Semua Bab Diary Sang Kupu Kupu Malam: Bab 31 - Bab 40
70 Bab
Hanya Bisa Pasrah
Tanpa banyak pikir panjang aku memanjat tangga yang tergeletak tepat di samping dinding kokoh beton yang mengelilingi bangunan pertunjukan itu demi untuk mengehindari kejaran dari petugas keamanan yang telah berhasil meraih kaki jenjangku tadi. Masih kurasakan sedikit saki pada pergelangan kakiku yang digenggamnya  erat itu.“Kasar sekali, tak manusiawi!”Begitu ucapku dalam hati saat itu, sementara aku melihat laki-laki itu terlihat keasakitan dan dari wajahnya mengucur deras darah akibat tendanganku yang tepat sasaran mengenai wajahnya. Terpaksa aku lakukan cara kasar itu jika kata-kata dan teriakan serta ancamanku tadi sudah tak mempan lagi untuk menghalangi dirinya malam itu, mengejar dan ingin menangkapku seolah aku bagaikan seorang pencuri atau seorang pelaku tindak kejahatan kriminal.“Apa salahku, aku hanya mencari sesuap nasi di tempat ini!”“Bukankah Negara ini penuh kebebasan, lantas kenapa kami diperlakukan s
Baca selengkapnya
Hanya Bisa Pasrah
Aku terlihat pasrah sedang berada di atas sebuah truk  yang menngangkutku menggunakan mobil para petugas keamanan yang saat itu tengah memandang ke arah wajahku, tentu saja yang hanya dapat memandang penuh kebencian ke arah mereka.Aku hanya melihat dan hanya memandang liar ke sekeliling tepat di dalam ruangan pengap berukuran besar di dalam mobil, beberapa teman-temanku yang lain dan laki-laki hidung belang tengah duduk bersandar pada kursi di atas mobil para petugas keamanan, bangku itu yang memang sengaja terpasang di sana membentuk memanjang. Kiri dan kanan hanya suara tawa yang terdengar dari para laki-laki gagaj dan terlihat berseragam khusus itu yang mencoba berulang kali aku dengar, suara seolah mengejek pekerjaan kami yang begitu hina dan kotor, tanpa mereka ketahui dalam diri mereka juga seolah tak luput dari dosa.“Kenapa kau memilih tindakan bodoh itu?”Saat itu Cantika berkata padaku yang juga tertangkap dengan para laki-laki pihak
Baca selengkapnya
Berat Sebelah
“Kenapa laki-laki itu menatapku sedari tadi! tidak malukah dia dilihat beberapa orang rekannya yang ada di sini?Aku bergumam dalam hati menatap balik pada laki-laki itu penuh kebencian karena memang aku anggap mereka hanyalah bukan siapa siap di balik tugas yang mereka emban.Tak ada niatku untuk tertarik padanya, tetapi memang begitulah kenyataan dan fakta yang ada dalam hatiku mengenai sang laki-laki yang mengenakan seragam lengkap itu yang biasanya selalu saja berbanding terbalik pada kemauan dan kebebasan kami yang seolah memang tak akan pernah bisa menjadi teman atau malah sebaliknya.Bukan kali ini saja aku menaruh benci pada laki-laki seperti itu. Sudah banyak laki-laki yang datang dan pergi dalam hidupku termasuk laki-laki gagah salah satunya yang berasal dari kalangan mereka yang memang menyukai kami, mungkin hanya sebagai pengusir sepi dikala mereka butuh kehangatan dari kami sebagai perempuan malam, begitu pikirku.Mereka hanya Sekedar b
Baca selengkapnya
Arti Harga Diri
“Dengan menggunakan truk pengangkut tahanan kami bagaikan seorang narapidana hari itu diangkut menggunakan mobil razia yang menganggap kami melakukan hal perbuatan melanggar hukum. Ya, begitulah kaum kami yang memang menurut mereka kami adalah kaum terbelakang yang memang layak mendapatkan perlakuan seperti itu. Masih banyak sebenarnya hal yang mesti diurus sebenarnya, tetapi menurut kami kenapa mesti harus mengurus orang-orang seperti kami yang memang lemah di mata hukum, sedangkan mereka yang kuat di mata hukum begitu bebas melenggang memakan uang rakyat. Di ruang tahanan tepatnya di sebuah instansi kami pun menunggu hari esok pagi. Terasa begitu lama memang, apalagi aku dan cantika memang ditempatkan pada sel para tahanan wanita yang memang bercampur dengan bau keringat mereka. “Kasus apa kau? “Perempuan Hina yang menjual diri....? Salah satu tahanan wanita itu berkata pada aku dan Cantika, sejenak mengalihkan pandangan pada kami yang baru
Baca selengkapnya
Pelajaran Berharga
Pagi matahari telah terbit dengan begitu sangat terik, sepanas udarah dalam sel yang mulai menguap. Asap-asap embun tampak bertebaran di atas dinding-dinding pengab yang seolah menyatu dalam udarah hampa. Aku dan Cantika memang saat itu baru bangun dari tidur panjang kami semalam. Ya, tidur panjang di hotel prodeo yang memang pengalaman pertama yang kami rasakan.Gemerincit suara kunci sel yang berkarat sedang dibuka petugas keamanan saat itu, tentu saja memang sudah aku dan cantika tunggu. Menunggu waktu yang begitu terasa panjang dan melelahkan di tempat itu. Padahal, waktu memang sebentar jika dihitung dengan rumus matematika yang benar nyata dan realita. Tetapi dalam kehidupan nyata, dua puluh empat jam bukanlah waktu yang sebentar bagi kami untuk menanti dan menunggu bebas dari udarah dalam kurungan besi.Seketika aku pun bersama cantika pagi itu terlihat  muram dengan mata yang memerah. Terlihat memang tak bisa tidur. Tak lelap dengan suasana ruangan yang te
Baca selengkapnya
Khayalan Tingkat Tinggi
“Apa yang kau pikirkan Mawar?“Kenapa kau terlihat termenung seperti itu pagi ini?Cantika temanku pagi ini kembali membangunkan aku dari dalam lamunan panjang, memikirkan  kata-kata petugas yang memang masih terngiang di telingaku. Kebetulan saat ini aku duduk tepat di depan pintu kontrakanku. Memikirkan kejadian memalukan kemarin.“Aaaa..sudahlah kejadian kemarin memang banyak rentetan peristiwa yang memang malas aku membeberkannya. Semuanya terasa cacar di akal dan memang tak patut diceritakan. Biarlah semua berlalu seperti kisah para pemakan uang rakyat di sana. Yang tak mau kabar beritanya digembor-gemborkan atau dibeberkan. Kita berbicara apa yang terjadi saja hari ini.“Apakah kita ini pelacur murahan cantika ,seperti yang dikatakan para petugas kemarin?“Apa benar kita memang harus menjadi pelacur kelas tinggi dengan bayaran yang lebih tinggi? apa kita bisa?Aku berucap pada cantika.Memang d
Baca selengkapnya
Menyimpan Rahasia
Aku memang berkeinginan seperti apa yang aku khayalkan. Wajar, karena aku juga punya hak untuk bermimpi dan memiliki harapan pada tuhan suatu saat nanti. Meskipun keadaanku sekarang begitu kotor dengan noda-noda dosa yang memang buruk di mata orang-orang suci.“Aku tak perduli!“itu urusanku pada tuhan!“Bukankah semua manusia tak luput dari dosa? begitu juga aku! karena memang aku ingin maju dan tak mau mengalami kemunduran atau berada di posisi sama seperti saat ini terus menerus maju tidak mundur pun juga tidak, hanya jalan ditempat. Membuat hidupku antara maju dan tidak sama sekali.”Disaat aku melamun memikirkan nasib  yang memang tak kunjung berubah. Tiba-tiba aku perasaanku menjadi sedih memikirkan Ibu di kampung yang dulu mengizinkan aku merubah nasib di Ibu kota Jakarta ini. Hiruk pikuk Ibu kota dan juga gemerlapnya dunia, rupanya telah membuat aku lupa sosok Ibu yang telah melahirkan dan mengandung aku selama Sembila
Baca selengkapnya
Ibu Sakit Keras
Sekuat apapun dan semampu apapun aku menahan hati dan perasaan untuk tetap bertahan dengan sikap egoku, aku akhirnya tak mampu membendung rasa rindu pada ayah dan terutama pada ibu yang melahirkanku.Sekelumit rencana yang bersarang dalam otak telah membuat hatiku buntu untuk berpikir dan bernalar sehat hari itu. Kupaksa juga akhirnya tanganku menggenggam Hanphone milikku di tangan. Aku tahu kalau ibu dan ayah memang tak memiliki alat komunikasi yang biasa menelponku menggunakan telpon milik tetangga. Aku berharap orang yang aku telpon kali ini tetangga yang memang tak begitu akrab, mau memberi tahu kalau aku menelpon keluargaku.“Tutt…..”“Tutttt…!“Tutt…..!Tiga kali panggilan aku coba menelpon sang tetangga yang memang aku tahu dia hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Bik Darmi, ya begitulah namanya tapi tak terlalu penting aku bahas di sini.Aku memang tak pernah berpikir untuk dekat pada san
Baca selengkapnya
Kabar Nun Jauh Di Sana
“Ibu…….”“Bagaimana kabarnya? Ibu katanya sakit?“Kenapa tak pernah cerita sama Mawar kalau ibu sedang sakit?Hanya itu kata-kata yang mampu aku ucapkan hari itu, sembari bibirku tak berhenti bergetak menahan air mata yang seakan tak hentinya menetes perlahan membasahi pipi. Menahan rasa rinduku di perantauan pada ibu dan Ayah yang tentu sudah lama tidak bertemu. Sudah berjalan hampir beberapa tahun berlalu, tetapi tak ada yang bisa aku beri pada perempuan dan laki-laki tangguh yang melahirkan dan berjasa membesarkanku itu.“Tak apa nak..Uhuk..Uhuk Cuma batuk saja!”“Ibu, baik-baik saja di sini!”“Kamu kerja apa di sana? jangan banyak pikiran yah. kerja yang benar saja…!”Kata-kata ibuku membuat hatiku bergetar saat itu. Terasa sesak napasku mendengar Ibu yang seketika batuk, terlihat memang agak parau suaranya. Menandakan kalau Sosok perempuan tangguh it
Baca selengkapnya
Pesan Ayah
“Kau Sehat nak di sana?Ucap Ayahku yang terdengar dengan ciri khas suara paraunya, menandakan kalau laki-laki tua yang berusia senja itu memang sedang menahan kerinduan pada anak gadisnya yang sudah lama tak bertemu, tentu saja sejak aku berada lama di kota perantauan.“Sehat Ayah..”“Aku baik-baik saja,”“Tolong Jaga Ibu di sana, aku janji akan pulang dan mewujudkan cita-cita kalian untuk bisa naik haji.”Suaraku yang terdengar sediha dan terisak itu aku tahan dengan berlinang air mata saat itu. Terdengar begitu jelas di telinga mereka.Ayahku memang seorang laki-laki tegar dan juga sangat penyabar. Mungkin Ayah tahu kalau aku memang berwatak keras dan tak pernah mau menyerah sama dengna sikap dan watak yang diturunkannya padaku. Semua itu tentu saja aku lakukan untuk menggapai cita-cita. Maafkanlah…, kalau aku belum bisa menjadi anak gadis yang baik untuk saat ini.“Ayah&hellip
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status