Sekuat apapun dan semampu apapun aku menahan hati dan perasaan untuk tetap bertahan dengan sikap egoku, aku akhirnya tak mampu membendung rasa rindu pada ayah dan terutama pada ibu yang melahirkanku.
Sekelumit rencana yang bersarang dalam otak telah membuat hatiku buntu untuk berpikir dan bernalar sehat hari itu. Kupaksa juga akhirnya tanganku menggenggam Hanphone milikku di tangan. Aku tahu kalau ibu dan ayah memang tak memiliki alat komunikasi yang biasa menelponku menggunakan telpon milik tetangga. Aku berharap orang yang aku telpon kali ini tetangga yang memang tak begitu akrab, mau memberi tahu kalau aku menelpon keluargaku.
“Tutt…..”
“Tutttt…!
“Tutt…..!
Tiga kali panggilan aku coba menelpon sang tetangga yang memang aku tahu dia hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Bik Darmi, ya begitulah namanya tapi tak terlalu penting aku bahas di sini.
Aku memang tak pernah berpikir untuk dekat pada san
“Ibu…….”“Bagaimana kabarnya? Ibu katanya sakit?“Kenapa tak pernah cerita sama Mawar kalau ibu sedang sakit?Hanya itu kata-kata yang mampu aku ucapkan hari itu, sembari bibirku tak berhenti bergetak menahan air mata yang seakan tak hentinya menetes perlahan membasahi pipi. Menahan rasa rinduku di perantauan pada ibu dan Ayah yang tentu sudah lama tidak bertemu. Sudah berjalan hampir beberapa tahun berlalu, tetapi tak ada yang bisa aku beri pada perempuan dan laki-laki tangguh yang melahirkan dan berjasa membesarkanku itu.“Tak apa nak..Uhuk..Uhuk Cuma batuk saja!”“Ibu, baik-baik saja di sini!”“Kamu kerja apa di sana? jangan banyak pikiran yah. kerja yang benar saja…!”Kata-kata ibuku membuat hatiku bergetar saat itu. Terasa sesak napasku mendengar Ibu yang seketika batuk, terlihat memang agak parau suaranya. Menandakan kalau Sosok perempuan tangguh it
“Kau Sehat nak di sana?Ucap Ayahku yang terdengar dengan ciri khas suara paraunya, menandakan kalau laki-laki tua yang berusia senja itu memang sedang menahan kerinduan pada anak gadisnya yang sudah lama tak bertemu, tentu saja sejak aku berada lama di kota perantauan.“Sehat Ayah..”“Aku baik-baik saja,”“Tolong Jaga Ibu di sana, aku janji akan pulang dan mewujudkan cita-cita kalian untuk bisa naik haji.”Suaraku yang terdengar sediha dan terisak itu aku tahan dengan berlinang air mata saat itu. Terdengar begitu jelas di telinga mereka.Ayahku memang seorang laki-laki tegar dan juga sangat penyabar. Mungkin Ayah tahu kalau aku memang berwatak keras dan tak pernah mau menyerah sama dengna sikap dan watak yang diturunkannya padaku. Semua itu tentu saja aku lakukan untuk menggapai cita-cita. Maafkanlah…, kalau aku belum bisa menjadi anak gadis yang baik untuk saat ini.“Ayah&hellip
Dari mana kau tahu alamatku?Aku berkata pada laki-laki itu yang memang wajahnya tak asing lagi di hadapanku dan sekarang sedang berada di depan pintu.“Kau lupa kau pernah didata kemarin. Sewaktu berada di sel tahanan wanita selama satu malam? setelah kau ditangkap pihak kami yang melakukan razia liar para penyakit masyarakat?Laki-laki itu berkata dan menatap wajahku tajam. Seolah dia penuh dengan berbagai bahan pertanyaan yang akan dia katakana padaku. Tetapi, melihat gelagatku yang memang tak suka dengan kehadirannya, laki-laki itu terlihat sedikit berjalan agak mundur. Mungkin, dia melihat perubahan wajahku yang sedikit agak cemberut.Ya, laki-laki yang ada dihadapanku adalahsalah satu pihak keamanan yang kemarin mengejar dan menangkapn kami para kaum pekerja malam. Sampai akhirnya membuat akudan rekan-rekan tertangkap dan dimasukkan bersama di dalam sel tahanan wanita selama satu malam. Para laki-laki berseragam yang malam itu seolah beg
“Aku ada sebuah tawaran bagus untukmu?“Kenalkan namanku Rey…Laki-laki itu berkata dan juga sekaligus memperkenalkan diri padAku yang malam itu tanpa Aku undang datang dan mengetahui letak dimana alamat kontrakan yang memang sudah dia kantongi. Tentu saja dari alamat dan kartu tanda pengenal yang Aku tuliskan, sewaktu kami didata di sebuah kantor sebelum kami dimasukkan dalam sel kurungan.“Cepat katakan apa maumu?!“Tak usah banyak basa basi. Aku tak suka mendengarnya!Kembali Aku mengeluarkan kata-kata kasar yang memang begitu keras Aku ucapkan pada laki-laki gagah itu yang memang menatapku penuh dengan misteri. Merasa memang laki-laki itulah yang membuat Aku mengalami kesialan malam itu, entah kenapa Aku begitu membenci laki-laki itu yang memang semenjak bertemu pertama kali itupun Aku tak menyukainya sama sekali.“Sabar dulu.Aku tak bermaksud jahat padamu!“Bukankah Aku melAkukan hal itu
“Aku punya kenalan di sebuah club malam? “Jika kau tertarik untuk bekerja di sana, Aku akan merekomendasikan kau di tempat itu. Kau memiliki Wajah cantik, tubuh seksi serta penampilan yang tidak kalah bahkan kau sepertinya lebih cantik dan lebih menggoda di atas mereka. Sepertinya kau cocok di sana.” Rey sang laki-laki gagah itu berkata. Memang Rey memiliki wajah yang lumayan cakep dan juga bertubuh atletis bahkan sempurna. Dia juga mapan dan juga seorang laki-laki yang bertanggung jawab sepertinya, tetapi kenapa dia begitu memperdulikan Aku yang hanya seorang perempuan kotor di pinggir jalan yang mengemis dan haus akan belaian laki-laki karena uang. “Mengapa dia begitu perhatian padAku? “Apakah dia memang tak memiliki pacar atau bahkan istri yang akan memarahi dan melarangnya bergaul dengan seorang kupu-kupu malam seperti Aku ini! Seketika pertanyaan itu berkecamuk saat Aku melihat laki-laki gagah itu berkata tepat di hadapanku. Tak s
“Bagaimana apakah kau mau menerima tawaranku?“Bukankah itu lebih terhormat ketimbang berdiri di jalanan yang terkadang lebih berbahaya dengan kejahatan dan tindak kriminalnya?Rey sang laki-laki gagah itu berkata sembari matanya begitu memandang serius padaku malam itu. Begitu tak pernah Aku sangka, pertemuan pertama dan kedua kali ini begitu sangat berkesan dan menjadi sebuah momen keakraban yang memang terukir malam itu. Terlihat memang dari niat dan gelagat Rey yang tak sama sekali memperlihatkan sebuah kecurigaan dan niat jahat gelagatnya mendekatiku.“Bukankah itu sama saja!“ Bekerja atau tidak bekerja di Club malam atau berdiri di pinggir jalan?“Mengharapkan belaian laki-laki yang memang menjadi tujuan utama kami!“Intinya sama-sama kupu-kupu malam dan juga mengharap rupiah dari semuan laki-laki yang datang pada kami?Aku berkata malam itu dengan memang masih mempertahankan pendapat dan arg
“Baik aku akan terima pekerjaan itu.” “Aku sudah berpikir matang-matang,” “Aku sudah mencoba untuk berbicara dengan diri dan hatiku sendiri Rey, keputusan itu sudah aku pikirkan dan aku buat. “Terimah kasih Rey.., kau telah memberikan aku jalan agar aku bisa berubah lebih baik lagi.” Aku mencoba berucap pada Rey, seorang laki-laki gagah yang selalu menguatkan aku semenjak pertemuan kami pertama kali. Memang tak pernah aku sangka watak dan sifat laki-laki itu. Bertemu dengan seorang laki-laki gagah berani yang bernama rey, bersifat keras dan pantang menyerah. Lelaki yang awalnya aku terlalu membenci sehingga sekarang ibarat teman sendiri yang ketika pertama kali bertemu memang aku tak menyukainya sama sekali, aku tak pernah menganggap laki-laki itu baik. Ternyata dugaanku sama sekali salah, dia orang yang perduli walaupun tak mengenal diriku siapa sebelumnya dan tak pernah menganggap latar belakang pekerjaanku yang hina itu. Tetapi
Bangunan itu terlihat begitu mewah menyerupai sebuah rumah tetapi lebih tepat dikatakan lebih mewah lagi layaknya sebuah istana berukuran besar dengan hiasan lampu kerlap kerlip di depan bangunan. Tepat di bawah atap bangunan terlihat beberapa laki-laki yang semuanya berkumpul. Berbagai macam usia mereka dari berusia remaja hingga di atas usia matang pun ada di sana. Aku tak dapat membayangkan apa yang mereka lakukan bersama para wanita-wanita di depan sana, di atas sebuah bangku yang memang sudah disiapkan tepat di depan teras bangunan itu. Para wanita-wanita muda berparas cantik, mengenakan pakaian minim bahan dengan menyalakan rokok di mulut para laki-laki itu. Di depan bangunan tepat di depan teras sudah berdiri wanita-wanita usia muda belasan tahun dengan pakaian rok gaun pendek berwarna warni. Ada juga yang memakai pakaian ketat dengan berbagai macam model baju yang maaf, begitu seksi. Di depan tempat itu ya, tepat di depan pintu bangunan mewah &n