Semua Bab Gelora Cinta Enrico: Bab 31 - Bab 40
130 Bab
Mengejar Malaikat
Enrico memandang punggung Francesca dari kejauhan di kegelapan malam. Dia berdiri di antara pepohonan yang tak juga menghalangi pandangannya. Matanya tak bisa teralih dari sosok gadis yang sedang duduk di antara rerumputan.Gadis itu tersenyum dengan sangat lembut. Dia menikmati sepotong ikan bakar dengan cara yang sangat anggun. Dia tertawa mendengarkan lelucon yang di ucapkan para penduduk pulau. Baru kali ini Enrico melihat tawa gadis itu. Bibirnya yang terbuka lebar dengan gigi-gigi yang rapi. Sorot mata yang ceria seakan tak pernah ada duka. Wajah mungil dengan dagu runcing, memberikan gambaran raut wajah cinta yang begitu sempurna. Francesca bagaikan seorang dewi kecantikan di mata Enrico. Menghipnotis pria itu untuk terus memandangnya tanpa berkedip. Membuat kaki-kaki gagah itu berdiri diam dengan kaku.Keinginan untuk mendekati dan merengkuh  gadis itu dia urungkan. Ia terlalu takut senyuman itu akan sirna ketika g
Baca selengkapnya
Hati Malaikat
"Kau ... tidak apa-apa, Tuan?" Enrico tertegun mendengar pertanyaan Francesca. Dia terkesima melihat gadis itu kembali mendekatinya. Masih ada sinar ketakutan yang bercampur dengan kekhawatiran. Gadis bodoh, budak liarnya kembali dan mengkhawatirkan dirinya."Aku rasa bahuku terkilir," sahut Enrico perlahan.Francesca tampak ragu-ragu mendekati pria yang duduk di tanah. Saat dia bisa  melihat jika, pria tersebut benar-benar kesakitan, gadis cantik itu tidak tega untuk meninggalkan. Dia kembali dengan perlahan dan mengulurkan tangannya."Mari aku bantu. Tapi tolong ... jangan sakiti aku," ucap Francesca dengan wajah memelas.Enrico terpana melihat tangan mungil nan halus yang terulur padanya. Dia tidak menyangka gadis yang baru saja lari ketakutan menghindari dirinya, benar-benar kembali untuk menolong. Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap Francesca."Aku tidak akan menyakitimu," ucapnya per
Baca selengkapnya
Menyusup ke Kapal
Malam itu, peratama kali dalam sekian puluh tahun Enrico bisa merasakan ketenangan. Ada perasaan damai yang menelusup di relung hatinya, saat merasakan kehangatan tubuh Francesca dalam pelukan.Malam  semakin larut, mata Enrico belum bisa terpejam, seakan dia tidak ingin melepaskan satu detik pun kebersamaan dengan malaikat disisinya. Budak bodoh dan liar, yang entah bagaimana bisa menempati posisi dalam hatinya.Hembusan nafas gadis itu sudah teratur. Dia tertidur dalam kehangatan tubuh monster yang ditakutinya. Dia lupa dengan kewaspadaan yang selalu dijaganya ketika berada bersama pria bermata dingin itu.Seakan tak pernah bosan, Enrico memandangi wajah cantik itu. Dia terus menatap Francecsa hingga matanya memerah dan terasa lelah. Enrico menutup matanya sejenak, hingga tanpa sadar dia jatuh tertidur. Fajar menyingsing dengan ceria. Seberkas sinar matahari menyusup melalui celah-celah jendela berusaha menembus kege
Baca selengkapnya
Kehilangan
Enrico tampak sibuk di gudang persediaan. Ia mengawasi para pekerja mengangkut ratusan karung buah zaitun dan meletakannya di dalam truk. Truck yang datang bersamaan dengan kapal barang. Setelah muatan penuh, truk itu kembali ke dalam kapal dan para pekerja memindahkan kembali karung-karung buah zaitun dengan rapi. Setelah muatan truk kosong, pengemudi membawanya kembali ke gudang dan mengangkut karung lainnya. Ada dua buah truk besar yang datang dan beberapa kali bergantian, mengangkut karung-karung berisi zaitun.Semua pekerja tampak sibuk. Pompei dan beberapa mandor lainnya mengawasi sekaligus mencatat jumlah karung yang diangkut. Setelah muatan hampir selesai, Enrico segera menunggangi kudanya  kembali ke dermaga. Dia berjalan masuk ke dalam kapal.  Di sana ia mulai memeriksa sekali lagi bagaimana mereka mengatur karung-karung tersebut. Enrico cukup puas dengan apa yang dilihatnya. Ia melangkah keluar kapal.
Baca selengkapnya
Tempat persembunyian
"Budak Liarrr!!!! Francescaaaaa!" teriak Enrico marah menatap ke arah lautan. Tangannya menarik kekang kuda dengan keras, binatang berkaki empat itu meringkik sangat keras sambil menaikan kedua kaki depannya, mengambil ancang-ancang sebelum akhirnya berlari dengan kencang.Enrico memacu kudanya kembali ke kastil dengan cepat. Tidak boleh terlambat sedetik pun lagi. Dia meloncat turun dari atas kuda, melesat masuk ke dalam kastil dan membiarkan kudanya begitu saja di depan."Enrico," panggil Rebecca dengan wajah berseri-seri, menghampiri pria itu.Pria tersebut menepis tangan Rebecca dengan kasar, sehingga wanita tersebut terdorong ke samping. Rebecca sangat terkejut dengan sikap kasar Enrico yang tidak pernah dia terima sebelumnya. Pria tampan itu masuk ke dalam kamarnya, naik ke lantai dua dan mulai berkutat dengan tekhnologinya. Dia menghidupkan signal dan mulai memencet nomor di handphonenya. Dengan tidak sabar Enrico
Baca selengkapnya
Kembali pulang
Pria bertubuh besar dan penuh dengan tato itu, memiringkan kepalanya, ia menarik satu sudut bibirnya ke atas. Matanya lekat menatap gadis cantik yang baru saja diseret keluar oleh Paqual dan Arigo.Gadis itu berwajah sungguh cantik dengan kulit yang halus dan sangat bersih. Kecantikan gadis itu serupa dengan bintang film ternama, yang seringkali menemani angannya ketika sedang bergelora.Saat ini kecantikan itu  dapat dia lihat langsung dengan nyata. Apalagi manik mata berwarna coklat hazelnut itu tampak ketakutan, menambahkan pesona yang membuat gairahnya semakin membara. Pria itu mendekati Francesca dan mengulurkan tangan untuk merasakan kehalusan wajah gadis itu. Francesca dengan cepat memalingkan wajah, sehingga sentuhan tangan itu menyangkut di rambutnya.Pria itu tidak marah. Dia justru membelai rambut gadis cantik dihadapannya ... menariknya perlahan ... merasakan kehalusan rambut tersebut dan mencium aroma wanginya, penuh pe
Baca selengkapnya
Pesona dalam kegelapan
Dengan tubuh basah kuyup dan jaket pelampung yang masih menempel di tubuhnya, Francecsa terus berjalan. Yang dia mau hanya pergi jauh meninggalkan Enrico. Rambutnya pun sudah basah, air laut menetes mengaliri wajahnya bercampur dengan air mata yang semakin deras. Pandangan matanya menjadi semakin kabur ditambah lagi malam yang gelap, Francesca benar-benar tidak tahu arah.  Gadis itu mengginggil kedinginan. Kakinya sudah terasa sangat lemah, namun dia terus melangkah dengan gontai. Menyeret kedua kakinya yang terasa semakin berat, dia terus berusaha mencari tempat persembunyian. Kegagalan yang baru saja dia alami, membuat perasaan Francesca menjadi semakin porak poranda. Bahkan selangkah kaki lagi dia melompati pulau ini, namun hanya kegagalan yang dia dapatkan. Gadis itu menatap langit gelap seolah berharap burung Garuda akan datang dan membawanya pergi. Dari jarak sepuluh meter, Enrico berjalan perlahan mengawasi buruannya. Matan
Baca selengkapnya
Memeluk bidadari
Francesca memutuskan untuk melepaskan pakaian basah yang membuatnya semakin kedinginan. Dia memeras pakaian hingga air menetes dengan deras. Kali ini dia bingung, haruskah ia mengenakan kembali pakaian basah itu atau menyampirkan di meja seperti yang dilakukan oleh Enrico.Gadis yang selalu dilayani dan tidak pernah hidup menderita semenjak tinggal dengan orang tua angkatnya, memutuskan untuk mengikuti tindakan pria itu. Dia menyampirkan pakaiannya, dengan keyakinan jika kegelapan malam tidak akan bisa ditembus oleh mata biru itu.Gadis cantik itu berjongkok dengan memeluk lututnya. Dia bersandar di dinding gubuk sambil menatap ke arah celah jendela kayu, memandang hujan yang tak kunjung berhenti.Matanya tanpa sadar terpejam. Tubuhnya sudah sangat lelah melalui banyak hal hari ini. Gadis itu akhirnya tertidur sambil memeluk dirinya sendiri. Melupakan jika dia berada satu ruangan dengan monster yang juga tak berpakaian.Cahaya kilat, memberika
Baca selengkapnya
Kamar
Di depan pintu Kastil, Rebecca melonjak kegirangan saat melihat Enrico datang. Semalaman gadis itu merasa ditelantarkan, sendirian di dalam kastil besar dikala hujan deras yang mengguyur. Wanita itu berlari dengan cepat ke arah Enrico, memeluk pria itu dan menyandarkan kepalanya di dada bidang yang berbalut pakaian setengah kering. "Enrico kemana saja dirimu? Semalaman aku mencemaskan dirimu, hingga aku tidak dapat makan dengan nikmat apalagi tidur dengan tenang," rengeknya manja. Enrico memegang bahu wanita itu dan mendorongnya untuk melepaskan pelukan yang terasa mengganggu. Enrico melangkah masuk ke dalam kastil dengan diikuti oleh Francesca. Mata Rebecca seketika menyala melihat gadis itu. "Dia! Kau berhasil menemukan budak bodok ini?!" Rebecca menyeringai gembira. Wanita itu merasa sangat senang karena Enrico begitu perhatian padanya, hingga mencari dan menbawa budak yang sudah menyinggung dirin
Baca selengkapnya
Pupuk yang hanyut
"Ikuti aku," ucap Enrico saat Francesca selesai menikmati makanannya.Tanpa banyak membantah, gadis itu berdiri dari duduknya dan mulai mengikuti arah langkah Enrico. Pria itu berjalan ke luar kastil, tampaknya mereka akan menuju ke perkebunan. Saat melihat Enrico pergi begitu saja, tanpa menghiraukan dirinya, Rebecca langsung berteriak menyusul. "Aku ikut!"Enrico yang awalnya hendak membawa Francesca berkuda bersamanya, mengurungkan niatan itu. Dia ubah arah langkah kaki dari menuju ke kandang kuda, menjadi ke tempat di mana mobil golf di parkirkan.Rebecca tentu saja langsung berinisiatif duduk di depan di sebelah Enrico."Cepatlah naik!" seru Enrico ketika Francesca masih diam berdiri disamping mobil golf.Mendengar perintah Enrico, gadis cantik itu menjadi heran. Pertama kalinya Enrico mengijinkan dia duduk di mobil golf itu. Berbeda dengan biasanya, dia akan berjalan di belakang mobil golf.Menerima tatapan tajam dari tuannya, Francesca sege
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status