"Sebaiknya anda turun, Tuan," kata salah seorang yang turun dari mobil yang menghadang.
"Freddy, kau tahu siapa dia?" tanya Brianna menyelidik.
"Aku tidak tahu. Kau disini saja, biar aku yang turun," kata Freddy terdengar seperti perintah.
Brianna menghela napas berat. "Hindari hal-hal yang berbahaya, Freddy. Bicarakan saja baik-baik apapun yang terjadi," pinta Brianna.
"Aku mengerti."
Freddy pun turun dari mobil.
Brianna terlihat sedikit cemas. Sudah lama sekali mereka tidak mengalami masalah yang mengharuskan mereka untuk berkelahi, terutama setelah kelahiran Ainsley. Itu berarti sudah sekitar dua puluh tahun. Tetapi sekarang terjadi lagi.
Brianna pikir zaman sekarang dunia bisnis sudah bersih, tidak ada penyerangan seperti ini, namun kapanpun zamannya perselisihan tidak bisa dihindari.
Brianna terus memperhatikan suaminya dari dalam mobil. Tak hanya itu saja, Brianna pun memperhatiakn orang-orang yang mengjadang mereka. Brianna menj
"Apa masih sakit?" tanya Ainsley sambil nyengir, seolah ia ikut merasakan sakit yang di alami Dixon.Dixon menggeleng. "Tidak." Balas Dixon singkat.Ainsley mengadikkan bahu acuh. "Ya sudah, syukirlah," kata Ainsley kemudian berdiri.Dixon menangkap pergelangan tangan Ainsley kemudian mendongak untuk menatap Ainsley karena posisinya duduk."Kau mau kemana?" tanya Dixon."Aku mau mengambil ponselku. Aku ingin menghubungi Luke agar dia mengantarmu pulang," jelas Ainsley."Tidak perlu, Ainsley. Aku bisa pulang sendiri. Ini hanya luka kecil, aku masih binya menyetir," balas Dixon."Jangan membuat Luke mencemaskan hal kecil seperti ini atau Luke akan menertawakanku. Kau tidak sedang menganggapku lemah, kan?" lanjut Dixon. Ainsley menggeleng."Bagaimana perasaanmu, Dixon?" kata Brianna yang tiba-tiba muncul entah dari mana.Ainsley langsung buru-buru menarik tangannya agar terlepas dari cekalan tangan Dixon."Pe-perasaan perasaan
Proyek kerjasama yang diambil alih oleh Ainsley dan Dixon berjalan dengan lancar. Semuanya telah berjalan sesuai rencana. Uji coba sudah dilakukan. Promosi sudah dilakukan beberapa waktu lalu. Demo pun sudah terlaksana. Dan hari ini adalah hari dimana produk mereka launching.Launching produk yang di ciptakan oleh kerjasama antara perusahaan Emperor dan Rising Star digelar sangar meriah. Semua orang antusias apalagi setelah melihat promoai mereka yang sangat menarik, demo mereka yang sangat meyakinkan, dan tampilan toko online yang sangat memudahkan.Ah ya, toko online itu sengaja diciptakan oleh Freddy untuk kepentingan penjualan produk baru mereka. Ainsley dan Dixon memikirkan tentang penjualan melalui website tetapi menurut Freddy akan lebih fleksibel jika langsung menggunakan platform.Selain bergerak pada bidang baru, yaitu platform penjualan online, platform itu juga akan ia jadikan sebagai tempat penjualan produk-produk Emperor selanjutnya. Produk proyek Ain
Dixon mengantar Ainsley pulang ke rumahnya. Akhir-akhir ini, selain Ainsley yang sudah tidak begitu cerewet, Dixon juga tidak begitu menjahili Ainsley atau memaksa Ainsley ini itu. Mungkin mereka sedang disibukkan dengan proyek mereka. Lagi pula Dixon tidak ingin jadi pemaksa. Apalagi setelah tahu Ainsley sering pergi bersama Luke, Dixon membiarkan saja dan berusaha mendukung asalkan Ainsley bahagia."Maafkan aku. Aku tidak ada makaud untuk melarangmu pergi bersama Luke. Aku hanya merasa hari ini sangat melelahkan. Aku sendiri pun merasakannya," celetuk Dixon sambil menyetir ketika masih di dalam perjalanan."Tidak, kau tidak bersalah jadi jangan minya maaf. Sebenarnya aku memang lelah," balas Ainsley jujur."Ainsley.""Dixon."Panggil mereka bersamaan. Mereka saling pandang kemudian tertawa bersama."Apa?" tanya Dixon."Tidak, aku hanya ingin memberikan selamat untuk kerja keras kita. Semoga hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan. In
"Hallo," sapa Ainsley pada si penelpon."Bisakah kau ke balkon sebentar?" kata Dixon."Untuk apa?" tanya Ainsley tak mengerti."Ayolah, keluar sebentar saja," rengek Dixon."Tidak, aku tidak kurang kerjaan seperti dirimu," balas Ainsley menolak."Hanya sebentar saja, aku akan menunjukkan sesuatu padamu," kata Dixon masih tetap memaksa."Heuh ...." Terdengar Ainsley menghela napas."Ya ya ya, tunggu sebentar," balas Ainsley.Ainsley pun pergi ke balkon kamarnya sesuai permintaan Dixon."Aku sudah ada di balkon, ada apa? Aku tidak menemukan apapun disini,' kata Ainsley."Jangan terus mendongak, sesekali kau perlu menunduk Ainsley. karena mendongak adalah sifat orang yang sombong.""Cih! katakan saja apa maumu, Dixon? Jangan bertele-tele, aku masih mengantuk dan ingin tidur lagi.""Sudah kubilang lihatlah ke bawah, Ainsley." kata Dixon sabar.Ainsley pun menurut saja, dia melongok ke bawah dan benar saja ia m
"Selamat pagi, Bibi," sapa Dixon begitu Brianna membukakan pintu untuknya."Ah, Dixon, apa hari ini kalian akan bekerja?" tanya Brianna."Apakah penampilanku seperti orang yang akan berangkat bekerja, Bibi?" tanya Dixon balik."Ah ya, tidak sama sekali," balas Brianna. Kemudian mereka tertawa bersama."Ayo masuk, Dixon. Kau mencari Ainsley?""Bukan aku, tapi Ainsley, Bibi. Dia tadi pagi menelponku dan memintaku datang kemarim mungkin dia rindu padaku. Padahal baru semalam kami bertemu," celetuk Dixon tanpa malu.Brianna tertawa. "Hus, kau ini apa tidak tahu seberapa marahnya Ainsley tadi pagi? Aku harap kau tidak mengulangi kesalahanmu itu lagi. Dia marah besar, sampai-sampai dia malas untuk makan. Dia hanya menunggumu," jelas Brianna."Astaga, aku merasa malu karena baru pertama kali ini Ainsley yang mengundangku datang dan dia menungguku bahkan dia tidak mau makan. Apa dia ingin makan berdua denganku?" celoteh Dixon membuat Brianna geleng-
"Hallo, Bibi," sapa Luke yang masuk mengikuti Ainsley."Oh, Luke, sudah lama datang?" sambut Brianna ramah."Tidak, Bibi, aku baru saja datang," balas Luke apa adanya."Loh, diaman Ainsley?" tanya Brianna."Dia mungkin sedang bersiap-siap, Bibi," jawab Luke."Oh, kalian akan pergi?" tanya Brianna."Ya, Bibi."Brianna mengngguk. "Duduklah dulu, Luke, aku tinggal sebentar.""Baik, Bibi, terima kasih."Brianna mengangguk lagi kemudian berjalan menaiki anak tangga. Brianna menghampori putrinya si kamarnya."Kau akan pergi bersama Luke, Ainsley?" tanya Brianna to the point saat masuk ke kamar Ainsley.Ainsley terkesiap, dan membiarkan saja ibunya memasuki kamarnya."Kau tahu Dixon ada disini dan kau malah pergi bersama Luke? Dimana hati nuranimu, Ainsley? Kau boleh saja tidak menyukai Dixon tapi jangan begini, tidak begini caranya. Kasihan Dixon, dia anak yang baik, Ainsley," hardik Brianna."Mom, bukan begitu,
"Dixon, mengapa kau sering sekali membuat Ainsley kesal?" tanya Brianna yang berhasil membuat Dixon mengerutkan kening.Dixin bingung dentan pertanyaan Brianna. Bukan tidak bisa menjawab, melainkan ada hal lain. Apa jangan-jangan Brianna akan memarahinya, atau semacamnnya. Dixon sesikit berpikir keras."Maafkan aku, Bibi, sebenarnya aku tidak pernah bermaksud untuk membuat Ainsley kesal. Aku ... ya, aku akui dulu aku memang begitu menyebalkan, tetapi sekarang aku rasa tidak. Tapi mau bagaimana lagi, Ainslel sudah terlanjur menanam di kepalanya bahwa aku menyebalkan dan dia membenciku, jadi apapun yant aku lakukan sekarang seolah tidak pernah ada benarnya," jelas Dixon panjang."Untuk saat ini aku benar-benar berusaha untuk bersikap manis, bersikap baik agar Ainsley menaruh perhatiannya padaku, tetapi ternyata dia lebih tertarik pada Luke. Tapi itu tidak masalah, Bbi, kau tidak perlu khawatir. Luke adalah sahabatku sejak kami kecil, aku sangat mengenal Luke. Luka sa
"Kalau iya, bagaimana?"Bukan Freddy maupun Brianna yang berbicara. Kemudian semuanya menoleh ke arah sumber suara."Ainsley?" lirih Dixon.Ya, Ainsley-lah yang menjawab pertanyaan Dixon.Ainsley berjalan lebih mendekat sambil melebarkan senyum. Ainsley medipkan mata pada Freddy dan Brianna sebagai pertanda untuk meminta kerjasama. Untungnya isyarat dari Ainsley ditangkap dengan baik oleh ayah dan ibunya."Mengapa kau bertanya seperti itu, Dixon?" tamya Ainsley sambil menarik satu kursi kemudian duduk disana. Ia justru sengaja duduk di dekat Dixon."Tidak ada, apa salahnya bertanya?" Dixon berbalik bertanya."Tidak ada salahnya, aku hanya ingin tahu alasannua saja," balas Ainsley cuek seraya mengambil saru piring untuk ia makan."Kau tidak makan di luar bersama Luke?" tanya Brianna menhernyit.Ainsley menggeleng. "Tidak, Mom.""Ainsley, kau serius akan pergi ke camp pelatihan khusus? Bukankah kau bisa masuk ke tempat pelati