Jadi... Kau ingin mati? Atau ingin diselamatkan? . . . Ava menemukannya. Dia menemukan dirinya. Seseorang mengajarinya. Jika kau berpikir mati adalah satu-satunya pilihan, maka tetaplah hidup. Dengan begitu kau akan mulai menyadari, jika kau tetap hidup, maka pilihanmu bukan hanya mati.
Lihat lebih banyakPagi sudah datang. Tidak aku sangka aku sudah semalaman menatap layar ponsel ku. Yah, aku tau ini tidak sehat. Tapi sebenarnya ini jauh lebih baik daripada harus mendengarkan orang tua ku saling menyakiti di lantai bawah. Tidak ada hari tanpa ayahku yang tukang selingkuh dan ibuku yang suka sekali mabuk saling menyakiti baik secara fisik maupun psikis. Aku tidak mengerti kenapa mereka bisa menikah.
Hey, aku belum memperkenalkan diri, aku Ava. Agatha Vavreu. Aku lebih suka dipanggil Ava karena itu terkesan singkat, padat, dan jelas daripada Agatha. Jadi, aku tidak akan menoleh jika dipanggil Agatha maupun Vavreu. Aku siswi kelas 3 SMA dengan tinggi 163 cm dan berat 58 kg. Lumayan ideal untuk orang yang dapur rumahnya kosong. Orang tua ku senang bermain lempar tangkap menggunakan perabotan dapur. Aku hanya menggunakan dapur untuk memasak air karena hanya panci untuk memasak air lah yang tidak pecah. Aku selalu membeli makanan di luar atau memakai layanan delivery. Hey, walaupun mereka orang tua yang bodoh, tapi mereka tetap mengisi rekening ku. Keluarga ku memang orang yang berkecukupan. Ibu ku adalah seorang perancang busana yang sangat terkenal dan ayah ku adalah seorang pebisnis Real Estate dan pemilik perusahaan minyak yang sangat besar.
Hari ini hari Sabtu. Orang tua ku pergi sejak 15 menit yang lalu. Hanya saja aku tidak mengetahui kemana mereka pergi, karena mereka mengendarai mobil masing-masing. Aku rasa aku akan pergi keluar pagi ini, karena aku lapar. Aku lalu memakai sweater hitam ku dan mengambil dompet serta ponsel ku lalu mengendarai mobil ku menuju salah satu restoran cepat saji dan memesan makanan untuk persediaan sampai nanti malam.
Aku sudah berada di mobil 15 menit kemudian dan mulai mengendarai nya pulang. Aku merasa mengantuk. Mungkin karena aku belum tidur dan itu sudah sewajarnya aku merasa mengantuk sekarang. Aku pun mengendarai mobilku dengan menahan rasa kantuk.
Berbahaya, tapi bukan aku yang sedang dalam bahaya, melainkan pria yang sedang berdiri di tepi jembatan itu. Memandangi lautan yang terletak sangat jauh di bawahnya dengan tatapan kosong.
Sial, apa yang sedang dia lakukan. Aku menginjak pedal rem dan menghampirinya dengan setengah berlari.
“Hey, apa yang kau lakukan, bodoh!” teriakku.
Dia hanya menoleh lalu kembali menatap laut di bawahnya. Kaki kanannya sudah melangkah ke depan. Dia ingin mengakhiri hidupnya. Tak bisa di pungkiri, jembatan itu sangat tinggi. Kau tidak akan selamat jika kau terjatuh dari situ.
“Hey! Hentikan.” Aku sampai di belakangnya dan menarik kerah bajunya. Matanya yang menyorotkan kekosongan memandangi ku sambil berusaha melepaskan tangan ku dari kerah bajunya. Beberapa orang yang berhenti juga berteriak meminta agar pria itu berubah pikiran.
“Lepaskan,” katanya pelan
“Apa kau gila? Kau akan mati!” teriakku. Aku mencoba menariknya kembali dengan sekuat tenaga.
“Aku menginginkannya.” ucapnya.
“Kenapa kau bisa menginginkan kematian?.” Pertanyaan yang bodoh ku rasa
“Kau tidak akan pernah mengerti.” Jawabnya sambil masih berusaha melepaskan kerah bajunya yang aku cengkram dengan sangat kuat.
Sial, apa yang aku katakan. Dari belakang aku bisa melihat bekas luka sayatan di pergelangan tangannya yang mencoba untuk melepasakn cengkraman tanganku dari kerahnya. Aku tak pernah melihat pria ini sebelumnya. Dia terlihat sebaya dengan ku.
“Lepaskan,” katanya lagi.
“Tidak akan.”
“Kenapa?” Sial, mengapa bisa terpikir olehnya untuk menanyakan hal seperti itu? Aku merasa kesal
“Karena kau akan mati, bodoh,” ucap ku kepadanya. “Apa yang kau pikirkan sehingga mencoba melakukan hal seperti ini? Jangan konyol, Hidup mu berharga.” Mungkin setelah aku berkata seperti itu, dia akan berubah pikiran. Semoga saja.
“Apa peduli mu?.” Katanya dengan pelan. Kalimat barusan membuatku membeku. Apa peduli ku? Kau akan mati, bodoh. Mana mungkin aku membiarkanmu.
Dia menoleh kebelakang dan memandangi ku. Wajahnya pucat sekali. Dan matanya, matanya sangat menyakiti. Entah kenapa sorot matanya membuatku tidak bisa berkata-kata dan membuatku menebak-nebak apa yang sudah terjadi dengannya. Perlahan aku melepaskan tangan ku dari kerah bajunya. Entah kenapa aku melakukannya, tanganku seperti bergerak sendiri. Dia tersenyum. Air mata keluar dari kedua mataku. Dia melihat kebawah lagi dan melompat.
Aku bangun pagi ini dengan perasaaan segar dan bersemangat karena aku memiliki hal penting untuk dilakukan hari ini. Aku bergegas menuju ke kamar mandi dan mandi untuk membuat tubuhku semakin segar.Setelah mandi, aku pergi menuju ke ruang tamu dan mendapati ibuku yang tengah memasak sarapan. Dia tampak heran melihat aku yang masih pagi begini sudah mandi.“Mau kemana pagi-pagi sekali?” tanya ibuku.“Tidak kemana-mana, sedang ingin saja,” jawabku seraya tersenyum dan menunjukkan gigiku.Ibuku hanya menggelengkan kepala dan memasang ekspresi yang mengisyaratkan “terserah kau saja” di wajahnya.“Dimana ayah?” tanyaku.“Sepertinya di taman, bersama Finn,” jawab ibuku seraya membalik telur goreng.Semenjak Finn datang, ayahku selalu bangun sangat pagi dan menghabiskan waktu bersama Finn sampai waktu sarapan. Entah itu jalan-jalan pagi mengelilingi lingkungan rumah kami, atau hany
Malam menyapa. Kegiatan bakti sosial itu berlangsung sampai sore dan kami semua melewatkan jam makan siang sehingga kami memutuskan untuk makan bersama di restoran. Aku melihat unggahan akun sosial media yayasan kami yang dikelola oleh Yura sebagai bagian dokumentasi.Semua komentar positif dilontarkan oleh para pengguna sosial media di tiap unggahan serta semua hati dan ibu jari yang berjumlah ribuan berada disana. Aku tersenyum bahagia, dan aku ingin sedikit berteriak mengetahui rasa senangku, tapi aku tidak ingin terlihat memalukan di restoran ini.“Haruskah kita melakukan rapat sekarang? Nyonya ketua?” tanya Mason seraya menyeruput es tehnya.“Entahlah, aku rasa kita bisa melakukannya di pertemuan berikutnya, aku memiliki semua hal yang perlu kita evaluasi, aku bisa melakukan pertemuan kapan saja, tergantung kepada kalian, mungkin ada yang sibuk? Atau tidak bisa datang? Karena itu, untuk menghindari hal tersebut, aku ingin agar kita menyesu
“Ada satu tempat lagi yang harus kita datangi, ini sangat penting, jadi kau tidak boleh menolak, ajak saja Finn, mereka tidak melarang anjing untuk datang,” ucap Carla seraya menyeruput minumannya.“Kemana?” tanyaku ingin tahu.Carla tidak menjawab dan Finn mengonggong dari belakang. Dia tampak senang berada di dalam mobil, dan aku mengelus kepalanya.Kami lalu masuk ke sebuah komplek perumahan elit dimana banyak sekali rumah-rumah berukuran besar. Aku tidak pernah pergi kesini sebelumnya, jadi ini semua terasa asing untukku.“Ini mau kemana? Aku tidak pernah kesini,” ucapku kebingungan.Carla masih tidak menjawab, namun dia tersenyum riang dan kami kemudian berhenti di sebuah rumah mewah dengan banyak mobil terparkir di depannya. Carla lalu mengajak kami masuk ke dalam dan aku membukakan pintu untuk Finn. Ketika aku sampai di depan pintu, terdengar suara berisik dari dalam.“Hai Ava!” teriak s
“SELAMAT DATANG DI PET CONVENTION TAHUNAN!!”Seorang wanita menyambut kami yang tengah berjalan memasuki sebuah tanah lapang yang dipenuhi tenda-tenda dan balon-balon. Carla yang terlihat sangat bersemangat menarik tanganku menuju ke salah satu dari tenda-tenda itu.Aku melihat ke sekelilingku dan memang benar, ada banyak sekali binatang-binatang unik dan lucu disini. Aku menghampiri sebuah tenda yang memiliki beberapa ekor landak berwarna putih dan aku mengelus duri-duri di punggungnya dengan lembut. Landak itu terlihat menyukai perlakuanku kepadanya. Entahlah, dia memejamkan matanya dan terlihat santai, jadi aku berasumsi kalau dia menyukaiku.“Ava Ava!! Lihat ini, dia sangat lucu!” teriak Carla dari tenda disebelahku. Dia menggendong seekor anak monyet berwarna putih.“Ah kau benar, dia sangat lucu!” ucapku seraya mengelus rambut putihnya. Dia juga terlihat mneyukainya.“Dia spesies yang langka, negara t
Sesampainya dirumah, aku membaringkan tubuhku di atas ranjang empuk di kamarku dan memandangi langit-langit kamarku. Aku memperhatikan lenganku yang terlihat sedikit berisi dibandingkan beberapa bulan yang lalu.“Aku rasa aku sedikit gendut, sepertinya memang benar,” gumamku seraya meremas lengan kiriku dengan tanganku.Aku lalu berdiri menghadap cermin dan memandangi cermin. Memandangi tubuhku dan beralih menatap mataku sendiri yang juga menatapku di sisi lain cermin.Asap. Dimana-mana ada asap, dan cerminku mulai retak. Luka di wajahku yang sudah mengering, terkelupas. Kakiku bergemetar hebat. Aku sudah mengalami ini berkali-kali, namun, aku masih merasa takut. Di dalam hati, aku berteriak. Ketika aku mengalihkan pandangan ke tempat tidurku, disana terbaring tubuh Carla dengan darah berlumuran dimana-dimana.“AVA!!”Aku menoleh, mencari asal suara yang ternyata datang dari ibuku yang tengah memperhatikan aku dari pintu kam
Makanan yang kami pesan datang dan aku masih belum menyentuh steak yang aku pesan. Aku masih memikirkan semua yang Liam katakan seraya melihat ke arah ayah dan ibuku yang tengah bercanda bersama Ruby dan juga nenek Liam.“Beberapa jam sebelum makan malam, menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku yang menyenangkan ini,” ucapku dalam hati.Sejak awal bertemu dengannya, dia merubah hidupku. Dan aku rasa aku sudah mengatakannya ratusan kali. Gadis bergelimang harta namun sarat akan kasih sayang, gadis yang memiliki sebuah istana namun tidak bisa dianggap rumah, gadis yang bisa mendapatkan semua yang dia inginkan kecuali cinta yang tulus, semuanya berubah hanya dalam satu hari dimana aku memutuskan untuk mencari sarapan di pagi yang cerah dalam kondisi mengantuk.“Ava, sayang, kenapa kau tidak makan?” tanya ayahku yang tengah mengobrol dengan Liam. Dia melihatku dengan wajah khawatir.“Ah iya, aku hanya sedang memikir
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen