All Chapters of Don't Be Silly. It's Precious: Chapter 31 - Chapter 40
88 Chapters
Awal mula kehancuran v2
Aku menatap mereka satu per satu, masing-masing dari mereka memasang ekspresi panik. Ibuku lalu menghampiriku dan berusaha memelukku, namun aku menghindar dari setiap sentuhannya dan menatap tajam ke arah ibuku.“Ava, kau akan baik-baik saja jika bersama ayah, Olivia, ibu barumu akan memperhatikanmu dengan baik, ayah janji,” ucap ayahku. Olivia kemudian melihat ke arahku dan menganggukan kepala mengiyakan perkataan ayahku.Aku berusaha menahan air mataku. Seharusnya aku memang sedari awal tidak perlu memikirkan keluarga ini. Cukup jalani hidup dengan tenang dan menunggu semua uang yang datang dari mereka dan menginvestasikan uangku dan menjadi pebisnis handal. Tapi, Liam sudah membuatku terlanjur memiliki perasaan menginginkan sebuah keluarga. Sial.“Ava, ayo kita pergi dari sini, kemasi semua barang-barangmu dan tinggalkan tempat ini, bersama ayah dan Olivia, ayah sangat menyayangimu,” ucap ayahku yang sedikit mendekat ke arahku.
Read more
Cerita Olivia
Aku sampai di sebuah rumah minimalis bernuansa putih di sebuah daerah di pinggir kota ini. Olivia membukakan pintu pagar dan seketika aku takjub karena pekarangan rumahnya sangat indah di penuhi bunga-bunga. Aku lalu membantu Olivia menurunkan bahan-bahan masakan tadi ke dalam rumahnya.Kesan pertama ketika aku masuk ke dalam rumahnya adalah ; luar biasa. Olivia benar-benar tahu dimana harus meletakkan barang dan dekorasi yang minim namun elegan membuat rumah yang tidak terlalu besar ini menjadi terasa mewah dengan tataaan rumahnya.“Aku akan melanjutkan pekerjaanku yang tersisa, kejutkan aku dengan masakan kalian ya,” ucap ayahku seraya masuk ke dalam sebuah ruangan. Aku bisa teriakan kegirangan ayahku dari dalam ruangan itu. Aku tidak tahu kenapa ayahku berselebrasi seperti itu.“Oke, jadi, apakah kau siap?” tanya Olivia seraya menyodorkan sebuah sendok besar ke arah mulutku layaknya sebuah mic.“Hahaha, tentu saja!”
Read more
Sekolah? Menyenangkan!
Aku membuka mataku dan melihat sekeliling kamar. Melihat ke jam dinding dan mendapati waktu saat ini, jam setengah 7 pagi. Aku keluar dari kamar dan melihat Olivia yang sedang berkutat dengan kompor di depannya.“Selamat pagi, Ava,” ucap Olivia yang sedang membalik telur.“Selamat pagi,” balasku. Aku masih berusaha mengumpulkan nyawaku, bahkan, sebenarnya mataku belum terbuka sepenuhnya.“Ayah mana?” tanyaku setelah mataku terbuka sepenuhnya.“Sudah pergi, dia berangkat pagi sekali, dia bilang kalau ada urusan di luar negeri,” jawab Olivia seraya menyiapkan sarapan pagi. Dia menuangkan segelas susu dan memberikannya kepadaku.“Wow, terima kasih!” ucapku bersemangat. Aku menyantap telur goreng dan roti yang dimasak oleh Olivia dan meminum susu yang tadi di berikan Olivia.“Jangan lupa kalau hari ini kau harus sekolah,” ucap Olivia mengingatkan aku. Aku hanya mengangguk da
Read more
Tawa
Aku masuk ke dalam mobil Carla dan kami pergi menuju mall. Di sepanjang jalan, kami bernyanyi dan tidak lama kemudian, kami sampai di mall. Saat di mall, kami malah berjalan dan melihat ke toko-toko yang ada di mall dan tidak makan sama sekali. Justru teman-temanku malah berbelanja dengan jumlah yang sangat banyak dan melupakan rencana kita semua untuk makan malam bersama. Lagipula, sekarang belum malam.Kami memainkan permainan di play zone dan berfoto bersama di photobooth. Aku tertawa tidak berhenti karena kekonyolan masing-masing dari teman-temanku, seperti Carla yang tidak sengaja memasukkan sedotan ke dalam hidungnya, atau ketika Yura memasukkan es batu ke dalam seragam Mason, atau momen ketika ponsel milik Billy masuk ke dalam air mancur mall. Mereka benar-benar tahu bagaimana menghiburku. Sedangkan aku, hanya tertawa dan memperhatikan mereka semua. Sungguh, hari ini tidak akan aku lupakan.“Tidak membeli sesuatu juga?” tanya Mason kepadaku. Aku mema
Read more
Senang? v2
Carla menepuk pipiku, menyadarkanku dari lamunanku. Aku melihat ke sekeliling dan ternyata teman-temanku sedang menyesuaikan jadwal mereka. Aku yang tersadar dari lamunanku hanya mengangguk seraya meminum milkshake cokelatku.“Kau bahkan tidak mendengarkan,” ucap Mason seraya menatap sinis ke arahku. Aku hanya tertawa melihatnya dengan mata seperti itu.“Tapi, ya sudahlah, lagipula, ini baru rencana awal, mungkin juga ada baiknya kalau ayahmu yang menetapkan jadwalnya,” tambah Mason. Aku hanya mengangguk dan menghabiskan pizza terakhir yang berada di meja.“Ayo pulang,” ajak Justin.“Ya, Mason sangat bau, aku khawatir baunya masuk ke dalam dan mengusir seisi restoran,” ucap Yura.“Kurang ajar kalian,” ucap Mason seraya merangkul kedua temannya itu. Justin dan Yura segera berusaha melepaskan diri dari rangkulan Mason yang bau. Setelah berhasil melepaskan diri, mereka mencium pakaian mereka
Read more
Belajar bersama
Aku duduk di sofa seraya melihat grup pesan kelasku dan memperhatikan foto dan video yang kami abadikan saat bersenang-senang tadi. Aku tersenyum-senyum sendiri dan itu membuat Olivia menatap curiga ke arahku.“Kemana saja kau sepulang sekolah dengan teman-temanmu?” tanya Olivia seraya memberikan segelas teh untukku.“Mall dan Han’s Pizza, menyenangkan sekali,” jawabku seraya meminum teh buatan Olivia.“Kemana seragammu?” tanya Olivia heran.“Ah, teman-temanku mengerjai aku dan mendorong aku ke kolam ikan mall, aku meminjam baju Carla,” jawabku.“Pantas saja kau bau sekali,” ucap Olivia seraya menahan tawa.Aku lalu menatap kesal dan segera pergi mandi dengan sebersih-bersihnya. Setelah selesai mandi aku mengangkat tanganku dan memeluk Olivia.“Bagaimana? Apa aku masih bau?” tanyaku seraya memeluk Olivia dengan erat.“Hmm, kau terlihat cantik,&r
Read more
Pesta
Hari ini tanggal 14 Juni, aku sudah menuntaskan ujian kelulusanku dan aku tidak terlalu buruk saat mengerjakannya. Itu karena teman-temanku yang membantuku belajar hingga aku bisa tidak terlalu bodoh saat ujian di mulai tanggal 12 Juni kemarin.Aku dan teman-temanku lalu merencanakan pesta malam ini karena kami sudah di pastikan lulus karena tidak mungkin anak dari orang-orang kaya seperti kami tidak dipastikan untuk lulus. Namun, tentu saja aku belajar karena aku tidak ingin terlihat terlalu bodoh di ujian kemarin.Pesta akan di langsungkan di taman milik ibunya Sam, dan tentu saja aku tidak sabar menunggu pest aitu karena itu adalah pesta pertamaku. Kami sudah menyiapkan semua yang kami butuhkan untuk pesta sejak kemarin-kemarin. Aku pulang kerumah menggunakan mobil baru yang aku minta kepada ayah beberapa hari yang lalu dan bersiap-siap untuk pesta jam 8 malam nanti.“Wow, kau akan berpesta dengan pakaian seperti itu?” tanya Olivia saat melihat ak
Read more
Sekali lagi
Aku terduduk lemas di rumput yang lembut. Mataku terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Seluruh orang yang berada di pesta itu mengerumumi aku. Semua orang disini pasti mengenal sosok ibuku yang memiliki brand mahal dan mendunia. Mendengar kabar kematian ibuku pasti menjadi berita duka di seluruh dunia.“Ava ….” Carla memegang bahuku. Aku mencoba untuk berdiri, namun aku tidak sanggup melakukannya. Beberapa temanku mencoba membantuku untuk berdiri. Tidak lama kemudian, ponselku bergetar, tenyata ayahku, dia sudah menelponku belasan kali ternyata.Aku menggeleng ketika Carla akan mewakili aku untuk mengangkat telepon itu. Carla hanya menurut dan memberikan ponselku kepadaku.“A-ava, ayo kita segera menuju ke rumah ibumu,” ajak Mason seraya menarik tanganku. Aku yang memang lemas hanya membiarkan tubuhku terbawa tarikan Mason dan akhirnya orang-orang di pesta kami mengikuti aku dan Mason menuju rumah ibuku.
Read more
Surat
”Ðear Ava & ChristianKetika kalian membaca kertas ini, aku rasa aku sudah mati, dan melihat kalian membaca surat ini dari atas sana. Aku mencintai kalian, sangat mencintai kalian. Kalian pantas sekali mendapatkan wanita lain yang bisa mengerti kalian dan tidak menjadi penghancur seperti halnya yang aku lakukan kepada keluarga kecil kita.Christian, Saat pertama kali kau mengatakan kau mencintaiku, aku menjadi wanita paling bahagia di muka bumi, hal itu membuat tumbuhnya keegoisan dari dalam diriku karena aku tidak ingin kehilangan dirimu, aku selalu takut seseorang merebut dirimu dariku dan sebenarnya, aku menyadari kalau hal itu sangat bodoh. Namun, kau selalu berusaha menjelaskan semua hal itu kepadaku dan mencoba memberi pengertian kepadaku, sayangnya, keegoisanku membuatmu menderita dan kau lelah akan diriku. Tidak apa, jika aku menjadi dirimu, aku juga akan muak dengan diriku. Berbahagialah, Christian. Kau pant
Read more
Penghancur
Terbesit pikiranku akan hal itu, tentang aku yang menjadi penyebab kematian ibuku. Sam tampak terkejut mendengar perkataanku barusan. Aku menyebut ibuku penghancur dan tentu saja apa yang aku katakan menghancurkan ibuku. Akulah penghancurnya.“M-maksudmu?” tanya Sam.Aku menyembunyikan wajahku menggunakan bantal dan menangis di balik bantal. Aku penyebab kematian ibuku. Sam berusaha menyingkirkan bantal itu dari wajahku, namun sayang sekali, cegkramanku sangatlah kuat hingga seorang atlit seperti Sam tidak mampu mengambil bantal ini dariku.“Aku tidak mengerti, Ava,” ucap Sam setelah akhirnya menyerah dalam upaya mengambil bantal dari wajahku.“Apa yang tidak kau mengerti?” tanyaku dari balik bantal.“Dirimu,” jawabnya singkat.“Maksudmu?”“Beberapa jam sebelum kita berada di sini, kau sedang bercinta denganku, saat kita sampai disini kau bahkan tidak bisa meneteskan ai
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status