All Chapters of Sweet Enemy: Chapter 31 - Chapter 40
96 Chapters
Paket Manisan
Ainsley masuk ke dalam rumah dan melihat kedua orang tuanya yang tengah berada di sofa. Ainsley pun menghampiri kedua orang tuanya."Aku pulang—eh, ada apa ini?" Ainsley melihat ada kejanggalan disana. Ainsley mengernyit. Ainsley sempat mendengar ayahnya meneriaki ibunya."Oh, Ainsley, kau sudah pulang," kata Brianna."Mom, ada apa? Kalian sedang bertengkar?" tanya Ainsley."Tidak, Sayang. Mana mungkin kami bertengkar," kata Brianna."Tidak, Mom, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu, aku bisa melihat tadi daddy sedang meneriakimu, Mom.""Ainsley, Mom hanya sedang meminta penjelasan pada daddy tentang perempuan yang mommy lihat di kantor daddy siang tadi, itu saja," jelas Brianna lagi."Ada perempuan lain di kantor daddy?" Ainsley mengulang penjelasan ibunya dan menjadikannya sebagi pertanyaan.Brianna mengangguk saja sedangkan Freddy tak tahu harus berkespresi seperti apa.Ini hanya kesalah pahaman, seharusnya Brianna tidak perlu
Read more
Cerita Masa Lalu
"Apa kau menyukai manisannya?""Ya.""Lalu apa kau menyukai orang yang memberikanmu manisan itu?"Ainsley kembali terdiam. Bukankah Dixon tahu pasti apa jawabannya? Mengapa dia masih saja bertanya?"Aku memang tahu jawabannya, Ainsley," celetuk Dixon. Ainsley terkejut mendengar pengakuan Dixon. Apa Dixon tahu apa yang sedang Ainsley pikirkan?"Tapi siapa tahu sekarang jawabannya sudah berbeda, telah berubah," lanjut Dixon."Tidak ada dan tidak akan ada yang berubah," kata Ainsley."Aku hanya ingin mengucapakan terima kasih saja. Dan aku sudah mengucapkannya padamu. Aku matikan teleponnya," lanjut Ainsley."Tunggu dulu, Ainsley.""Ada apa lagi?""Selamat malam, Ainsley," kata Dixon.Diam-diam Ainsley melebarkan senyum. Hati kecilnya ingin sekali membalas ucapan selamat malam dari Dixon, tetapi logikanya menyururhnya untuk tidak mengatakan apapun."Sekarang kau boleh tutup teleponnya," kata Dixon lagi."Hm."
Read more
Absurd
"Felix sangat kehilangan Brianna. Felix sempat terpuruk selama beberapa tahun. Dan titik terendahnya adalah ketika Brianna kembali tetapi Brianna mengatakan untuk berpisah dengan Felix. Setelah itu Brianna pergi lagi.""Lalu bagaimana setelah itu? Dimana daddy menemukan mommy dan bagaimana kalian bisa menikah?" tanya Ainsley lagi. Dia jadi sangat ingin tahu kisah cinta orang tuanya."Saat itu kakekmu yang memberitahu daddy dimana keberadaan mommy. Saat itu juga daddy ingin menyusul mommy di rumah keluarganya.""Tapi bukankah daddy bertunangan dengan bibi Helena? Apa kalian membatalkan pertunangan kalian juga?" tanya Ainsley cerdas.Freddy terdengar menghela napas berat. Kemudian menggeleng."Ini adalah keegoisanku. Aku yang memutuskan hubunganku dengan Helena dan membatalkan pertunangan kami, demi mencari Brianna. Aku sangat yakin saat itu Helena keberatan tetapi dia setuju dan mendukungku. Akhirnya aku benar-benar pergi mencari Brianna. Tetapi saat itu
Read more
Kotak Tengah Malam
"Dia sedang memesan kue untuk diberikan pada Ainsley. Apa itu Ainsley yang sama? Maksudku apa itu kau?" Edison menatap pada Ainsley, menunggu Ainsey menjawab.Ainsley terdiam cukup lama. Pikirannya melayang-layang di udara. Pikirannya seketika dipebuhi oleh satu orang, yaitu Dixon.Ya, mendengar ciri-ciri yang sibetkan oleh Edison, Ainsley langsung terpikirkan satu nama. Dan tidak mungkin ada Ainsley lain. Pasti Ainsley Luvena Ashton.'Dia memesan kue, untukku, dalam rangka apa?' Dalam hati Ainsley bertanya-tanya."Kak Ainsley, mengapa kau diam saja?" desak Edison."Aku tidak tahu, Ed, kenapa kau tidak tanya saja padanya langsung tadi?" tanya Ainsley."Sudah kutanya. Tapi dia bilang dia tidak harus memberitahuku karena ini bukan urusanku," jelas Edison."Kalau memang kau Ainsley yang dia maksud, lebih baik kau jauhi saja dia, Kak," kata Edison lagi."Kenapa memangnya?" tanya Ainsley mengerutkan kening."Iya, karena tampangnya sep
Read more
Kue Ulang Tahun
"Semoga kau mendengar pesan yang aku titipkan pada orang tuamu, jangan buka kotaknya sebelum membaca tulisan ini," gumam Ainlsey membaca kartu ucapan tersebut."Jangan buka kotaknya sebelum melewati pukul dua blasas malam kalau tidak nanti bisa-bisa kotak ini meledak," lanjutnya."Ish, apa-apaan dia, sok misterius!" cibir Ainsley pelan. Lalu Ainsley mengok jam di dindingnya yang telah menunjukkan pukul 00:11."Sudah pukul dua belas malam? Sekarang kau bolah buka kotaknya." Aisley melanjutkan membaca tulisan itu dan selesai sampai disana.Ainsley mengedikkan bahu pelan, namun ia menurut saja dengan apa yang ada di dalam tulisan itu.Ainsley membuka kotak tersebut dan ia menemukan ada kotak kecil di dalam kotak tersebut. Tak lupa sebauh kartu ucapan disematkan disana juga."Aku berikan benda berharga milikku ini untukmu. Tapi jangan pernah kau buka jika kau masih tidak mau menerimaku. Simpan saja sampai kau mau membuka hati untukku." Ainsley mengeru
Read more
Bukan Undangan Spesial
"Maaf, aku tidak mendengarnya. Coba kau katakan sekali lagi.""Kau mendengarnya, Dixon. Aku tidak akan mengulanginya lagi," kata Ainsley ketus."Hahaha ... ya, aku mendengarnya. Hanya saja aku tidak percaya aku akan—maksudku aku tidak percaya kau akan mengundangku di hari spesialmu itu," tutur Dixon."Hanya untuk balas budi saja," kata Ainsley datar."Benar begitukah?" Dixon menautkan alis."Memangnya apa lagi? Jangan terlalu memandang tinggi dirimu, Dixon!""Ya ya, aku memang tidak tinggi," balas Dixon sambil mengedikkan bahu."Lagi pula bukan hanya kau saja yang di undang. Emily, Luke, mereka juga akan diundang," kata Ainsley mempertegas bahwa itu bhkan undangan spesial."Hmm, sepertinya aku memang telah memandang tinggi diriku sendiri," celetuk Dixon."Ehem, besok kita akan uji coba produk kita, bukan?" tanya Ainsley."Ya, kau boleh membawa kenalanmu jika kau mau," balas Dixon."Tidak. Sebaiknya harus benar-benar o
Read more
Happy Birthday, Ainsley
Freddy membuka pintu dan langsung melihat keberadaan Dixon yang cukup mengagetkannya."Apa boleh Ainsley pergi bersamaku, Paman?" tanya Dixon to the point."Dixon, kau mengagetkan paman.""Ah, maafkan aku, Paman. Aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Tadi aku mau mengetuk pintu dan ternyata pintunya sudah terbuka," jelas Dixon.Freddy mengangguk-angguk paham. Kemudian Freddy beralih menatap pitrinya."Ainsley, apa kau mau berangkat bersama Dixon?" tanya Freddy."Dad, aku—""Kalau kau keberatan maka jangan paksakan," kata Dixon menyela.Ainsley menghela napas pelan. "Aku akan berangkat bersamamu," kata Ainsley cepat. Brianna tak kuasa untuk menyembunyikan senyumannya. Ia tersenyum bungah."Freddy, ayo kita berangkat sekarang," kata Brianna tak sabar."Iya. Dixon, kau hati-hati memyetir.""Baik, Paman." Dixon mengangguk."Ayo kita juga berangkat," ajak Dixon. Ainsley hanya menganggukkan kepalanya kecil.Dixon m
Read more
Dihadang
"Ainsley, apa kau mau jalan-jalan juga?" tanya Dixon.Ainsley menggeleng. "Tidak. Aku tidak berminat," kata Ainsley lalu mengambil duduk di kursi panjang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dixon menyusul dan duduk di sebelah Ainsley."Mau cokelat?" tanya Dixon menawari coklat yang diayunkan di depan Ainsley."Tidak, terima kasih.""Kau sengaja menolak semua yang aku tawarkan, hm?" tanya Dixon.Ainsley mengangkat bahu acuh.Dixon membuka bungkusan cokelat itu lalu dengan sengaja ia menyuapkan cokelat itu pada Ainsley."Emm ... emm ... Dixon, apa yang kau—""Buka saja mulutmu, atau cokelat ini akan mengotori permukaan bibirmu," kata Dixon memaksa.Dengan kesal dan terpaksa, Ainsley membuka mulutnya dan cokelat itu masuk ke dalam mulutnya."Kata orang makan cokelat bisa membuat kita tenang. Apa kau lebih tenang sekarang?" tanya Dixon."Aku akan jauh lebih tenang jika kau pergi dari sini," kata Ainsley ketus. Namun Dix
Read more
Terluka
"Sebaiknya anda turun, Tuan," kata salah seorang yang turun dari mobil yang menghadang."Freddy, kau tahu siapa dia?" tanya Brianna menyelidik."Aku tidak tahu. Kau disini saja, biar aku yang turun," kata Freddy terdengar seperti perintah.Brianna menghela napas berat. "Hindari hal-hal yang berbahaya, Freddy. Bicarakan saja baik-baik apapun yang terjadi," pinta Brianna."Aku mengerti."Freddy pun turun dari mobil.Brianna terlihat sedikit cemas. Sudah lama sekali mereka tidak mengalami masalah yang mengharuskan mereka untuk berkelahi, terutama setelah kelahiran Ainsley. Itu berarti sudah sekitar dua puluh tahun. Tetapi sekarang terjadi lagi.Brianna pikir zaman sekarang dunia bisnis sudah bersih, tidak ada penyerangan seperti ini, namun kapanpun zamannya perselisihan tidak bisa dihindari.Brianna terus memperhatikan suaminya dari dalam mobil. Tak hanya itu saja, Brianna pun memperhatiakn orang-orang yang mengjadang mereka. Brianna menj
Read more
Hadiah
"Apa masih sakit?" tanya Ainsley sambil nyengir, seolah ia ikut merasakan sakit yang di alami Dixon.Dixon menggeleng. "Tidak." Balas Dixon singkat.Ainsley mengadikkan bahu acuh. "Ya sudah, syukirlah," kata Ainsley kemudian berdiri.Dixon menangkap pergelangan tangan Ainsley kemudian mendongak untuk menatap Ainsley karena posisinya duduk."Kau mau kemana?" tanya Dixon."Aku mau mengambil ponselku. Aku ingin menghubungi Luke agar dia mengantarmu pulang," jelas Ainsley."Tidak perlu, Ainsley. Aku bisa pulang sendiri. Ini hanya luka kecil, aku masih binya menyetir," balas Dixon."Jangan membuat Luke mencemaskan hal kecil seperti ini atau Luke akan menertawakanku. Kau tidak sedang menganggapku lemah, kan?" lanjut Dixon. Ainsley menggeleng."Bagaimana perasaanmu, Dixon?" kata Brianna yang tiba-tiba muncul entah dari mana.Ainsley langsung buru-buru menarik tangannya agar terlepas dari cekalan tangan Dixon."Pe-perasaan perasaan
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status