Semua Bab THE HEIR: Bab 21 - Bab 30
57 Bab
Ketahuan
-21- "Hai, Sayang," sapa Bagaskara sambil membungkukkan badan dan hendak mengecup pipi kanan Nadine, tetapi dengan sigap perempuan tersebut menolak tubuhnya ke kiri dan menempatkan bungkusan kerupuk kulit di bagian pipi, sehingga ciuman Bagaskara mendarat di bungkusan kerupuk dengan mulus. Theo menggigit bibir bawah untuk menahan tawa, sedangkan Nadine berdiri dan segera berpindah tempat ke sebelah calon suaminya tersebut.Kadung malu, Bagaskara menarik bungkusan plastik itu dan merobeknya dengan semangat. Kemudian mengoleskan kerupuk ke kuah sisa daging cincang di piring Nadine. Tanpa sungkan pria bertubuh tinggi besar itu mengunyah benda berbunyi kriuk itu sembari memandangi sepasang kekasih yang ada di hadapannya, dengan tatapan tajam. "Sepertinya jodoh kita masih panjang, Sayang!" tegas Bagaskara, sengaja menekan kata sayang itu dengan suara yang terdengar menggeram. "Hati-hati kalau ngomong, Bagas. Jodohmu yang
Baca selengkapnya
Pengusiran
-22-  Pak Daniel menatap wajah anak perempuannya dan lelaki yang berada di hadapan itu dengan tajam. Sedangkan Bu Rianti hanya menggeleng-geleng pelan sambil melipat tangan di depan dada. Merasa kecewa dengan tingkah anak perempuannya dan Theo, yang telah melanggar norma agama dan sosial. "Sejak kapan kalian melakukan free sex seperti ini?" tanya Pak Daniel sembari menatap tajam pada Nadine. "Maaf, Pak," ucap Theo, dia sengaja menghindar untuk menjawab pertanyaan calon mertuanya tersebut, karena tidak ingin mengungkap aib dirinya dan Nadine. "Jawab!" bentak Pak Daniel sambil menegakkan punggung. Rahang pria itu mengeras. Berusaha sedapat mungkin untuk tidak bangkit dan menghajar pria muda itu, karena telah menjadikan putrinya sebagai pemuas nafsu. "Ba-baru aja, Pi," jawab Nadine dengan suara nyaris tak terdengar. "Apa ini yang membuat kalian ingin cepat-cepat menikah?" Theo mengan
Baca selengkapnya
Olahraga di kasur
-23- Tanpa bisa menahan diri, Theo langsung maju dan menghantamkan tinjuan di perut Bagaskara. Namun, pria yang tubuhnya lebih besar itu tidak mau kalah. Dia membalas dengan meninju pundak Theo dan membuat pria bertubuh tinggi itu terhuyung. Melihat situasi yang semakin memanas, Nadine menarik benda terdekat yaitu tong sampah yang tadinya berada di dekat pintu lift, dan mendorong benda itu ke tengah-tengah Theo dan Bagaskara yang sontak berhenti. "Siapa pun yang maju, kupukul pakai ini!" pekik Nadine yang membuat kedua pria itu bergeming. Sesaat suasana terasa hening meskipun masih ada aura pertentangan antara kedua pria tersebut. Nadine menggamit lengan Theo dan mengajak calon suaminya itu memasuki lift. Bagaskara hanya bisa menatap nanar pada pasangan tersebut. Ketika pintu lift tertutup, dia pun menendang tempat sampah sambil mengumpat. Pria itu masih menggerutu selama beberapa saat, sebelum akhirnya
Baca selengkapnya
Optimis
-24-  Matahari sudah naik separuh saat Nadine terjaga dari tidur lelapnya. Perempuan bermata sipit itu menguap lebar sambil merentangkan tangan. Menggeliat beberapa kali bak cacing yang tengah meluruskan tubuh. Kemudian terdiam dan kembali mengingat-ingat peristiwa dari kemarin hingga saat ini. Setelah merasa cukup mengumpulkan ingatan, Nadine bangkit dengan bertumpu pada siku. Duduk dengan punggung melengkung di tengah tempat tidur, memindai sekeliling sambil berusaha mendengarkan suara-suara dari luar. Akan tetapi, yang terdengar hanya keheningan panjang. Deru mesin pendingin udara mendominasi, selebihnya benar-benar sunyi. "Theo," panggil Nadine dengan suara serak. Namun orang yang dipanggil tidak menyahut jua.Dengan sedikit enggan Nadine beringsut ke pinggir tempat tidur. Berdiri dan jalan menuju pintu. Keluar sambil celingukan mencari sosok Theo, tetapi pria tersebut tetap tidak ditemukan. "Ap
Baca selengkapnya
Terharu
-25- Suasana restoran tempat pertemuan Nadine, Theo dan Samuel tampak cukup ramai. Alunan musik dari band mengiringi santap malam para pengunjung. Ketiga orang tersebut masih belum banyak bicara, hanya saling sapa saat baru tiba tadi. Hal ini membuat Nadine bingung karena perubahan sikap kakak angkatnya, yang biasanya akan mengobrol panjang lebar bila mereka bertemu."Koko manggil kami ke sini buat apa?" tanya Nadine, sesaat setelah menghabiskan makanannya. Samuel menatap sang adik dan calon adik iparnya itu dengan lekat. Pria itu tampak menimbang-nimbang hal yang akan dikemukakan. "Koko mendapat mandat dari papi buat mastiin kamu udah nggak pakai fasilitas dari beliau," ucapnya. "Sekaligus, dapat pesan dari mami untuk membantu kalian membuka usaha baru," lanjutnya yang membuat Nadine dan Theo saling beradu pandang. "Jujur, Na, koko dilema ini. Harus menuruti perintah papi atau mami. Apalagi karena
Baca selengkapnya
Virus Cinta
-26-Nadine dan Elsa tengah mengobrol dengan seru saat Santi tiba sambil bersungut-sungut. Perempuan berwajah oval itu tidak terima dirinya diabaikan Nadine, semenjak sahabatnya itu diberhentikan sebagai direktur oleh sang papi. "Aku juga mau berhenti," ujar Santi dengan nada suara getir. "Terus, kalau kamu nganggur, mau bayar kontrakan pake apa, daun?" tanya Nadine seraya menyunggingkan senyuman lebar. "Ya nggak nganggurlah, aku ikut pindah ke sini. Jadi staff biasa juga nggak apa-apa," sahut Santi. "Sayang sekali, staff di sini udah penuh, San. Hanya ada satu posisi yang kayaknya cocok buatmu," sela Elsa sembari menatap wajah sahabatnya itu dengan lekat. "Posisi apa?" tanya Santi penuh harap. "Tukang panggul dekor." Sesaat hening, kemudian tawa Nadine dan Elsa menyembur bersamaan. Tak peduli Santi mendengkus dan mengomel panjang lebar karena telah dikerjai. "Seriuslah,
Baca selengkapnya
Penggoda
-27-Ungkapan rasa sayang Theo beberapa hari yang lalu membuat hati Nadine berbunga-bunga. Terkadang dia curi-curi pandang pada Theo, bila kebetulan pria itu sedang berada di rumah. Namun, bila tertangkap basah sedang memandangi, maka Nadine langsung menampilkan wajah tanpa ekspresi. Theo sendiri memang masih terkaget-kaget dengan kelancangan mulutnya mengungkapkan perasaan tersebut. Dia seharusnya bisa menahan diri dan menyimpan rasa itu baik-baik. Tadinya, Theo baru akan mengungkapkan perasaan bila Nadine masih ngotot untuk berpisah, tetapi hal tersebut ternyata sangat susah. Theo sebenarnya pun sering memandangi wajah Nadine secara sembunyi-sembunyi, atau menatapnya sebelum tidur. Hal itu malah membuat rasa sayang itu semakin membesar seiring waktu. Hari terus berganti. Kesibukan mereka membuat Nadine dan Theo nyaris tidak memiliki quality time. Nadine berangkat dari rumah pagi-pagi dan pulang saat langit menggelap. Theo menyib
Baca selengkapnya
Sungguh Beruntung
-28-Restoran di kawasan Tendean itu menjadi saksi kericuhan keluarga besar Theo, saat dijamu makan siang oleh Nadine. Perempuan bermata sipit tersebut sesekali tergelak bila Evan atau Tania menceritakan tentang kisah masa kecil Theo. Tawa Nadine semakin mengencang saat Bi Suri, adiknya Pak Herman menambahkan beberapa cerita saat Theo remaja. Bi Suri adalah pengasuh Theo dan kedua adiknya semenjak baru lahir. Hal ini dikarenakan Bu Ida juga ikut bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, otomatis tumbuh kembang ketiga orang tersebut menjadi tanggung jawabnya. Rumah Bi Suri yang letaknya bersebelahan dengan rumah orang tua Theo, menjadikan mereka teramat akrab. Selain kedua orang tua, Theo dan kedua adiknya itu sangat menyayangi Bi Suri. Demikian pula dengan kedua anak Bi Suri, mereka sudah dianggap sebagai saudara kandung ketimbang sepupu oleh ketiga anak Pak Herman. Sementara Pak Beni dan Bi May, tinggalnya di
Baca selengkapnya
Tatapan Memuja
-29- Fenita memandangi Nadine dan Theo nyaris tanpa kedip. Gadis itu sedapat mungkin menahan tangis yang sudah menyumbat di tenggorokannya. Tidak mau ada orang lain yang tahu bagaimana perih hatinya, ketika menyaksikan kemesraan pria yang sudah telanjur dicintai dengan perempuan lain. Berulang kali Fenita menghela napas berat dan mengembuskannya perlahan. Berharap hal tersebut bisa membuatnya lebih tenang dan santai. Dia juga tidak mau merusak kebahagiaan keluarga Theo yang tampaknya sangat menyukai Nadine. "Fen, sudah siap?" tanya Sheila yang tengah jalan menuju tempat Fenita berdiri. "Sudah, Bu," jawab Fenita sembari merapikan dekorasi untuk terakhir kalinya, sebelum digunakan oleh pasangan itu sebagai tempat foto prewedding. "Ayo, Na, kita mulai," ajak Sheila pada sang pengantin yang sudah didandani oleh tim penata rias yang bekerjasama dengan butiknya. Semua proses sebelum pernikahan Nadine dan
Baca selengkapnya
Mencair
-30-Suasana di bengkel tampak ramai. Karyawan yang jumlahnya lima orang itu tampak bergerak cepat untuk menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing. Sementara para pemilik toko melakukan berbagai hal untuk membunuh kebosanan.Waktu yang terus merangkak naik menuju siang hari membuat perut mereka keroncongan. Theo yang juga sudah merasa lapar akhirnya berdiri dan hendak beranjak pulang. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sesosok pria yang sama sekali tidak diharapkan kedatangannya. "Wuah, bos bengkel. Gimana, sudah menghasilkan berapa juta dolar?" tanya Bagaskara dengan nada suara mengejek. Theo memilih untuk mengabaikan ucapan pria tersebut dan langsung menuju mobil yang diparkir di samping bangunan bengkel. Gerakannya tertahan karena Bagaskara menarik tangan dan berkata dengan sinis,"Apa kamu tidak punya keahlian lain, hah? Mana bisa ngebahagiain Nadine dengan penghasilan bengkel kecil begini!" "Jangan coba-coba mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status