Semua Bab Don't Be Silly. It's Precious: Bab 41 - Bab 50
88 Bab
Mulutku yang kotor
Apa yang ayah katakan barusan membuatku mataku melebar. Aku tidak tahu apakah aku berhenti mencintai Liam atau tidak. Hingga saat ini aku masih tidak bisa melupakannya dan aku melampiaskan hasratku kepada teman baikku. Sungguh, aku adalah seorang bajingan.“Ayah, jika aku mencintai seseorang, bagaimana menurutmu?”“Ayah? Ayah rasa ayah tidak perlu ikut campur, jika kau yakin dia adalah orang yang tepat, maka pergilah bersamanya,” jawab ayahku.“Bagaimana jika aku tidak bisa pergi bersama orang yang aku cintai?” tanyaku lagi.“Kenapa tidak bisa?”“Dia mencintai orang lain.”“Berhenti mencintainya, sayang,” ucap ayahku.“Kenapa?”“Jika dia adalah orang yang tepat untukmu, maka dia tidak akan melepas seseorang yang di cintainya hanya untuk alasan supaya dia bisa bersamamu,” jawab ayahku.“Maksud ayah?”“K
Baca selengkapnya
Sabtu pagi
Sudah seminggu sejak kematian ibuku. Selama itu pula aku tidak melihat Olivia, dan jarang sekali melihat ayahku dirumah, kalaupun aku melihatnya, hanya sesekali dan kami pun tidak berbicara satu sama lain. Aku merasa hidup lamaku kembali lagi. Aku juga jarang berinteraksi dengan mereka dan kebanyakan dari mereka hanya mengirim pesan bertanya bagaimana kabarku atau semacamnya.Hari ini hari Sabtu, aku tidak tidur karena memainkan ponselku hingga pagi menyambut dan aku merasa lapar sekarang. Aku memakai sweater hitamku, memasukkan dompet dan ponselku ke dalam saku sweater dan pergi mengendarai mobilku menuju salah satu restoran cepat saji di kota ini. Aku turun dan memesan makanan untuk persediaan hingga malam nanti.Aku sudah berada di mobil 15 menit kemudian dan aku mulai mengendarai mobilku untuk pulang. Aku merasa mengantuk, dan sudah sewajarnya aku merasa demikian karena aku tidak tidur semalaman. Aku mengendarai mobilku dengan menahan rasa kantuk. Sungguh  san
Baca selengkapnya
Akhir?
Aku membuka mata dan melihat lautan belasan meter di bawahku. Aku mengalihkan pandanganku, mendongakkan kepala dan melihat seorang pria memegangi tanganku dengan sangat erat. Dia mengerang, mencoba menarikku ke atas. Orang-orang di sekitarnya membantu pria itu menarik aku yang masih melayang-layang di udara.Mereka berhasil, mereka berhasil menarikku ke atas. Beberapa orang yang membantu pria itu tampak terduduk lemas, begitu juga dengan pria itu, mereka bersandar di tepi jembatan, menatapku dengan tatapan khawatir. Orang-orang yang berada di sekitar jembatan dan melihat kejadian itu mengelus dada, seperti bersyukur kalau aku berhasil di selamatkan. Aku tidak mengerti. Aku ingin mati dan mereka tidak memberikannya kepadaku. Mereka tidak membiarkan aku.Aku juga tidak mengerti. Kenapa orang-orang ini tidak membeku? Kenapa mereka menyelamatkan aku? Kenapa mereka tidak membiarkan aku? Kenapa mereka bisa bergerak ketika melihat seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya? Apa
Baca selengkapnya
Rasa ini?
Ucapannya barusan membuat mataku terbelalak. Tiada dusta, dekapannya membuatku ingin selalu berada di dalamnya. Rasa hangat dan nyaman yang berada di dalam dekapannya tak akan bisa aku temukan di tempat lain.“Bagaimana?” tanya Liam.“Aku tidak tahu,” jawabku seraya kembali meletakkan kepalaku di dadanya.Beberapa saat kemudian, orang-orang yang masih berada di jembatan itu menghampiri kami dan mereka semua memeluk kami. Mengatakan semuanya akan baik-baik saja dan menyemangatiku. Air mata menetes dari sudut mataku. Aku tidak sedih, aku bahagia.Orang-orang yang tadi berada di sekitar kami, satu per satu mulai melepaskan pelukannya dan berpamitan dengan kami karena mereka memiliki urusan di pagi yang indah ini. Begitu juga dengan Liam. Dia melepaskan pelukannya dan menatapku.“Jangan lakukan lagi hal bodoh seperti itu,” ucapnya seraya menatap lembut mataku.Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Semua mula
Baca selengkapnya
Pilihan
Aku berusaha menahan kantukku. Pikiranku tentang kehadiranku di dunia ini dan menyakiti orang-orang, bahkan membunuh orang yang sudah melahirkanku terus berdatangan memenuhi kepalaku. Aku tidak bisa fokus ke jalanan dan semuanya terlihat begitu kabur. Aku hanya mengira-ngira jalanan dan beberapa kali hampir menabrak trotoar dan juga kendaraan lain.“Sialan kau, Ava! Hentikan mobilnya sekarang juga!” teriak Liam yang berada di kursi penumpang.Aku tidak mempedulikannya dan terus melaju. Liam beberapa kali mencoba mengambil alih setir yang ada di tanganku, namun, aku tidak memberikannya dan memukul-mukul tangannya karena aku menganggap dia mengganggu aktivitas mengemudiku.Diamlah. Kau masih tidak mengerti juga ya rupanya?Aku sudah mengatakannya kepadamu bukan sebelumnya? Kau adalah orang yang paling aku inginkan. Setidaknya keinginanku itu tersirat dalam semua kalimat yang aku katakan kepadamu sebelum aku menerobos kerumunan orang-orang itu da
Baca selengkapnya
Milkshake
Aku terbangun dari tidurku, hari sudah sore dan seingatku, aku tertidur di pangkuan Olivia pagi tadi. Aku berdiri dan meminum segelas air, rumahku sepi sekali, aku memanggil-manggil ayah, Olivia dan juga Liam, namun tidak ada jawaban.Aku lalu memeriksa ponselku dan melihat pesan dari Olivia, dia pergi bersama ayahku untuk mengurus sesuatu. Aku sendirian dirumah dan aku merasa lapar sekali.“Kapan kau pulang, Olivia? Jika kau pulang, bisa kau sekalian membelikan makanan? Aku lapar sekali,” tulisku di aplikasi pengirim pesan.Aku lalu pergi ke kamar mandi dan berendam di air panas dengan di temani lagu dari seorang penyanyi wanita di radio. Sungguh nyaman sekali.Tidak lama kemudian, aku bisa mendengar suara mobil dari luar, aku rasa Olivia dan ayahku sudah datang. Aku segera menyelasaikan mandiku dan menemui mereka di lantai bawah. Olivia tersenyum lebar seraya menunjukkan beberapa kotak pizza dari Pizza Hut. Aku segera menyambar satu kotak pi
Baca selengkapnya
Mall
Aku tidak tahu bagaimana spesifikasi ponsel yang bagus untukku. Malah, aku terlihat sangt kebingungan dengan semua pilihan ponsel yang ada di depanku. Teman-temanku yang lain malah asyik berfoto-foto di taman yang berada di gerai ponsel itu. Gerai ponsel ini memang sangat luas dan terbaik di negeri ini, sebuah layar besar berisi spesifikasi ponsel keluaran terbaru mereka dan taman dengan berbagai macam tanaman dan bunga-bunga di dalamnya.“Kau tidak tahu harus beli yang mana?” Tiba-tiba saja, sebuah suara bertanya kepadaku. Aku menoleh, Billy berada di belakangku dan melihat serius ke arah salah satu ponsel. Dia memang orang yang sangat melek teknologi dan sudah pasti kalau aku sudah menemukan orang yang tepat.“Ponsel seperti apa yang kau inginkan?” tanya Billy.“E-entahlah, alasanku membeli ponsel baru adalah karena aku bertaruh dengan ayahku, dia mengatakan kalau dia terlihat jelek jika aku memotretnya menggunakan kamera ponselku
Baca selengkapnya
Pulang bersama Carla
Selalu saja seperti ini. Ketika seseorang mengatakan sesuatu tentang berhenti mencintai, aku selalu merasakan betapa aku sangat mencintai Liam. Aku ingin sekali melupakan dirinya. Tapi dia selalu datang di titik berat dalam hidupku dan berada di sana untukku.“Ava?” tegur Sam yang menyadari kalau sedari tadi aku berhenti berjalan dan termenung cukup lama. Teman-temanku yang lain pun ikut menghampiriku dan bertanya ada apa denganku.“Aku tidak apa-apa, aku hanya tiba-tiba saja memikirkan sesuatu,” jawabku seraya tersenyum.“Begitu,” gumam Sam.Aku lalu kembali berjalan dan ketika aku sampai di mobilku, aku dan Carla melambaikan tangan kepada teman-temanku.“Apa yang kau pikirkan? Kenapa tadi kau tiba-tiba berhenti?” tanya Carla saat kami berdua sudah berada di dalam mobil.“Ah Carla, aku tidak tahu,” jawabku seraya menutup wajahku.“Agatha Vavreu, lihat aku!” perin
Baca selengkapnya
Tuan Putri
Aku sudah sampai dirumah dan Olivia menyambutku dan memberikan aku segelas cokelat panas karena hari ini sangat dingin. Hujan turun saat aku dalam perjanan pulang dan aku sedikit menggigil.“Terima kasih,” ucapku seraya menerima cokelat panas itu.“Dimana ponsel barumu?” tanya Olivia.“Di tas,” jawabku seraya mengeluarkan 2 buah ponsel yang aku beli.“Kenapa ada 2?”“Yang ini memiliki kamera yang sangat luar biasa, yang satu lagi untuk memainkan game,” jawabku bangga.“Kenapa kau sangat boros nona?” tanya Olivia seraya membuka salah satu box kemasan ponsel baruku.“Ah, aku sudah lama tidak memiliki ponsel baru,” ucapku yang membuka box ponsel yang lainnya.Aku lalu mengurus semua hal yang diperlukan sebuah ponsel baru. Akun, nomor telepon, dan lainnya. Setelah selesai, Olivia memintaku untuk mencoba kamera baruku dan ketika aku mencobanya, aku t
Baca selengkapnya
Toilet pesawat
Aku menggandeng Carla dan melangkah masuk menuju pesawat pribadi ayahku. Hari yang kami tunggu sudah tiba. Aku duduk bersama Carla dan menunggu beberapa teman-temanku yang masih belum datang.“Hey,” sapa seseorang seraya menepuk pundakku.“Hey Luke,” ucapku ketika menyadari kalau ternyata yang menepuk pundakku adalah pria bertubuh gempal itu.“Dimana Harry? Biasanya kalian selalu bersama?” tanyaku.“Dia di toilet, padahal dia baru saja sampai pesawat dan dia sudah mengeluh sakit perut,” jawab Luke. Luke dan Harry memang sangat dekat, keduanya bertetangga dan sama-sama bergabung dalam akademi klub sepak bola di kota ini.“Hahaha, lalu dimana yang lainnya? Atau semuanya sudah datang?” tanyaku.“Aku rasa sudah, aku tadi menyapa semuanya dan sepetinya semuanya sudah datang,” jawab Luke.Aku lalu mengabsen dan ternyata teman-temanku semuanya sudah datang. Aku lalu meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status