penting dalam  memperkokoh hubungan. Tidak adanya ungkapan perasaan cinta serta padatnya jadwal bekerja baik sebagai dokter atau dosen membuat kebersamaan keduanya renggang. Apalagi Gibran yang tanpa sepengetahuan Anggie masih saja meladeni Diana wanita yang sudah dianggapnya sebagai adiknya sendiri."Aku sebal bangat pada Mas Gib-gib, nggak mau tahu pokoknya aku ngambek pada anak Mama-Papa Mertua yang satu-satunya itu!!" Dumel Anggie di meja makan mengadu pada sepasang mertuanya.Dirga menghela nafasnya pa
Baca selengkapnya
Bab 37
Pertengkaran Gibran dan Anggie terus berlanjut sampai tidak menyadari bahwa orang tua ataupun sepasang mertuanya Anggie telah pergi dan dari hadapan keduanya.“Baiklah. Jika itu yang kamu inginkan, kita tidak akan pisah tempat tidur.” Gibran berdiri sambil mengeram kesal kemudian meraih minumannya, melampiskan dengan cara minum dengan kasar dan menghabiskannya sampai tidak bersisa. “Mulai malam ini kamu tidurlah di sofa, karena aku paling anti dengan tempat tidur yang kurang nyaman dan tidak mampu memuat semua tubuhku!!” Tegas Gibran membuat Anggie berkacak pinggang dan menatap tajam tak terima dengan perkataan Gibran.“Apa? Aku akan tidur di sofa?” Anggie menggelengkan kepalanya menolak pasti. “Nggak mau. Walaupun tubuhku kecil, tidur di sofa nyaman sama sekali, huhh ... tapi aku bisa tidur di kamarku yang sebelumnya saja.“Tidak masalah,” jawab Gibran dengan mudahnya. “Silahkan kamu tidur di sana, tapi kalau kamu bisa membuka pintu kamarmu yang lama,” ejek G
Baca selengkapnya
Bab 38
"Pokoknya, Tante nggak perlu khawatir karena Anggie akan menghandle kafe ini mulai sekarang dengan baik dan sepenuh hati. Anggie berusaha dengan sungguh-sungguh juga akan membuatnya lebih maju lagi!"tegas Anggie berjanji menyakinkan orang dipanggilnya Tante."Memangnya kamu bisa, Nggie. Sepengetahuan Tante kamu kuliah jurusan menghitung-hitung dan bukan masak-memasak?" Jawab tantenya menatap ragu.Anggie menghela nafas. "Loh bukannya itu bagus Tan? Matematika yang ku pelajari sepanjang delapan semester bukankah itu bisa menjadi bekal pengetahuan untuk diriku dalam mengurusi kafe. Dengan demikian urusan pengelolaan uang bisa terkendali dengan baik ditanganku. Kalau urusan lainnya masak-memasak itu mah urusan pelayan kafe atau stafnya bukan aku!""Hm, baiklah. Terserahmu saja. Asal kamu senang aja Nggie ...."Anggie tersenyum senang mendengar kepasrahan Tantenya. "Nah begitu dong, Tan. Aku kan jadi senang."
Baca selengkapnya
Bab 39
Diana tersenyum dalam lamunannya sampai tidak sadar seseorang masuk ke dalam ruangannya dan menatapnya aneh. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya, tapi sepertinya hal itu adalah hal yang menyenangkan sampai-sampai hal itu dalam menciptakan raut wajah senang pada wajahnya."Ekhem ... aku mau bayaranku sekarang!" Celetuk seseorang yang baru saja memasuki ruangannya beberapa saat yang belum lama.Hak itu membuat Diana tersadar dari lamunannya dan terseyum kecut. "Kau ini benar-benar paling tidak bisa melihat orang senang, Rocky, huhh ...." Diana tampak tidak senang melihat keberadaan orang yang dipanggilnya dengan nama Rocky tersebut.Pria bernama Rocky tersebut mendengus kesal dan mendelik kesal menatap Diana tajam. "Lalu kau apa?!" Sarkasnya dengan sengit. "Jika aku aku menjadi orang yang paling tidak bisa melihat kebahagian orang lain, maka kamu berarti jauh lebih buruk daripada itu. Kau itu iblis betina yang sangat pan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status