All Chapters of METAMORFOSA: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
PERASAAN YANG ANEH
Matheo memutuskan untuk menginap di rumah sakit semalam. Untung saja semalam mommy serta daddynya mengizinkan Matheo. Dan, berakhirlah pagi ini Matheo tengah menyuapi sarapan untuk Jelita.“Satu suap lagi, Ta.”“Udah ah, Mat. Enek banget.”“Makanya kalau makan teratur.”“Iya Mat, bawel banget lo ah.”“Gue bawel demi lo, Ta. Demi kebaikan lo, kesehatan lo,” jeda Matheo mengambil napas sejenak, dan mengembuskan kasar. “Jangan makan mie instan terus.”“Enak.”“Enak tapi nggak baik buat kesehatan lo, Ta.”“Iya bawel banget sih, ah.”“Ya udah ini satu suap lagi.” Matheo terus menyodorkan sendok ke arah Jelita. Tetap saja Jelita menolaknya. Perut Jelita terasa sudah penuh, padahal makan saja hanya sedikit.Drrrt ... drrrt ... drrrt.“Telepon tuh,” ceplos Jelita yang sibuk bermain pon
Read more
PERMINTAAN SEORANG KEKASIH
Di dalam mobil Matheo terus mencoba berusaha bertanya kepada Shelka. Apa yang membuatnya menangis seperti itu. Matheo bingung sendiri jika dijawab dengan kata-kata keramat gapapa. Matheo paham betul kata-kata itu, dibalik kata ‘gapapa’ itu ada sesuatu di dalamnya.“Kamu kenapa, huh? Aku buat salah sama kamu?”Shelka terus menggeleng, namun buliran air matanya terus menetes tak bisa dicegah. Padahal Shelka sudah mencoba untuk berhenti menangis, namun tetap saja air matanya mengalir.Merasa frustasi dengan cepat Matheo meminggirkan mobilnya di parkiran sebuah mini market. Di sana Matheo mulai kebingungan, ia bahkan berulang-ulang menghela napas lelah.“Kamu kenapa sih? Ngomong dong Shelka!” suara Matheo mulai meninggi, dan teramat terlihat kesal dengan sikap seorang cewek yang suka sekali memberikan jawaban yang begitu ambigu.“Aku tuh cemburu. Cemburu sama Kak Lita. Cemburu melihat kedeket
Read more
PILIHAN YANG BEGITU SULIT
SMA Nusa Bangsa.“Ta, lo diapain sama si Rendi? Bilang, Ta.”Prita merasa frustasi sendiri bertanya kepada Jelita. Sejak menerima telepon dari Rendi kemarin Jelita langsung sangat berubah drastis. Menjadi sangat pendiam. Bahkan ditanya pun hanya menjawab gapapa terus menerus.“Gue harus ketemu si curut nih. Lo diapain sih sampai bisa mengubah lo begini,” cerocos Prita yang sudah sangat kesal. Matanya terus mengamati pintu kelas menanti kedatangan Rendi serta teman-temannya itu.Tak lama suara cempreng milik Siena menggema di luar kelas. Siena masuk kelas dengan wajah yang begitu ceria. Ia langsung berlari ke arah kedua sahabatnya yang tengah duduk dengan wajah begitu serius.“Gaes, tahu nggak sih, malam minggu gue kemarin itu menyenangkan banget,” adu Siena yang belum paham keadaan sahabatnya itu. Ia terus saja menyerocos dengan suaranya yang cempreng. Yang memenuhi isi kelas.Prita yang mend
Read more
SALING MENJAUH
Prita yang tengah menenangkan Jelita di dalam toilet benar-benar ikut merasakan betapa sakit hatinya yang dialami sahabatnya ini. Bagaimana tidak, kalau dirinya dianggap sebagai perusak hubungan orang seperti ini.“Ssssstt ... sabar, Ta. Semua akan berakhir. Mulutnya si Rendi emang bener-bener mirip bon cabe deh.”“Gue rasanya malu buat ke sekolah, Prit. Apalagi anak-anak kelas kita tahu. Pasti mereka anggap diri gue hina deh.”“Enggak! Lo nggak hina. Mulut si Rendi aja yang sompral. Sama ceweknya si Mamat tomat somad itu yang kelewat cemburu.”“Tapi benar kata Rendi. Mereka berantem gara-gara gue. Bahkan kemarin di rumah sakit juga gitu. Gue nggak enak sama Shelka. Apalagi kemarin mereka gagal dinner gara-gara nyokap gue telepon Mamat buat ke rumah sakit. Gue harus gimana Prit? Gue emang sumber masalah dihubungan mereka berdua. Apa gue pindah sekolah aja?”“Ih ap
Read more
MUNGKIN INI YANG TERBAIK
Matheo tengah kuwalahan menghadapi serangan dari Jelita yang terus memukuli dirinya tanpa ampun. Jelita sendiri terus berteriak kencang meminta diturunkan.“Turunin gue!”“Ini di tol, Ta. Nggak mungkin gue turunin lo.”Jelita merasa kesal, ia langsung berhenti memukul Matheo. Kalau dipikir-pikir aksinya tadi bisa menyebabkan bahaya. Jelita diam. Matanya menatap ke arah jendela mobil dengan bibir yang mengerucut.Matheo yang merasa kalau sahabatnya itu sudah tenang bisa bernapas dengan lega. Matheo menoleh ke samping untuk melihat wajah sahabatnya itu yang tengah merajuk.“Gue mau bawa lo ke puncak.”Jelita menoleh dengan tatapan tajamnya. “Ngapain? Mau apa?”“Gue cuma pengin habiskan waktu berdua sama lo, Ta.”“Lo ngomongnya kayak orang mau mati, sih.”Matheo terkekeh geli mendengarkan jawaban sarkas dari Jelita. 
Read more
AKHIRNYA
Beberapa Bulan Kemudian.Beberapa bulan ini hubungan Matheo dengan Jelita seperti orang asing. Mereka berdua benar-benar saling diam satu sama lain. Terlebih beberapa bulan lalu setelah dari puncak, Jelita memutuskan untuk tidak dekat dengan Matheo lagi. Semua ini Jelita lakukan untuk kebaikan, dan kebahagiaan sahabatnya. Berbeda dengan Matheo yang selalu menatap Jelita dengan tatapan sendu. Jangan pernah tanya rasanya bagaimana. Yang pasti sangat sulit, dan berat bagi Matheo nggak interaksi dengan seseorang yang sudah mengisi hari-harinya selama beberapa tahun.Kini, di tempat ini. Matheo tengah membayangkan masa SMP-nya dulu dengan Jelita. Banyak kenangan yang mereka lalui bersama-sama. Mulai dari Jelita yang galak jika ada cewek yang mendekati Matheo hingga Jelita sering menangis jika digoda oleh siswa laki-laki. Dan, di saat itu juga Matheo yang akan membela, melindungi Jelita dari jahilan teman-teman cowoknya yang suka sekali iseng.
Read more
DEG-DEGAN
Matheo kini berjalan secepat mungkin menuju ke arah kelas. Matheo harus berbicara dengan Jelita. Rasanya diam-diam beberapa bulan seperti orang asing membuatnya tersiksa.Pada saat sampai pintu kelas, justru matanya tengah disajikan oleh pemandangan Jelita tengah tertawa dengan Bagus. Matheo langsung menunduk, ia melanjutkan masuk ke kelas dengan langkah kaki pelan. Matheo duduk di bangkunya dengan diam membisu. Telinganya benar-benar mendengar suara yang sangat ia rindukan. Suara tawa yang tak memiliki beban hidup. Matheo tersenyum tipis hingga matanya menatap Rendi bersama Rizal yang kini berjalan memasuki kelas dengan membawa minuman di tangannya.“Wuih Mat, udah balik aja lo,” kata Rendi. “Istirahatnya sekarang mojok terus,” tambahnya.“Hahaha, sirik aja lo Ren. Biarin lah dia mojok. Kalau lo yang mojok itu bahaya bisa kesurupan,” ledek Rizal.“Eh bangsat lo Zal,” sanggah
Read more
BIKIN MALU
Jelita masih menutup matanya dengan perasaan yang begitu gugup.“Lo berharap gue cium?”Satu kalimat yang lolos dari bibir Matheo membuat Jelita langsung membuka matanya dengan cepat. Mata Jelita langsung melotot tajam ke arah Matheo yang tengah terkekeh begitu kencang.Jelita merasa malu. Malu banget pokoknya.Ih apa-apaan sih, kenapa tadi pakai acara merem segala. Bego banget deh.Jelita masih merutuki dirinya sendiri sambil menatap Matheo yang masih terkekeh dengan puas.“Lo suka sama gue, Ta?”“Hah, gila lo.”“Ngaku aja.”“Jangan kumat deh. Kayak nggak ada laki-laki lain aja suka sama lo.”“Kalau gue suka sama lo gimana?”Pipi Jelita langsung memanas mendengar kata sederhana itu. Kenapa hari ini Matheo bikin jantungnya dag-dig-dug sih.“Udah keluar sono, kenapa lo belum balik, si
Read more
FESTIVAL
Hari ini Matheo berdandan dengan cukup rapi. Kaus putih polos dibalut dengan kemeja sebagai luarnya serta celana jeans yang menjadi andalan kaum muda sampai yang sudah berumur. Ditambah rambut yang diberi pomade. Matheo sedikit mengacak rambutnya agar menunjang penampilannya semakin bertambah keren.Tak lupa juga Matheo mengambil jam untuk menghiasi pergelangan tangannya. Selesai berdandan diri, Matheo langsung keluar kamar sambil sedikit bersiul.“Kak.”Matheo menoleh ketika mendengar suara Clarisa dari belakangnya. Kedua alisnya pun menyatu sebagai bentuk pertanyaan.“Mau ke mana?” tanya Clarisa yang kini sudah berada di depan Matheo.“Kemayoran.”“Mau apa?”“Jalan-jalan.”“Oh, jangan lupa beliin cilok, ya.”“Astaga Sasha,” geram Matheo. “Kamu manggil kakak cuma buat minta belikan cilok doa
Read more
FUCKBOY
“Lo pengin apa?”“Permen kapas, kayaknya enak deh makan itu sambil mengenang masa kecil.”“Ya udah ayo.”Kini Jelita berjalan menuju ke arah stan permen kapas yang ditemani oleh seseorang. Jelita sangat suka sekali dengan permen kapas sewaktu kecil. Hingga saat melihat pedagang permen kapas matanya begitu berbinar.Jelita tersenyum senang ketika menerima satu bungkus permen kapas. Tapi, di saat yang tidak terduga sama sekali. Seseorang menyerang laki-laki yang berada di samping Jelita.BUGH.Mata Jelita membola dengan sangat sempurna ketika melihat sosok Matheo tengah menghajar Bagus. Ya, cowok yang bersama Jelita saat ini adalah Bagus.“Jangan dekatin Lita,” teriak Matheo kencang.“Apa hak lo Mat,” sahut Bagus yang menatap Matheo dengan begitu tajam.“Gue nggak suka.”“Hahaha, lo tuh aneh. Udah punya cewe
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status