All Chapters of Don't Be Silly. It's Precious: Chapter 71 - Chapter 80
88 Chapters
Pelajaran
"Selamat datang di rumah, sayang!" sambut ayahku yang tengah menunggu dirumah. Ibu yang menjemputku karena ayah mungkin kelelahan setelah harus mengurus kecelakaan yang aku alami.Aku hanya tersenyum tipis mendengar sambutan yang ditujukan kepadaku itu dan duduk di sofa bersama ayah. "Ayah, apa aku jelek?""Wow, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Tentu saja kau sangat cantik!" jawab ayahku seraya merangkulku."Apa sifatku sangat buruk hingga membuat pria lari dariku? Bahkan mempermainkanku seperti ini.""Sam?" tanya ayahku.Ibuku yang mendegar ayahku menanyakan tentang Sam segera menghampiri ayahku dan menyuruhnya untuk diam.Air mata kemudian turun membasahi pipiku dan semakin lama semakin deras."Apa yang terjadi, sayang? Bukankah kalian baik-baik saja? Apa dia mempermainkamu?" tanya ayahku dengan serius."Christian, sudahlah, lebih baik menenangkan Ava sekarang," ucap ibuku seraya memelukku.Patah
Read more
Malam itu
"Hey, sekarang sudah malam, kenapa kau berada di luar sini?""Hentikan perhatianmu itu, aku tahu kalau itu hanya kebohongan yang sama seperti yang kau katakan kepadaku kemarin-kemarin.""Tentang itu..., aku benar-benar minta maaf, Ava.""Kau pikir aku akan memaafkanku? Berikan aku alasan kenapa aku harus memaafkanmu?""Karena kau mencintaiku?"Aku terbelalak mendengarnya, alasan macam apa itu? Kejam sekali."Aku minta maaf, Ava, apa kau ingat? Kita memiliki waktu-waktu yang luar biasa saat bersama.""Hentikan omong kosongmu, aku benar-benar muak.""Aku tidak bohong, menyenangkan bisa bersamamu, kau gadis yang sangat menarik dan menyenangkan, tentu saja dalam arti yang baik.""Apa maksud perkataanmu?""Candaanmu, caramu bicara, tersenyum, dan tingkahmu yang lucu, aku sangat menyukainya.""Menjijikan, sudah terlambat mengatakan itu, dan sangat memuakkan mendengarmu mengucapkan itu, kau dan aku sudah berakhir.
Read more
Mulai gila?
Aku memandangi kolam ikan yang terletak di belakang rumahku. Hari sudah sangat malam dan ikan-ikan lucu di kolam mungkin mengantuk, jadi mereka tidak muncul ke permukaan ketika aku menyentuh air menggunakan tanganku."Lupakan, Ava, hidupmu tidak melulu soal cinta," batinku."Ibu dan ayah sangat mencintaimu, Ava, mereka menjemput dan menyiapkan masakan kesukaanmu, apakah itu semua tidak cukup untuk membuktikan betapa mereka mencintaimu? Tenanglah, sembuhkan dirimu, kau akan baik-baik saja," batinku lagi.Sebelumnya aku sudah sembuh bukan? Aku bersenang-senang. Bersama teman-temanku, bersama pria yang membohongiku, bersama orang tuaku, aku rasa saat itu aku sudah sembuh. Aku memang beberapa kali terluka, namun aku berhasil sembuh lagi, namun kali ini, semuanya terlalu menyakitkan. Sosok penyembuh itulah yang menyakitiku dengan kebohongan supernya. Kenapa dia bisa sangat menginginkan uang? Padahal aku sendiri memiliki banyak uang, namun aku tidak selal
Read more
Diriku yang lain (?)
Aku tidak mungkin sudah gila. Aku baik-baik saja. Semua itu hanya halusinasi.Aku lalu memperhatikan wajahku untuk terakhir kalinya di pagi ini dan mengenakan sweaterku lalu pergi ke luar kamar mandi dan memakai sepatu di samping ayahku gang tengah duduk di sofa. "Ayah tadi mendengar teriakan dari kamarmu, apa yang terjadi?" tanya ayahku."Kecoa, menjijikan," dustaku.Ayahku lalu menghela napas panjang seraya menatap malas kepadaku. Dia lalu lanjut mengetik sesuatu di ponselnya dan memgabaikanku.Aku lalu menunggu ibuku di mobil seraya memainkan ponselku. Namun, tiba-tiba sesuatu seperti menabrak kaca depan mobil hingga hancur dan serpihan kacanya menusuk ke wajahku. Aku berteriak seraya melihat diriku dari kaca spion."AVA! ADA APA SAYANG? KENAPA BERTERIAK?" tanya ayahku panik seraya membuka pinto mobil yang ternyata tidak apa-apa. Pecahan kaca itu menghilang dari wajahku, kaca mobil masih utuh, malah terlihat mengkilap k
Read more
Jam
Aku berlari turun begitu kereta berhenti di stasiun yang aku tuju. Semua orang memandangiku dengan tatapan aneh ketika aku berlari tiba-tiba. Aku sudah mulai gila. Aku membuka tasku dan meminum sebotol air yang kubawa setelah aku mulai tenang dan berjalan keluar dari stasiun bawah tanah.Semua ini diluar rencanaku. Padahal, tujuan awalku naik kereta pada jam dimana orang-orang pulang kerja adalah untuk melihat berbagai macam ekspresi orang yang kebanyakan merasa puas karena pekerjaan mereka hari ini sudah selesai. Namun, aku malah mendadak bicara dengan sesuatu yang tidak ada dan tentu saja, itu sangat menggangguku.Aku lalu menunggu di halte bis sambil memainkan ponselku. Melihat sosial media yang berisi unggahan teman-temanku maupun orang-orang lainnya yang aku ikuti. Teman-temanku terlihat senang. Beberapa dari mereka bekerja seperti Yura dan Billy dan ada juga yang berkuliah seperti Carla dan Mason.“Ada juga yang berpura-pura menjadi pacarmu untuk men
Read more
Rasa syukurku
Aku masuk ke dalam mobil Carla dan menuju ke McDonald’s yang berada di dekat komplek dimana Carla tinggal. Carla yang keherananan karena sikapku tadi sepertinya tidak mau ambil pusing pada akhrinya dan langsung mengajakku untuk pergi ke McDonald’s karena dia bilang dia lapar sekali.“Di rumah sangat sepi, orang tua dan juga kakakku pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan, pembantu rumah tangga, tukang kebun, dan juga supir, sudah aku minta untuk pulang saja karena aku akan baik-baik saja,” cerita Carla sambil menunggu makanan datang,“Di rumahku, semua orang yang tinggal di rumah yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, misalnya, kemarin adalah jadwalku untuk menyapu taman dan juga membersihkan kamar mandi, awalnya aku sangat tidak terbiasa, namun, ibuku bilang dia tidak ingin aku manja dan aku tetap harus melakukannya, dia terkadang sangat lembut tapi dia sangat tegas ketika memintaku untuk melakukan sesuatu, namun, ketegasannya
Read more
Teman baikku
Aku terbangun dengan rasa sakit di lenganku karena Carla menjadikannya sebagai bantal. Dia tertidur di lenganku saat kami sedang memperhatikan sebuah video seram di aplikasi pemutar video online di internet. Aku melihat ke jam dinding yang terletak di atas pintu kamar dan mendapati kalau sekarang sudah pukul 8 pagi.“Carla, bangun, tanganku sakit,” ucapku seraya membangunkan Carla.Namun dia tidak bergerak, dia masih mendengkur seperti seekor anak kucing yang kelelahan setelah bermain bola-bola benang seharian.“Carla, aku tidak bisa merasakan tanganku, banguuuuuunnn,” ucapku lagi di telinganya dengan sedikit keras.Carla lalu seperti tersentak dan sontak membuka matanya kemudian berguling menuruni tanganku yang di penuhi air liur yang keluar saat dia tidur. Aku melihat jijik ke arah tanganku sendiri dan aku merasa ingin memotongnya saja dan tidak usah memakainya lagi. Namun, itu tidak mungkin.Setelah dia berguling menuruni
Read more
Ibuku (Tidak) sakit
“Apa kau yakin? Sudah mau pulang sekarang?” tanya Carla seraya mengantarkanku ke pintu gerbang rumahnya.“Ya, aku tidak apa-apa, lagipula, sudah seminggu aku berada disini, aku meindukan orang tuaku.”“Orang tuaku belum pulang sama sekali sejak pertama kali kau menginap di rumahku, kakakku juga sama, akan bosan sekali di rumah sendirian,” ujar Carla yang masih mencoba merayuku untuk menginap lagi di rumahnya.“Kalau begitu, kau saja yang menginap di rumahku, sudah lama juga kan kau tidak menginap di rumahku,” usulku.“Aku harus menjaga rumah, sayang, lain kali saja, lagipula aku tinggal menelpon Luke untuk datang,” ucapnya santai.“Lalu, kenapa kau bilang kalau kau akan bosan?” tanyaku kesal.Carla hanya tersenyum dan memamerkan giginya kepadaku, tapi wajahnya kembali terlihat khawatir.“Kau pulang sendiri?”“Ayah akan menjemputku, Carla,
Read more
Sudut pandang
“Benarkan, hari ini ibu pasti sehat, ibu belum pernah sakit dalam waktu yang lama, jadi tidak perlu khawatir,” ucap ibuku pagi ini saat kami semua berkumpul di meja makan untuk sarapan.“Tapi malamnya, kau demam sangat tinggi sampai-sampai aku dan Ava bergantian mengompres keningmu,” ujar ayahku seraya menyuap sereal.Ibu membuang pandangannya ke arah lain sambil berpura-pura bersiul seperti tidak mau tahu apa yang sudah terjadi semalam. Aku hanya tertawa melihat kelakuan orang tuaku pagi-pagi begini. Mereka seperti tidak memiliki jiwa tua di dalam diri mereka, jusru mereka terlihat asik dan menyenangkan untukku, setidaknya untuk ayah, aku seperti baru mengenalnya setelah insiden bunuh diri Michael. Ayah sangat menyenangkan.“Oh ya, Ava, apa kau belum terpikirkan untuk bekerja? Atau mungkin kau mau kuliah tahun depan? Ayah sudah menyiapkan dana jika kau memang ingin kuliah di tempat yang jauh dari rumah, kalau kau bekerja, ayah perl
Read more
Tidak butuh uang
Pertemuanku dengan orang tua Michael Pattertson kemarin, sejujurnya masih membuatku bingung. Sudah ada beberapa orang di dalam hidupku yang menganggap kalau uang akan memberiku kebahagiaan, padahal, tidak seperti itu.Jika aku ceritakan ulang, aku baru merasa bahagia ketika seseorang mau mengerti akan diriku, ketika aku merasa di cintai meskipun pada akhirnya itu hanya kebohongan dan juga kegagalan, ketika aku bisa bersama keluargaku, bersenda gurau bersama mereka, ketika aku bisa menceritakan berbagai masalah kepada teman baikku, aku sudah cukup bahagia.Aku rasa, kebahagiaanku tidak melulu soal uang, karena sebelum aku bertemu dengan Liam, aku juga belum paham bagaimana bahagia menurut orang-orang, dan ternyata, mereka hanya berpikiran kalau ada uang, maka akan bahagia.Liam dan Sam, membuatku merasa bahagia. Mereka membuatku merasa di cintai, namun, keduanya berakhir dalam kegagalan, dan yang kedua membuat semuanya menjadi runyam. Kebohongan, ancaman, dan ras
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status