All Chapters of Sang Abdi: Chapter 21 - Chapter 30
57 Chapters
20. Kenangan
Detak jam dinding terdengar jelas detik demi detik di ruang yang sunyi. Bunyinya seperti derap kaki prajurit yang berbaris sendiri di keheningan. Sendiri tanpa pasukan. Sendiri tanpa teman. Meski sendiri, derap itu terus melangkah maju meninggalkan jalan berbatu yang dilaluinya.Lembar demi lembar album foto dipandangi Gayatri. Ada banyak foto-foto kenangan bersama Wahyu mulai dari masa mereka pacaran. Foto-foto yang dia kumpulkan dan pasang di album-album yang tak pernah dijamah Wahyu. Foto-foto yang sebagian mungkin terpaksa dilakoni Wahyu untuk sekedar memenuhi keinginan istrinya.Sejenak Gayatri tersenyum melihat foto dirinya bersama Wahyu dengan gaya konyol di plang jalan Malioboro saat mereka jalan berdua. Di plang jalan itu Wahyu menyatakan cintanya sekaligus meminta Gayatri untuk mau menikah dengannya. Saat itu Gayatri tak langs
Read more
21. Terlipur
"Gimana, Sri? Ngepak manggisnya sudah selesai semua?" tanya Kirana ketika pagi-pagi baru sampai ke balai desa."Beres, Mbak. Sebenernya kemarin sudah selesai semua, tapi ada kardus yang sobek satu jadinya barusan aku ganti," jawab Sri sambil mengangguk sopan."Buruan kalian bantu Tikno dan Joko ngangkut ke truk. Itu truknya sudah datang."Para perempuan pekerja itu lalu menyiapkan kardus-kardus manggis untuk diangkut Tikno dan Joko."Mas, yang ini dulu," ujar Sri pada Joko sambil senyum manis.Lelaki muda yang dipanggilnya Mas Joko itu berbadan cukup berotot dengan kulit coklat. Wajahnya cukup tampan. Mungkin bisa dibilang paling tampan di desa itu. Dia sebaya dengan Sri dan sama-sam
Read more
22. Terbakar
Farhan mulai terbakar hasratnya. Diangkatnya kaki kanan Kirana dengan tangan kirinya lalu diarahkannya batang kejantanannya pada celah kewanitaan istrinya yang sudah basah pelumas. Kirana merangkulkan kedua tangannya ke leher suaminya."Aaaaaahhhh ...." Kirana mendesah panjang ketika dirinya dimasuki secara perlahan.Mata Kirana tertutup menikmati batang yang mengisi rongga kewanitaannya. Otot-otot kewanitaannya berkontraksi karena rangsangan benda keras itu ditambah ulah nakal Gayatri yang menggarap buah dadanya. Dia tenggelam dalam hasratnya.Perlahan dan teratur Farhan bergerak. Kirana menikmati gerakan demi gerakan yang menghujamnya dengan lembut. Cairan kewanitaannya semakin bertambah melumasi liang senggamanya. Desahan-desahan halus terdengar dari mulutnya.
Read more
23. Pencerahan
Pagi-pagi Kirana sudah bangun. Tak ada bahan makanan yang tersedia di pondok untuk menyajikan sarapan. Kirana melepaskan pelukannya pada Gayatri yang masih lelap tertidur. Setelah berganti pakaian, Kirana turun dari kamar loteng dan melihat suaminya masih tertidur di karpet ruang depan pondok.Setelah mengambil kunci motornya yang tergantung di dinding, Kirana meninggalkan pondok tanpa membangunkan suaminya. Dia hendak pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian sekalian membuat sarapan yang akan dibawanya ke pondok.Kirana memasak nasi goreng pakai daging ayam, omlet daging cincang, dan kerupuk udang. Setelah selesai, dia masukkan wadah plastik yg terpisah agar mudah dimasukkannya ke ransel. Dengan memakai kaos agak longgar, celana selutut berbahan parasut, dan sepatu kets serta ransel di punggung, Kirana naik motor kembali ke pon
Read more
24. Prahara
"Wiiih ... seru, ya, Dik." Gayatri gembira saat mereka baru turun dari perahu karet."Iya, Mbak. Agak ngeri, tapi memang seru arung jeramnya," ujar Kirana.Mereka berdua melepas helm dan jaket keselamatan lalu menyerahkannya pada tim pemandu."Mas, tadi barang-barang kita di mobil kan?" tanya Kirana pada Farhan."Iya. Semua ada di mobil. Mau langsung pulang?""Langsung aja," ujar Gayatri. Kirana mengangguk setuju.Mereka bertiga lalu naik mobil dan menuju pondok. Titik finish arung jeram itu ada di sisi lain desa yang cukup jauh jaraknya dari Pondok Sunyi. Farhan jadi terpikir untuk membuat posko di titik 
Read more
25. Ketegasan
Kirana turun dari motor ATV yang dikendarainya. Dengan anggun, Kirana berjalan memasuki Bengkel Kemas, tempat pengemasan dan penyimpanan buah yang dikelolanya. Sudah sekitar dua bulan bangunan itu jadi dan beroperasi. Sebuah bangunan yang cukup luas dengan gudang tempat penyimpanan buah, meja-meja kerja besar untuk penyortiran dan pengepakan, ruang istirahat pekerja berbentuk meja panjang dan bangku panjang tempat istirahat dan makan, serta ruang terbuka yang dijadikan kantor Kirana dan administrasi.Dengan berkembangnya agrobisnis mereka, Kirana telah menjalankan usaha setiap hari di sana. Sri yang dulu mengkoordinasi para pekerja kini dimintanya untuk jadi kepala bengkel yang mengurusi administrasi dan keuangan sekaligus mengurusi para pekerja. Saat Kirana tak berada di tempat, Sri yang menggantikannya mengelola semua kegiatan bengkel. Joko ditunjuk sebagai koordinator angkutan dan penyimpanan sedangkan Tikno ditunjuk sebagai koordinator pengemasan dan pengepakan.
Read more
26. Kebesaran Hati
Sebuah mobil MPV warna abu-abu metalik memasuki halaman Bengkel Kemas. Mobil itu diparkir di halaman depan yang biasa dipakai untuk parkir. Gayatri turun dari mobilnya dengan langkah anggun. Dia masuk melalui pintu depan yang memang biasa terbuka. Itu kedua kali Gayatri datang ke sana. Dia hendak melihat jeruk yang akan dikirim ke Solo untuk diekspor."Siang, Mbak." Ajeng yang melihat Gayatri masuk menyapanya."Siang. Saya mau ketemu Kirana," ujar Gayatri."Mari, Mbak. Saya antar," jawab Ajeng dengan sopan.Ajeng mengantarkan Gayatri sampai ke area kerja Kirana yang terbuka dan bukan berupa ruang khusus. Di sana, ada seperangkat kursi tamu di mana tampak seorang lelaki muda tampan sedang memandang tak lepas pada Kirana yang sedang memeriksa berkas-berkas. Gayatri menghampirinya lalu menyapa sambil menyodorkan tangannya."Gayatri," ujarnya memperkenalkan diri."Saya Rizal," jawab lelaki tampan itu."Mau ketemu Kirana?" tanya Gayatri.
Read more
27. Kesedihan
Farhan mematung memandangi dua orang yang dicintainya bertangisan sambil berpelukan di lantai teras. Dia bertanya-tanya dalam benaknya apa yang sedang terjadi, tetapi dia ragu untuk mendekat. Dibiarkannya mereka begitu tanpa mengusiknya.Telinga Kirana berdenging. Bunyi itu membuatnya tak nyaman dan terganggu. Dilepasnya alat bantu dengarnya. Gayatri kaget dengan apa yang dilakukan Kirana."Kenapa, Dik? Kenapa, Dik? tanya Gayatri khawatir. Kirana menatap wajah Gayatri untuk membaca gerak bibirnya."Telingaku berdenging. Mungkin alat bantu dengarku tersenggol saat kita berpelukan tadi," ujar Kirana sambil mengecilkan volume alat bantu dengarnya.Kirana lalu memasang lagi alat bantu dengarnya sambil mengatur volume sampai dia bisa mende
Read more
28. Pertarungan
Kirana bangkit lalu mendekat ke tubuh Farhan yang tergeletak tak berdaya. Ditariknya napas dalam-dalam lalu dihembuskannya untuk membuat dirinya lebih tenang. Diamatinya semua bagian tubuh suaminya. Darah masih mengucur dari kepala bagian belakang. Dirabanya dengan ujung jarinya bagian bawah luka menganga di bagian belakang kepala suaminya. Ditekan-tekannya bagian bawah luka itu dan pendarahan terhenti."Mbak, tekan jari Mbak di sini! Gantiin aku!" perintah Kirana. Gayatri mulai kembali kesadarannya dan mengikuti perintah Kirana. Setelah Gayatri bisa menghentikan pendarahan pada luka kepala Farhan, Kirana berlari mendaki jalan setapak menuju ke pondok. Diambilnya ponselnya lalu dia sibuk mencari nomor telepon Puskesmas kecamatan. Setelah tersambung, dia minta pertolongan. Dijelaskannya kondisi suaminya yang terjatuh dan juga lokas
Read more
29. Bersyukur
Tit ... tit ... tit ....Bunyi alat monitor pasien terdengar dalam tempo teratur.Hanya bunyi alat itu dan bunyi televisi dengan volume rendah yang terdengar di ruang rawat inap VIP yang sunyi itu.  Kirana mengamati suaminya yang masih terbaring tak sadarkan diri. Ventilator masih membantunya untuk bernapas. Sudah seminggu sejak kecelakaan yang dialami suaminya di Pondok Sunyi. Setelah tiga hari dirawat di ruang perawatan ICU, suaminya dipindahkan ke ruang rawat inap dengan berbagai peralatan medis yang masih terpasang di tubuhnya.Ruang rawat VIP itu berukuran cukup besar. Ada dua tempat tidur, satu set kursi tamu, sebuah televisi berukuran cukup besar, dan kulkas. Semenjak suaminya dipindahkan ke sana, Kirana bisa menunggui suaminya sambil beristirahat dengan lebih baik. Bapak dan ibu Kirana sesekali datang menemaninya di sana. Hanya Gayatri yang terus menerus setiap hari datang dan menemaninya bahkan menginap di sana. Farhan sudah tidak memi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status