All Chapters of Don't Be Silly. It's Precious: Chapter 51 - Chapter 60
88 Chapters
Batu raksasa
Pesawat kami sudah mendarat di Canberra Airport. Kami tidak bisa mendaratkan pesawat kami di pulau itu langsung karena memang tidak ada tempat untuk mendaratkan pesawat. Aku menggandeng Carla dan turun dari pesawat menuju ke mobil travel yang sudah menunggu kami. Jarak pulau itu dari ibukota Australia memang tidak terlalu jauh. Setidaknya, itulah yang dikatakan ayahku.“Wah, sudah lama sekali aku tidak pergi ke Australia,” ujar Carla seraya membuka kaca mobil dan menikmati angin yang menerpa wajahnya.“Aku tidak pernah kesini, apakah Australia tempat yang bagus?” tanyaku.“Tempat ini sangat menyenangkan, Ava, setelah pernikahan ayahmu, ayo kita jalan-jalan di Australia, lagipula, kita akan berada disini selama seminggu,” ujar Carla.Aku hanya menganggukan kepala mengiyakan ajakan Carla. Dia memang orang yang menyenangkan, aku tidak mengerti kenapa dia tidak memiliki seorang pacar. Wajahnya cantik, dia juga oran
Read more
Dia mulai memasuki kepalaku
Aku membuka mata dan mendapati diriku masih berada di atas batu raksasa ini. Aku mencari Sam dan akhirnya menemukannya sedang duduk bersila dengan bertelanjang dada di sebuah batu yang terletak tidak jauh dari batu raksasa ini.“Sam, kau sedang apa?!” tanyaku setengah berteriak.“Aku sedang mengisi chakra!” teriaknya tanpa menoleh ke arahku. Aku tertawa mendengar jawabannya. Aku tidak tahu dia sekonyol ini.Aku menghampirinya dan dia masih memejamkan mata. Dia seperti sedang fokus melakukan sesuatu di dalam kepalanya. Aku mengguncang-guncang tubuhnya dan akhirnya dia membuka mata dan menatapku.“Apa yang sedang kau lakukan?” tanyaku keheranan seraya menahan tawa.“Aku sedang memainkan gitar,” jawabnya.“Mana gitarnya?”“Kau tidak melihatnya?”Aku melihat sekitar dan menggeleng. Memang tidak ada gitar di sekitar sini. Aku kebingungan, namun dia seperti menga
Read more
Pantai
Aku membuka mata dan melihat ke sebelah kananku. Pria berambut pirang yang menumpang tidur di kamarku masih belum membuka mata. Aku meletakkan jari telunjukku di depan hidungnya untuk memeriksa apakah dia masih bernapas atau tidak. Syukurlah, dia ternyata belum mati. Tapi dia tidur seperti orang mati.“Sam, bangun, ini sudah pagi,” ucapku seraya mengguncang-guncangkan tubuhnya. Namun dia sama sekali tidak membuka matanya.Aku mendengus kesal dan meninggalkannya menuju restoran. Aku lalu bertemu dengan ayahku disana yang sedang sarapan bersama Olivia. Aku lalu bergabung dengan mereka di meja makan dan memesan makanan.“Christian, sepertinya liburan ini membuat Ava ‘sangat dewasa’ karena semalam dia tidur dengan seorang pria,” ujar Olivia seraya menahan tawa. Mata ayahku menyipit dan mengarah kepadaku. Aku tersipu dan menutup wajahku seraya menyumpah-nyumpah di dalam hati.“Apa kau menggunakan pengaman?” tanya
Read more
Hari pernikahan ayahku
Hari pernikahan ayahku akhirnya tiba. Aku membangunkan Sam dengan bersusah payah dan akhirnya dia terbangun juga setelah aku menyiramkan sebotol air ke wajahnya. Aku menyuruhnya untuk bersiap-siap. Pernikahan ayahku akan dilangsungkan pukul 4 sore dan pestanya akan berakhir pukul 10 malam.Carla lalu masuk ke dalam kamarku bersama Luke dan membantuku merias wajahku. Aku memandang wajahku di cermin yang sedang di dandani oleh Carla. Hari ini adalah pernikahan ayahku. Aku harus terlihat sangat cantik.“Ada apa dengan wajahmu?” tana Carla tiba-tiba.“M-memangnya ada apa?” tanyaku seraya memperhatikan wajahku di cermin dengan cermat.“Kenapa kau memasang raut wajah seperti itu? Ini hari yang bahagia bukan? Apa yang mengganggumu?” tanya Carla.Aku terbelalak mendengarnya dan berusaha mencerna apa yang terjadi. Aku tidak merasa terganggu karena suatu hal, justru aku senang sekali karena hari ini aku akan memiliki seora
Read more
Batu raksasa
Melelahkan, semua ini terasa melelahkan. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya dan itu melelahkan. Sam sudah mulai masuk ke kepalaku, namun, keberadaan Liam dengan mudahnya mengusir Sam yang sudah berada di pintu masuk kepalaku. Melelahkan. Dansa sudah selesai dan para tamu undangan menikmati makan malam bersama. Ayah lalu memanggilku dan mengajakku untuk makan malam bersamanya. Aku lalu berjalan dengan sedikit terpaksa sekaligus memaksa senyuman di bibirku. Para tamu lain mulai menyantap makanan yang di hidangkan, begitu juga dengan aku yang mulai memotong steak"Ada apa sayang? Kau terlihat murung," ujar ayahku yang menyadari senyum palsuku yang semakin menghilang. "Aku tidak tahu, ayah," jawabku. Aku mencoba untuk kembali tersenyum, namun, sepertinya itu sia-sia karena ayahku saat ini ikut menunjukkan wajah murungnya. "Ava, kalau kau memang tidak bisa menceritakannya, mungkin kau hanya butuh waktu untuk sendiri, kau hanya butuh waktu
Read more
Sepak bola dan hal lainnya
Aku kembali ke pesta bersama Sam. Gaun yang kupakai sudah sedikit lusuh karena apa yang terjadi hari ini. Tapi, tidak apa. Pesta sebentar lagi berakhir. Aku mengambil segelas wine dan memiumnya. "Sepertinya tuan putri telah kembali," ujar ayahku seraya menghampiriku. "Ah semuanya terasa luar biasa, ayah," ujarku seraya meminum lagi wine yang kupegang."Sebagian besar tamu undangan sudah pulang, apa kau mau mulai menggila?" tanya ayahku. "Apa maksudmu, yah?"Ayah lalu menarikku yang tengah menggandeng lengan Sam. Sam yang melihat itu hanya tertawa dan melambaikan tangannya. Ayah membawaku ke atas panggung dan meminta mic dari pembawa acara. "Kau tahu lagu Sucker yang dinyanyikan Jonas Brother?" tanya ayahku. Aku mengangguk. "Mainkan!" teriak ayahku kepada pemain musik. Ayah memberikan aku mic dan memaksaku untuk bernanyi. Aku menolah namun semua teman-temanku mendesak dan bergemur
Read more
Cinta
"Sekarang kita bersulang untuk kelulusan kita!" teriak Mason seraya mengangkat gelas. Kami bersulang dan meminum minuman kami. Aku tersenyum melihat kebersamaan kami. Aku sedikit tidak percaya hal seperti ini ternyata akan datang di dalam hidupku yang berawal sangat suram. Semua terjadi sangat tiba-tiba. Kematian seseorang yang tidak aku kenal, pertemuan dengan cinta pertamaku, berada dekat dengan keluargaku hingga kematian orang yang aku sayangi. Seperti di dalam mimpi saja. Pria berambut pirang di sebelahku meminum minumannya seraya mengobrol dengan teman-temannya. Membicarakan tentang sepak bola seperti obrolan pria pada umunya. Pria berambut pirang itu menyadari kalau aku memperhatikannya sejak dari tadi dan mencium bibirku. Pria yang sedang berusaha membuatku mencintainya dan aku rasa, dia berhasil melakukannya. "Ada apa denganmu? Kenapa memperhatikan sku terus?" tanya Sam. Aku menggeleng. "Tidak apa-apa," ucapku. Aku tersenyu
Read more
Sydney Opera House
Aku mengantar ayah dan ibuku serta teman-temanku ke bandara. Aku dan 6 orang temanku yang laim tidak ikut pulang ke kota asal karena kami berencana untuk berkeliling menikmati Australia untuk beberapa hari lagi. "Jika sudah puas, segera pulang ya, sayang," ujar ayahku. Aku hanya menganggu untuk mengiyakan dan melambaikan tanganku. Aku lalu menggenggam jari jemari Sam dan pergi ke mobil yang kami sewa untuk berlibur. "Aku rasa, sebaiknya kita mencari dulu hotel, karena, jika kita menginap di penginapan di pulau Ava, kita terlalu jauh untuk menuju ke Sydney atau Melbourne, atau kota-kota terkenal lainnya," ujar Carla seraya melihat rekomendasi hotel. Aku hanya mengangguk dan bersandar di mobil. Aku duduk di samping Sam yang sekarang sedang mendapatkan giliran untuk mengemudi. Kami mengemudi secara bergantian meskipun aku tahu kalau pada akhirnya semua orang akan malas-malasan untuk mengemudi. "Crown Towers Perth," ujar C
Read more
Selamat tinggal Australia!
Aku membuka mata dan melihat Carla dan Yura yang masih terlelap di sampingku. Aku ingin membangunkan mereka berdua, namun, melihat wajah tidur mereka, aku memilih untuk memotret mereka berdua. Aku mengambil ponselku dan mengabadikan wajah lucu mereka. Aku bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Mengingat kembali pengalamanku bersama teman-temanku di negeri kangguru ini. Aku sedikit tersenyum dan menenggelamkan seluruh tubuhku ke dalam bathtub. "Ava! Apa kau masih lama di dalam? Perutku sakit! Cepatlah!" teriak Carla dari luar kamar mandi seraya menggedor pintu kamar mandi. "Masuk saja! Pintunya tidak aku kunci!" balasku. "Maksudmu aku hari buang air besar di samping dirimu yang sedang mandi?" tanya Carla dengan nada kesal. "Ada sekat kaca yang memisahkan kita, bodoh, kalau kau memang tidak tahan, masuk saja!" teriakku. Beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan Carla buru-buru menurun
Read more
Keluarga
Ayah dan ibuku menjemputku di bandara. Aku memeluk mereka dengan sangat erat ketika melihat mereka. "Cuma 2 hari?" tanya ayahku. "Luke, Harry, dan Mason harus berlatih sepak bola, yah, jadi kita pulang, sebenarnya aku masih ingin di Australia," jawabku.Aku lalu berpisah dengan teman-temanku dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. "Kau sudah makan?" tanya ibuku ketika kamu sudah berada di dalam mobil. "Ah, aku justru sangat lapar sekarang, aku ingin makan di Wendy's," jawabku. "Sepertinya ibu sudah lama tidak makan di Wendy's, kalau begitu, ayo kita kesana," ucap ibuku.Ayahku hanya tertawa ringan dan menginjak pedal gas lebih dalam untuk menuju ke restoran cepat saji itu dengan lebih cepat. Wendy's adalah tempat yang bersejarah untukku. Disana lah aku mendengarkan cerita Liam dan berbaikan dengan ayahku. Hal-hal baik terjadi padaku ketika aku di Wendy's. "Ayah yang pesan," perintahku
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status